Sabtu, 31 Maret 2012

Historika Salatiga dalam Prasasti


Coba perhatikan tulisan dalam prasasti ini =)


          Akhirnya postingan saya kali ini akan mengangkat nama kota asal saya, Salatiga. Ya, sebagai jawaban atas pertanyaan teman-teman sekolah saya dulu yang selalu menegur saya untuk lebih seksama dalam menjelajahi wisata di Salatiga. Saya sadar betul, bahwa kota asal saya ini hanya berupa kotamadya kecil di Provinsi Jawa Tengah yang berdekatan  dengan jajaran kabupaten-kabupaten seperti Kabupaten Semarang dan Boyolali. Pariwisata yang ditawarkan pun tidak banyak, mengingat lokasinya yang berada di lereng timur Gunung Merbabu membuat Salatiga menawarkan wisata alam yang cukup ordinary. Jika saya bisa menyebutkan, dari semua pariwisata yang dimiliki Salatiga mungkin hanya Kawasan Wisata Kopeng yang cukup terdengar namanya di masyarakat. Wisata Kopeng ini pun sangat ordinary, dimana menurut saya progress pariwisata di kawasan ini pun berjalan sangat lambat. Tidak banyak berubah sejak saya masih balita hingga saya kini yang sudah berusia 24 tahun. Ya, sangat ordinary dengan ciri khasnya yang berupa villa-villa di kawasan sejuk plus wisata kebun sayur, buah dan tanaman hias, meskipun sekarang terdapat Kopeng Tree Top bagi wisatawan yang ingin ber-outbound ria. Bagi saya, Kopeng cukup recommended bagi Anda yang ingin beristirahat dari rutinitas sehari-hari, tapi tidak bagi Anda yang mencari petualangan.

Ini dia wisata alam Kopeng, cocok bagi Anda yang mencari ketenangan =)

            Kali ini saya akan mengangkat Salatiga dalam sudut pandang sejarah. Jika pada masa kecil dulu, saya selalu akrab dengan cerita rakyat asal-usul Salatiga, maka di postingan ini saya akan membahas dari sisi bukti historisnya. Ya, bukti historis yang ternyata berhasil membuat Salatiga memiliki hasil kebudayaan yang bisa dibanggakan saat ini. Bukti historis yang berhasil dilirik oleh pemerhati budaya dan dituangkan sebagai motif batik khas Salatiga. Apalagi jika bukan Prasasti Plumpungan. Sebuah prasasti berbentuk batu yang terpecah menjadi tiga bagian ini jika dalam cerita rakyat diceritakan sebagai tiga orang perampok yang dikutuk menjadi batu sehingga diasumsikan menjadi “salahnya orang tiga” atau Salatiga. Tapi penelusuran sejarah tidak bisa menggunakan cerita rakyat ini sebagai dasar untuk menentukan sejarah asal-usul Salatiga. Ya, tulisan yang terpahat dalam prasasti Plumpungan inilah yang digunakan sebagai acuan. Dari tiga batu ini (selo=batu; tigo= tiga) nama kota Salatiga berasal.

Prasasti Plumpungan, 1 terpecah, dan 1 lagi terbelah 2 = total 3 batu


            Prasasti Plumpungan ini terletak di dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga. Jika Anda ingin mengunjunginya dari pusat kota Salatiga, Anda cukup bergerak ke arah timur dari pusat kota. Pengartian prasasti ini pun memberikan bukti historis bahwa Salatiga berasal dari sebuah kawasan desa perdikan. Desa perdikan adalah sebutan yang diberikan bagi suatu daerah dibawah kekuasaan kerajaan tertentu yang dibebaskan dari segala kewajiban pajak karena kekhususan yang dimilikinya. Maka dari itu desa perdikan pun selalu digunakan sesuai dengan kehususannya. Pemberian status perdikan pun dianggap sangat istemewa, karena hanya diberikan kepada wilayah yang benar-benar berjasa terhadap raja sehingga perlu diabadikan dalam bentuk prasasti.

Bisa dilihat kan, betapa terjaganya prasasti ini


            Prasasti ini pun ditulis dalam dua bahasa yaitu Jawa Kuno dan Sansekerta yang dipahat dalam petak segi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sisinya. Saat saya mengunjunginya seminggu yang lalu, saya cukup puas melihat kesan prasasti ini yang sungguh terawat. Dengan adanya pagar tembok yang mengelilingi prasasti, juga lantai keramik dan atap bangunan serta lampu yang akan dinyalakan ketika malam tiba, membuat prasasti ini memang berperan penting sebagai bukti historika Salatiga. Oh ya, kesan desa perdikan pun tergambar dari sebuah kalimat yang terdapat dalam prasasti ini yaitu “Srir Astu Swasti Prajabhyah”, yang artinya: "Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Sebuah kalimat yang menjamin kebahagiaan rakyat desa perdikan dari segala perpajakan maupun upeti kepada kerajaan. Oke, saya cukupkan dulu mengenai prasasti yang berjasa besar dalam penentuan usia Kota Salatiga ini. Kini saatnya saya mengenalkan batik Plumpungan khas Salatiga. Nah, bagaimana wujudnya? Ya, wujud batik Plumpungan sangatlah khas dengan warna-warnanya yang menarik, baik berupa warna alam seperti hijau, oranye, biru, turqoise dan merah, namun juga tersedia dalam warna-warna klasik seperti coklat tanah dan krem. Nah, perbedaanya terletak pada motif watu rumpuk yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kumpulan batu-batu. Motif ini sengaja diangkat dalam batik khas Salatiga untuk tetap mengingatkan kita pada prasasti Plumpungan yang berbentuk batu terbelah tiga.

Papan petunjuk -- Alih Aksara dari tulisan yang terdapat dalam prasasti


            Saya pun sempat mengunjungi sebuah galeri batik Selotigo yang terletak di pinggir jalan, tidak jauh dari lokasi prasasti Plumpungan berada. Kesemuanya merupakan batik cap tanpa ada yang bertipe printing. Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp. 80.000 s.d. dibawah Rp. 200.000 dan tersedia dalam bentuk kain berukuran 2 meter, juga dalam bentuk baju jadi. Tergantung selera Anda saja. Saya pun lebih memilih untuk membeli batik dalam bentuk kain karena akan lebih pas ukurannya ketika dijahitkan nanti. Dengan motif watu rumpuk yang dominan, saya pun memilih warna oranye tua yang terlihat ramah dengan warna kulit saya.

Inilah batik Selotigo, dengan motif batu nya yang khas =)

            Bagi saya, upaya para pemerhati budaya Salatiga untuk mengangkat prasasti Plumpungan dalam motif batik Selotigo merupakan hal yang luar biasa kreatif. Ya, suatu upaya yang patut mendapatkan dukungan pemerintah setempat untuk lebih berkembang lagi. Bahkan saya sendiri pun bangga, kota kecil saya ternyata memiliki batik yang tidak kalah indah dengan batik-batik yang berasal dari wilayah lainnya di Indonesia. Saya semakin bangga menjadi anak Indonesia. Negeri yang penuh sejarah, seni, budaya dan alam yang komplit serta cantik! Kenali Negerimu, Cintai Negerimu!

Tampak seperti batu pada umumnya, tapi tidak umum lagi jika Anda amati tulisan di bagian atasnya

           
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar