Jumat, 30 Maret 2012

Candi Klero: Diam Bertapa di Balik Kebisingan



              

               Perjalanan kali ini mungkin bisa disebut sebagai jawaban atas rasa penasaran saya terhadap wisata sejarah yang lokasinya berdekatan dengan kota asal saya, Salatiga. Sejak kecil saya selalu menganggap bahwa tidak ada objek wisata yang recommended untuk dikunjungi ketika Anda akan berkunjung ke Salatiga. Entah karena minimnya informasi dan pengelolaan atau memang karena tidak adanya objek wisata yang mumpuni. Untuk itu saya pun harus berusaha mencari informasi secara ekstra dibandingkan biasanya, agar dapat menggali potensi wisata yang terdapat di Salatiga dan sekitarnya. Berbekal informasi dari blog traveling seorang kawan, saya mendapatkan informasi mengenai situs Candi Klero yang terletak di Desa Klero, Kec. Tengaran, Kabupaten Semarang yang tidak jauh untuk ditempuh dari Salatiga. Saya dan keluarga pun menempuh waktu perjalanan yang relatif singkat, hanya sekitar 20 menit dari pusat kota Salatiga.

Tante, Mama, Eyang Putri dan saya :)

            Sudah lama sebenarnya saya mendapatkan informasi mengenai keberadaan Candi Klero atau Tengaran ini, namun karena keterbatasan di sana-sini (baca: waktu, kesempatan, dan informasi) membuat saya baru mewujudkannya 3 hari yang lalu sebelum postingan ini saya buat. Bagi saya candi ini memang benar-benar diam bertapa di balik kebisingan. Bagaimana tidak?, candi ini tersembunyi dibalik Jalan Raya Semarang – Solo yang selalu ramai oleh kendaraan-kendaraan antar kota, tanpa ada papan petunjuk sama sekali yang dapat mengarahkan wisatawan untuk menuju candi ini. Untung saja informasi yang diperoleh dari blog seorang kawan saya cukup gamblang, terutama dalam mendeskripsikan lokasi candi ini. Ya, meskipun tidak ada papan petunjuk sama sekali, Anda cukup mencari lokasi pabrik PT. Nesia Pan Pasific Knit yang terletak di sisi kanan jalan jika Anda bergerak dari arah Semarang, dan sebaliknya jika bergerak dari arah Solo. Di seberang pabrik ini terdapat gapura bertuliskan Dusun Ngentak - Desa Klero dan cukup berjalan sedikit dari gapura inilah maka Anda akan menemukan lokasi dimana Candi Klero berada. Oh ya, jalan menuju ke sana pun cukup sempit, mungkin hanya cukup untuk satu buah mobil dengan permukaan yang berbatu-batu. Maklum, seperti layaknya jalan di pedesaan yang masih minim fasilitas, ditambah lagi keberadaan candi ini hanya ditunjukkan oleh sebuah papan kayu sederhana yang terpasang di pinggir jalan desa.



            Saya dan keluarga pun segera turun dari mobil untuk melihat Candi Klero ini secara keseluruhan. Dengan melihat adanya pagar yang mengelilingi candi, pos penjagaan dan fasilitas berupa toilet serta tempat sampah bertuliskan BPPP Jateng menunjukkan bahwa candi ini mendapatkan perhatian dari Balai Pelestarian Purbakala Jateng dalam perawatannya. Bahkan berdasarkan informasi yang saya peroleh mengatakan bahwa pihak BPPP sering mengontrol candi ini secara rutin sebulan sekali. Salute!! Observasi saya pun berlanjut. Sepintas saya melihat arsitektur Candi Klero ini mirip dengan bangunan induk Candi Sambisari yang terletak di Kabupaten Sleman, D.I.Y. Hanya saja, Candi Klero tidak memiliki dinding yang mengelilingi bangunan induk seperti Sambisari. Terlebih lagi, candi ini hanya terdiri dari satu bangunan candi induk tanpa adanya candi perwara yang mendampinginya. Minimalis memang, namun saya yakin bahwa warisan peradaban masa lalu ini menyimpan fungsi yang besar di masanya.

Di Balik Pintu ini, terdapat Yoni yang ramai dengan sesajen


            Adanya yoni dan juga temuan arca Siwa di candi ini menunjukkan bahwa Candi Klero merupakan candi Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan atau sembahyang. Tidak seperti candi pada umumnya, Candi Klero hadir tanpa relief satu pun sehingga tampak sebagai kumpulan batu polos yang bersusun rapi tanpa cerita. Bahkan, adanya pahatan tulisan Jawa kuno di bagian pondasi candi pun belum diketahui maknanya hingga saat ini. Jadi tepat rasanya jika saya menyebut candi ini diam bertapa, tanpa adanya informasi yang memadai. Saya pun memasuki bagian dalam candi dan menemukan yoni yang mengisi (hampir) penuh ruangan tersebut. Dengan banyaknya sesajen di atas yoni maupun di sudut lain dalam ruangan tersebut, membuat aroma kemenyan dan hio yang dibakar sangat khas untuk saya kenali. Ya, candi ini memang masih sering dikunjungi oleh warga terutama pada hari Selasa dan Jum’at Kliwon, bahkan katanya tidak sedikit pengunjung yang rela menginap di dalam candi untuk melaksanakan laku kejawen. Oh ya, jangan harap Anda akan menemukan arca Siwa yang dulu ditemukan pada candi ini, karena saat ini arca tersebut disimpan pada museum purbakala yang berada di kompleks Candi Prambanan. Terlepas dari observasi terhadap bangunan candi, saya juga menemukan sebuah lumpang dan alunya. Keduanya terbuat dari batu andesit dan tampak tertata pada salah satu sudut halaman candi. Pasangan alu dan lumpang ini disebut Mbah Lumpang Kentheng oleh warga sekitar, namun informasi mengenai Mbah Lumpang Kentheng ini pun tak kalah minimalisnya dengan informasi terakait candi induk.

Batu berbentuk persegi yang mengelilingi candi induk ini belum diketahui fungsinya

            Ya, memang, saya pun merasa bahwa tidak banyak yang bisa saya ketahui mengenai Candi Klero ini. Serba minimalis. Keterbatasan informasi terkait lokasi serta sejarahnya, juga keterbatasan akses jalan dan SDM membuat Candi Klero ini menghadirkan tapa diam yang sungguh sulit diganggu oleh pengunjungnya. Bahkan saya pun hanya mendapatkan sebuah kesimpulan sederhana mengenai candi ini. Ya, bagi saya Candi Klero adalah sebatas candi hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan atau sembahyang, tanpa tahu dibangun pada tahun berapa dan dibawah pemerintahan kerajaan mana. Candi Klero telah menjadi salah satu saksi bisu kekayaan historis Indonesia, bahwa Indonesia memiliki peradaban masa lalu yang luar biasa banyak dan beragam yang belum semuanya tereksplorasi secara maksimal dari sisi keilmuan. Indonesia itu kaya! Kenali Negerimu, Cintai Negerimu!

Saya bersama Mbah Lumpang Kentheng



Bersama papa saya, beliaulah yang telah mengenalkan wisata candi sejak saya berusia 2 tahun

Di salah satu sudut Candi Klero

Tidak ada komentar:

Posting Komentar