Minggu, 04 September 2011

Banyumas, I Enjoyed it!!



Goa Selirang, Baturraden

           Perjalanan saya kali ini masih terkait dunia perkoasan yang selalu saya sempatkan untuk jalan-jalan. Keputusan kelompok koas saya untuk memilih kabapaten Banyumas sebagai lokasi koas administrasi dinas dan kesehatan masyarakat veteriner bulan Maret lalu, jujur membuat saya cukup hepi hehehe..Bagaimana tidak, saya rasa kabupaten Banyumas yang beribukota di Purwokerto ini memiliki  objek wisata yang lumayan memadai untuk dikunjungi, terlebih kulinernya yang terkenal dengan soto sokaraja yang khas. Bagian koas yang satu ini memang hanya berkaitan dengan urusan kedinasan dengan jam kerja mengikuti jam kerja dinas setempat dari pukul 07.30-14.00 WIB tanpa ada beban tugas atau apapun itu yang harus dipikirkan, selain laporan di akhir kegiatan yang sangat fleksibel (dalam hal tempo waktu) untuk diserahkan kepada dinas setempat. Itu artinya saya memiliki waktu dan pikiran yang maksimal untuk membuat rencana jalan-jalan dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin.




           Jalan-jalan saya di kabupaten Banyumas ini saya awali dengan lokasi wisata Baturraden. Siapa tidak kenal lokasi yang satu ini? Lokasi ini merupakan wisata unggulan dari kabupaten Banyumas yang terletak di kaki gunung Slamet. Perjalanan dari kontrakan saya menuju lokasi sangatlah mudah, hanya cukup ke utara dengan jalan menanjak maka sampailah saya ke lokasi. Jalan-jalan saya ke Baturraden diawali dengan mengunjungi taman bermain yang terdapat di sana. Cukup dengan membayar Rp. 5000,- saya sudah dapat memasuki lokasi taman bermain. Jujur saja, tidak ada yang menarik perhatian saya di taman ini karena mungkin terkait usia saya yang tidak lagi kanak-kanak. Di taman ini tersedia beragam fasilitas bermain yang menurut saya komplit bagi anak-anak seperti komedi putar dan sejenisnya. Jadi kalau anda berlibur dengan membawa keluarga yang sebagian besar adalah anak-anak, taman ini cukup recommended bagi anda. Selebihnya terdapat pula sungai yang mengalir di lokasi taman ini dengan batuan yang besar, yang mungkin anda pernah dengar mengenai jembatan yang putus di Baturraden beberapa tahun lalu tidak lain adalah jembatan gantung di atas sungai ini.

@ Pancuran Pitu

Saya sudahi dulu cerita mengenai taman ini. Lokasi saya berikutnya adalah Pancuran pitu (pitu=tujuh) yang merupakan sumber air panas dengan tujuh pancuran. Di Baturraden ini selain ada taman wisata juga terdapat pancuran pitu, pancuran telu, wana wisata dengan hutan pinusnya dan juga goa selirang yang berada di dekat pancuran pitu. Untuk menuju pancuran pitu, kita bisa memilih 2 rute. Bagi anda yang tidak ingin bercapek-capek, anda bisa mencapainya dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan lokal yang akan membawa anda ke lokasi. Namun saya lebih memilih untuk menempuh rute tracking dengan berjalan kaki menaiki bukit dari lokasi taman ke arah hutan pinus dimana pancuran tersebut berada. Mengapa? Karena tentunya selama perjalanan, saya akan mendapatkan feel yang lebih untuk perjalanan saya menuju lokasi ketika saya memilih rute tracking. Selain melatih fisik (baca: saya jarang olahraga hehe..) dengan memilih rute ini saya menemui pemandangan hijau dan segar sejauh mata memandang. Indah bukan? Walaupun dapat dipastikan saya mendapatkan ekstra keringat dan kaki yang pegal-pegal dengan memilih rute ini. Akhirnya sampailah saya di gerbang pancuran pitu. Saya lupa berapa harga tiket masuk ke pancuran pitu ini, seingat saya yaitu Rp.15.000,-. Untuk menuju pancuran pitu ternyata tidak instan, hahaha..karena saya harus menuruni anak tangga lagi yang tidak sedikit jumlahnya. Lebih pegal? Tentu saja! Setelah menghabiskan anak tangga untuk dituruni, saya pun disambut dengan pedagang lokal dengan kios-kios mereka yang menjajakan beragam dagangan mulai dari makanan, baju maupun souvenir khas. Saya sama sekali tidak tertarik kala itu, saya hanya membeli beberapa gorengan, itu pun saat perjalanan pulang menuju gerbang. Setelah melalui kios-kios tersebut, saya disambut dengan aroma uap belerang yang sangat terasa di hidung. Saya pun bergegas menuju pancuran pitu dengan airnya yang panas dan mengandung belerang. Walaupun cukup panas, tapi tetap saja banyak orang memberanikan diri untuk menyodorkan tangannya ke arah pancuran. Saya pun mencobanya..dan..cukup panas! Saya pun segera membasuh wajah saya menggunakan air tersebut dan bergegas keluar. Oh ya, di lokasi ini saya menemui banyak sekali pemijat yang menawarkan jasa untuk memijat kaki atau tangan dengan menggunakan air hangat dan serbuk belerang. Cukup dengan Rp.15.000-Rp.25.000 tergantung bagian mana saja yang akan dipijat. Saya pun mengurungkan niat untuk dipijat di bagian awal perjalanan saya di pancuran pitu ini.


Bareng madam ummi dan Sita, On the way to Goa Selirang ^__^


Saya pun bergegas menuju lokasi goa selirang yang terletak agak ke bawah jika dari lokasi pancuran pitu. Keren! Itu yang saya pikirkan kala itu. Goa mini dengan aliran deras air hangat yang mengandung belerang membuat goa ini berwarna kekuningan pada bebatuannya. Karakteristiknya yang menarik ini membuat para wisatawan tidak senggan untuk mandi di bawah aliran deras goa ini. Kalau saya bisa bilang ini adalah mandi terapi. Bagaimana tidak? Aliran deras air hangat dari atas goa ini membuat wisatawan serasa dipijat dengan air hangat. Nikmat bukan? Saya pun tidak canggung untuk melepaskan celana jeans dan kaos saya meskipun saya tidak membawa baju ganti saat itu. Hanya bermodalkan celana boxer (baca: sementara celana dalam saya simpan dulu, biar nanti bisa dipakai lagi sesudah mandi hehehe..) saya pun bergegas untuk dipijat oleh aliran air hangat yang mengalir deras dari atas goa. Segar..segar..dan sangat relaks..!! hahaha.. Setelah dipijat oleh aliran air yang deras, kali ini saya ingin dipijat yang sesungguhnya..tentunya oleh tukang pijat. Persis di depan goa, banyak sekali wisatawan rela mengantri untuk dipijat dengan serbuk belerang. Namun rata-rata wisatawan di area goa ini dipijat full alias mulai dari kepala, bahu, punggung, hingga kaki. Saya pun cukup merogoh kocek Rp.30.000,- sudah bisa menikmati fasilitas ini. Haha..ketika semua serbuk belerang menempel di tubuh saya, seketika itu pun saya tampak seperti patung tanah liat. Sesudahnya saya membasuh diri dari lumuran belerang di lokasi goa dengan memanfaatkan aliran air yang deras. Dengan berakhirnya pijat-pijat saya di goa ini, maka berakhirlah jalan-jalan saya di Baturraden ini. Oh ya, untuk mencapai lokasi taman kembali (baca: tempat saya memarkirkan motor) saya merogoh kocek Rp. 8.000,- untuk angkutan lokal. Tapi ongkos ini bisa lebih murah jika penumpangnya lebih banyak sehingga sangat bisa diatur atau bisa join dengan wisatawan lain. Yang jelas, saya puas menikmati air hangat Baturraden!

Pijat belerang di depan Goa Selirang, cukup dengan Rp. 30.000,- saja ^__^


Perjalanan wisata di Banyumas pun berlanjut. Bermodalkan googling dan penunjuk jalan saya mengunjungi beberapa tempat antara lain Museum BRI, Museum Jendral Soedirman, juga Soto Jalan Bank (soto Sokaraja) dan daerah Sokaraja untuk mencicipi getuk goreng dan nopia khas Banyumas. Saya awali dulu dengan soto Sokaraja. Siapa tidak kenal soto yang satu ini? Ini adalah kuliner khas yang wajib dikunjungi ketika ke Banyumas dan salah satunya yang terkenal adalah Soto Jalan Bank. Nasi soto dengan potongan daging dan saus kacang kental membuat soto ini sangat nikmat dicicipi saat santap siang. Apalagi jika minumnya adalah es durian. Cukup dengan Rp.8.000,- per mangkuk soto dan Rp.9.000- untuk es durian, anda sudah dapat menikmati lunch yang nikmat! Hmm, selanjutnya saya ke daerah Sokaraja untuk membeli getuk goreng dan nopia khas Banyumas yang sangat umum menjadi oleh-oleh ketika kita berkunjung ke Banyumas.
Jalan-jalan saya berlanjut dengan museum. Saya hanya punya kesempatan untuk mengunjungi dua museum yaitu museum BRI dan museum Jendral Soedirman. Untuk museum pertama, saya amat terkesan. Museum ini tertata apik untuk menyajikan perjalanan sejarah keuangan dan sistem bank di Indonesia, terutama sejarah bank BRI sebagai bank rakyat pertama. Museum ini menyajikan koleksi mulai dari uang logam, uang kertas, hingga mesin perbankan dari masa ke masa. Di dalamnya pun terdapat perpustakaan jika kita ingin tahu lebih mengenai dunia “perbankan”. Saya tidak perlu merogoh kocek sepeser-pun alias gratis di museum ini, dengan bangunannya yang menarik menurut saya museum ini recommended untuk dikunjungi. 

Buku tabungan di jaman pendudukan Jepang..@ Museum BRI
Berikutnya museum kedua adalah museum Jendral Soedirman yang berlokasi lebih di pinggiran kota. Museum ini cukup mengecewakan. Bagaimana tidak? Dengan landscape bangunan yang berbentuk silinder dengan lambang Garuda besar di atasnya serta halaman yang luas, membuat museum ini tampak gagah. Namun saya merasa tertipu, bangunan yang bagus ini tidak diimbangi oleh isi museum yang berkualitas. Museum ini hanya berisi foto-foto perjuangan jendral Soedirman dengan footnote nya yang kesemuanya bukan foto asli melainkan di-print outdoor di atas bahan semacam spanduk anti basah yang kerap dipajang di warung-warung untuk menamai warung mereka. Sedih bukan? Apalagi tanpa lampu sorot yang dinyalakan. Semua foto-foto yang dicetak di atas bahan spanduk itu terkesan sangat murah dan siapapun bisa membuatnya. Semoga museum ini lekas mendapatkan perhatian pemerintah, untuk selanjutnya menjadi museum yang benar-benar berkualitas.

Aa' Agus, saya, Sita, Mimin dan Madam Ummi di depan relief, Museum Jendral Soedirman Purwokerto

Yup, saya akhiri jalan-jalan saya di kabupaten Banyumas ini seiring dengan berakhirnya masa koas administrasi dinas saya. Berikut adalah rincian biaya selama saya jalan-jalan di kabupaten Banyumas:
·         Tiket masuk taman Baturraden        Rp. 5.000,-
·         Tiket masuk Pancuran Pitu              Rp. 15.000,- (kalau tidak lupa)
·         Pijat full-belerang di Goa Selirang    Rp. 30.000,-
·         Angkutan lokal  di area Baturraden  Rp. 8.000,-
·         Museum BRI                                 free charge
·         Museum jendral Soedirman              Rp. 3.000,-
·         Soto Sokaraja Jl. Bank                   Rp. 8.000,-
·         Es durian – soto Jl. Bank               Rp. 9.000,-
·         Gethuk goreng & nopia                   bervariasi tergantung ukuran

Tetap nikmati indahnya Indonesia, kenali negerimu cintai negerimu. Indonesia, know it! Love it! =)
Pancasila..satu..bla..bla..bla..(hehe)


menikmati pijatan alami dengan aliran air hangat, enjoy this!




@ bagian depan Museum Jendral Soedirman


Koleksi uang koin dari masa ke masa, @ Museum BRI


Budaya menabung sudah ada sejak dulu, --Celengan antik dari Negeri Cina--







Tidak ada komentar:

Posting Komentar