|
Kampung Sampireun Resort - Garut, di kala petang ^__^ |
Hmmm, tidak saya
sadari ternyata sudah sampai di tanggal 25 September 2011 dan posting saya di
bulan September ini masih dan hanya berjumlah satu postingan yaitu terkait
jalan-jalan saya di Kabupaten Banyumas. Betapa malasnya saya menulis blog di
bulan ini. Aktivitas padat merayap meskipun dunia perkoasan sudah berakhir
tidak bisa saya hindari. Mulai dari kembali mengurusi praktikum sebagai asisten
sampai dengan magang di RSH Soeparwi yang disinilah sebenarnya waktu saya
tersita banyak demi mencari skill. Belum
lagi ditambah segala urusan yang berhubungan dengan membantu adek yang
kebetulan mulai berkuliah di Jogja di bulan ini juga. Sudah jelas bukan kalau
tidak ada waktu jalan-jalan sama sekali di bulan ini untuk saya? Ya, akhirnya
saya berniat untuk menuliskan pengalaman jalan-jalan saya ke Kabupaten Garut. Sebuah
cerita lama yang saya dapatkan sekitar bulan April 2010 lalu.
Perjalanan ini bermula ketika
saya mendapat kepercayaan untuk mewakili Kabupaten Sleman di acara Reuni Akbar
Duta Wisata Indonesia yang saat itu berlangsung di Bandung. Ya, anggap saja ini
cerita masa muda saya yang kadang saya sendiri (saat ini) sering malu “kenapa ya
kok dulu saya ikut-ikutan kontes semacam itu?”. Meskipun bertitel duta wisata
dan budaya tapi (maaf sebelumnya) titel eksistensi diri orang-orang yang
terlibat jauh lebih berkibar daripada makna duta wisata dan budaya itu sendiri.
Saya pun tidak munafik yang kala itu masih sering mencari eksistensi. That’s why saya bilang saat ini saya
malu jika mengingat pribadi saya kala itu. Yah, beragam cerita menarik dan
tidak menarik pasti ada dalam setiap cerita hidup kita, dan pengalaman untuk
menghadiri Reuni Akbar Duta Wisata Indonesia merupakan pengalaman yang cukup
mengasyikkan bagi saya.
|
Welcome to Garut!!
|
Reuni DWI yang saat itu
berlangsung di Bandung ternyata juga memiliki agenda untuk mengunjungi
Kabupaten Garut dan menikmati pariwisata di sana. Seingat saya, schedule yang sudah dijadwalkan oleh
panitia meliputi makan siang di Kampung Sampireun, mampir belanja oleh-oleh
khas Garut yaitu Chocodot (coklat berisi dodol Garut), juga mengunjungi candi
Cangkuang, komplek rumah adat Kampung Pulo, Taman Air Sabda Alam dan ditutup
dengan makan malam dengan bapak Bupati dan Wabup Garut di salah satu restoran
yang menurut saya cozy banget. Yang
lebih menariknya lagi, semuany gratis bagi peserta Reuni DWI, sangat menarik
bukan?. Mari ikuti cerita jalan-jalan saya di Kabupaten Garut ini.
|
Welcome dance and music saat saya dan teman-teman DWI tiba di Kampung Sampireun |
Pemberhentian pertama saya
adalah di Kampung Sampireun untuk makan siang. Sebenarnya seperti apa sih
Kampung Sampireun itu? Hmm..ini adalah sebutan untuk resort terkenal di
kabupaten Garut. Resort dengan dengan peninapan berbentuk cottage-cottage dengan ciri rumah panggung yang berada di tepian
danau buatan lengkap dengan resto dan suasana khas Sunda sangat menarik dan
indah bagi saya. Bagi saya Kampung Sampireun sangat recommended bagi anda yang ingin membeli suasanan di Garut. Sesampainya
di Kampung Sampireun saya dan teman-teman DWI (Duta Wisata Indonesia) disambut
oleh alunan musik dan tarian khas Sunda, juga minuman hangat pembuka (welcome drink) yang kaya rempah. Nikmat bukan?
Selesai makan siang saya pun melakukan ritual narsis bersama teman-teman,
apalagi kalau bukan foto-foto? Hahaha..!! Di Kampung Sampireun ini pun kami
disambut dengan tarian dolanan yang ditarikan oleh anak-anak setempat lengkap
dengan alunan musik Sunda. Dan yang lebih mengasyikkan, kami ikut menari dan
bermain bersama mereka. Mungkin saya dapat menyebutnya permainan “Ular Naga
Panjangnya” karena permainanya sangat mirip dengan permainan masa kecil saya
itu.
|
Bersama teman-teman DWI dari seluruh Indonesia di Kampung Sampireun |
Selepas makan siang dan
berpamitan dengan kepala dinas Pariwisata yang saat itu menyambut saya dan
teman-teman DWI di Kampung Sampireun, kami pun melanjutkan belanja oleh-oleh
khas Garut yaitu Chocodot. Inilah dodol kreasi baru dari Garut yang
dikombinasikan dengan coklat. Singkatnya bisa disebut coklat isi dodol.
Hahaha..saya pun beli beberapa varian dari Chocodot ini. Oh ya jangan khawatir
untuk salah pilih, karena disini kita diperbolehkan untuk mencicipi tester yang disediakan oleh gerai.
Uniknya, disini juga ada chocodot rasa pedas! Menarik bukan?.
|
Chocodot -- Coklat Dodol khas Garut yang musti anda coba! |
Selesai berbelanja Chocodot, bus
kami pun menuju situs Candi Cangkuang. Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo,
wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut,
Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda
serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi ini cukup
menarik bagi saya karena untuk menuju lokasi kami harus menyeberangi Danau
Cangkuang dengan menggunakan perahu rakit. Ya, memang candi ini terletak
di salah satu pulau kecil di tengah Danau Cangkuang. Di lokasi ini kita juga
mudah menemukan pedagang cinderamata seperti topi klasik gaya kolonial, miniatur
candi Cangkuang sampai miniatur rakitnya pun tersedia di sana. Oh ya satu lagi
yang menarik di lokasi ini yaitu adanya Kompleks Rumah Adat Kampung Pulo
|
Berfoto bersama teman-teman DWI di candi Cangkuang
|
|
Candi Cangkuang secara keseluruhan |
Kompleks
ini hanya berisi 6 rumah adat yang terletak di utara (3 buah) dan di selatan (3
buah). Bentuk rumah adat di kampung pulo ini adalah rumah panggung dengan
serambi yang cukup lebar di depannya untuk menerima tamu. Dindingnya menggunakan
bahan kayu dan anyaman bambu dengan atap berbentuk pelana. Penghuni Kampung
Pulo ini tidak pernah bertambah, hanya 6 kepala keluarga. Jika ada anggota
keluarga bertambah dan menikah, maka mereka bermukim di luar kampung ini. Unik
bukan? Berkembangnya agama Islam di daerah ini yang semula merupakan daerah
dengan penduduknya mayoritas beragama Hindu merupakan hasil penyebaran agama
Islam oleh Embah Dalem Arif Muhammad dan kawan-kawannya yang berasal dari
kerajaan Mataram di Jawa Timur dan mendiami daerah ini sekitar abad XVII. Tidak
heran mengapa di dekat candi Cangkuang yang merupakan candi hindu juga ditemukan
makam islam kuno (Arif Muhammad) yang merupakan leluhur cikal bakal dari
penduduk Kampung Pulo.
|
Komplek Rumah Adat Kp. Pulo with DWI |
Selepas
situ Cangkuang, bus kami pun menuju Taman Air Sabda Alam. Ya, taman air ini layaknya
waterboom pada umumnya. Hanya saja disini kita tidak perlu takut menggigil
kedinginan karena airnya pun air hangat yang berasal dari sumber mata air
Cipanas. Sesampainya di lokasi kami pun langsung menuju loket untuk dibagikan
tiket gratis karena ini masih merupakan fasilitas yang diberikan oleh Pemda
Garut. Saya pun langsung bergabung dengan teman-teman untuk menikmati Roller
Coaster. Hahaha.. dan saking menikmatinya saya sampai menikmati wahana ini 2
kali. Saat itu saya dan teman-teman sampai di Taman Air Sabda Alam ini sekitar
pukul 17.00 WIB. Sudah cukup sore memang, dan kami hanya mendapat jatah bermain
di taman air ini sampai pukul 19.00 WIB untuk selanjutnya berganti pakaian
formal untuk menghadiri jamuan makan malam oleh Bupati dan Wabup Garut. Pengalaman
yang sangat menyenangkan, menarik dan tidak terlupakan bagi saya selama menjadi
bagian dari Duta Wisata Indonesia. Big
Thanks for Panitia Reuni DWI (especially Kang Nur – Indonesian Pageants), Pemda Garut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Garut serta teman-teman DWI. Unforgottable
moment!
|
Bersama Kang Banten, Gadis Jambi, Dodo Toraja menikmati Roller Coaster!
|
|
Suasana Roller Coaster di pelataran Taman Air Sabda Alam di kala malam
|
|
|
|
Perahu rakit untuk menuju Candi Cangkuang |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
garut indah yah =D
BalasHapusYup, indah bgt mbak..apalagi saya waktu kesana benar2 di fasilitasi total,,jd cuma bawa badan saja..terlebih saat itu saya mendapat kesempatan untuk mengenal wisata alam, heritage,dan local wisdom-nya (kearifan lokalnya) secara sekaligus..jadi sehari pun meskipun capek tapi puas! :) *keep traveling mbak
Hapus