Sabtu, 24 September 2011

Garut, just one day!

Kampung Sampireun Resort - Garut, di kala petang ^__^

                 Hmmm, tidak saya sadari ternyata sudah sampai di tanggal 25 September 2011 dan posting saya di bulan September ini masih dan hanya berjumlah satu postingan yaitu terkait jalan-jalan saya di Kabupaten Banyumas. Betapa malasnya saya menulis blog di bulan ini. Aktivitas padat merayap meskipun dunia perkoasan sudah berakhir tidak bisa saya hindari. Mulai dari kembali mengurusi praktikum sebagai asisten sampai dengan magang di RSH Soeparwi yang disinilah sebenarnya waktu saya tersita banyak demi mencari skill. Belum lagi ditambah segala urusan yang berhubungan dengan membantu adek yang kebetulan mulai berkuliah di Jogja di bulan ini juga. Sudah jelas bukan kalau tidak ada waktu jalan-jalan sama sekali di bulan ini untuk saya? Ya, akhirnya saya berniat untuk menuliskan pengalaman jalan-jalan saya ke Kabupaten Garut. Sebuah cerita lama yang saya dapatkan sekitar bulan April 2010 lalu.
                Perjalanan ini bermula ketika saya mendapat kepercayaan untuk mewakili Kabupaten Sleman di acara Reuni Akbar Duta Wisata Indonesia yang saat itu berlangsung di Bandung. Ya, anggap saja ini cerita masa muda saya yang kadang saya sendiri (saat ini) sering malu “kenapa ya kok dulu saya ikut-ikutan kontes semacam itu?”. Meskipun bertitel duta wisata dan budaya tapi (maaf sebelumnya) titel eksistensi diri orang-orang yang terlibat jauh lebih berkibar daripada makna duta wisata dan budaya itu sendiri. Saya pun tidak munafik yang kala itu masih sering mencari eksistensi. That’s why saya bilang saat ini saya malu jika mengingat pribadi saya kala itu. Yah, beragam cerita menarik dan tidak menarik pasti ada dalam setiap cerita hidup kita, dan pengalaman untuk menghadiri Reuni Akbar Duta Wisata Indonesia merupakan pengalaman yang cukup mengasyikkan bagi saya.

Welcome to Garut!!

                Reuni DWI yang saat itu berlangsung di Bandung ternyata juga memiliki agenda untuk mengunjungi Kabupaten Garut dan menikmati pariwisata di sana. Seingat saya, schedule yang sudah dijadwalkan oleh panitia meliputi makan siang di Kampung Sampireun, mampir belanja oleh-oleh khas Garut yaitu Chocodot (coklat berisi dodol Garut), juga mengunjungi candi Cangkuang, komplek rumah adat Kampung Pulo, Taman Air Sabda Alam dan ditutup dengan makan malam dengan bapak Bupati dan Wabup Garut di salah satu restoran yang menurut saya cozy banget. Yang lebih menariknya lagi, semuany gratis bagi peserta Reuni DWI, sangat menarik bukan?. Mari ikuti cerita jalan-jalan saya di Kabupaten Garut ini.
Welcome dance and music saat saya dan teman-teman DWI tiba di Kampung Sampireun
                Pemberhentian pertama saya adalah di Kampung Sampireun untuk makan siang. Sebenarnya seperti apa sih Kampung Sampireun itu? Hmm..ini adalah sebutan untuk resort terkenal di kabupaten Garut. Resort dengan dengan peninapan berbentuk cottage-cottage dengan ciri rumah panggung yang berada di tepian danau buatan lengkap dengan resto dan suasana khas Sunda sangat menarik dan indah bagi saya. Bagi saya Kampung Sampireun sangat recommended bagi anda yang ingin membeli suasanan di Garut. Sesampainya di Kampung Sampireun saya dan teman-teman DWI (Duta Wisata Indonesia) disambut oleh alunan musik dan tarian khas Sunda, juga minuman hangat pembuka (welcome drink) yang kaya rempah. Nikmat bukan? Selesai makan siang saya pun melakukan ritual narsis bersama teman-teman, apalagi kalau bukan foto-foto? Hahaha..!! Di Kampung Sampireun ini pun kami disambut dengan tarian dolanan yang ditarikan oleh anak-anak setempat lengkap dengan alunan musik Sunda. Dan yang lebih mengasyikkan, kami ikut menari dan bermain bersama mereka. Mungkin saya dapat menyebutnya permainan “Ular Naga Panjangnya” karena permainanya sangat mirip dengan permainan masa kecil saya itu.

Bersama teman-teman DWI dari seluruh Indonesia di Kampung Sampireun
                Selepas makan siang dan berpamitan dengan kepala dinas Pariwisata yang saat itu menyambut saya dan teman-teman DWI di Kampung Sampireun, kami pun melanjutkan belanja oleh-oleh khas Garut yaitu Chocodot. Inilah dodol kreasi baru dari Garut yang dikombinasikan dengan coklat. Singkatnya bisa disebut coklat isi dodol. Hahaha..saya pun beli beberapa varian dari Chocodot ini. Oh ya jangan khawatir untuk salah pilih, karena disini kita diperbolehkan untuk mencicipi tester yang disediakan oleh gerai. Uniknya, disini juga ada chocodot rasa pedas! Menarik bukan?.

Chocodot -- Coklat Dodol khas Garut yang musti anda coba!

                Selesai berbelanja Chocodot, bus kami pun menuju situs Candi Cangkuang. Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi ini cukup menarik bagi saya karena untuk menuju lokasi kami harus menyeberangi Danau Cangkuang dengan menggunakan perahu rakit. Ya, memang candi ini terletak di salah satu pulau kecil di tengah Danau Cangkuang. Di lokasi ini kita juga mudah menemukan pedagang cinderamata seperti topi klasik gaya kolonial, miniatur candi Cangkuang sampai miniatur rakitnya pun tersedia di sana. Oh ya satu lagi yang menarik di lokasi ini yaitu adanya Kompleks Rumah Adat Kampung Pulo
Berfoto bersama teman-teman DWI di candi Cangkuang

Candi Cangkuang secara keseluruhan

Kompleks ini hanya berisi 6 rumah adat yang terletak di utara (3 buah) dan di selatan (3 buah). Bentuk rumah adat di kampung pulo ini adalah rumah panggung dengan serambi yang cukup lebar di depannya untuk menerima tamu. Dindingnya menggunakan bahan kayu dan anyaman bambu dengan atap berbentuk pelana. Penghuni Kampung Pulo ini tidak pernah bertambah, hanya 6 kepala keluarga. Jika ada anggota keluarga bertambah dan menikah, maka mereka bermukim di luar kampung ini. Unik bukan? Berkembangnya agama Islam di daerah ini yang semula merupakan daerah dengan penduduknya mayoritas beragama Hindu merupakan hasil penyebaran agama Islam oleh Embah Dalem Arif Muhammad dan kawan-kawannya yang berasal dari kerajaan Mataram di Jawa Timur dan mendiami daerah ini sekitar abad XVII. Tidak heran mengapa di dekat candi Cangkuang yang merupakan candi hindu juga ditemukan makam islam kuno (Arif Muhammad) yang merupakan leluhur cikal bakal dari penduduk Kampung Pulo.

Komplek Rumah Adat Kp. Pulo with DWI
Selepas situ Cangkuang, bus kami pun menuju Taman Air Sabda Alam. Ya, taman air ini layaknya waterboom pada umumnya. Hanya saja disini kita tidak perlu takut menggigil kedinginan karena airnya pun air hangat yang berasal dari sumber mata air Cipanas. Sesampainya di lokasi kami pun langsung menuju loket untuk dibagikan tiket gratis karena ini masih merupakan fasilitas yang diberikan oleh Pemda Garut. Saya pun langsung bergabung dengan teman-teman untuk menikmati Roller Coaster. Hahaha.. dan saking menikmatinya saya sampai menikmati wahana ini 2 kali. Saat itu saya dan teman-teman sampai di Taman Air Sabda Alam ini sekitar pukul 17.00 WIB. Sudah cukup sore memang, dan kami hanya mendapat jatah bermain di taman air ini sampai pukul 19.00 WIB untuk selanjutnya berganti pakaian formal untuk menghadiri jamuan makan malam oleh Bupati dan Wabup Garut. Pengalaman yang sangat menyenangkan, menarik dan tidak terlupakan bagi saya selama menjadi bagian dari Duta Wisata Indonesia. Big Thanks for Panitia Reuni DWI (especially Kang Nur – Indonesian Pageants), Pemda Garut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut serta teman-teman DWI. Unforgottable moment!

Bersama Kang Banten, Gadis Jambi, Dodo Toraja menikmati Roller Coaster!


Suasana Roller Coaster di  pelataran Taman Air Sabda Alam di kala malam




Perahu rakit untuk menuju Candi Cangkuang









2 komentar:

  1. Balasan
    1. Yup, indah bgt mbak..apalagi saya waktu kesana benar2 di fasilitasi total,,jd cuma bawa badan saja..terlebih saat itu saya mendapat kesempatan untuk mengenal wisata alam, heritage,dan local wisdom-nya (kearifan lokalnya) secara sekaligus..jadi sehari pun meskipun capek tapi puas! :) *keep traveling mbak

      Hapus