Candi induk di tengah candi apit |
Jalan-jalan kali ini memang saya
lakukan sudah hampir 2 bulan yang lalu. Ya, ketika aktivitas saya belum sepadat
sekarang yang mengharuskan saya untuk praktek dari jam 3 sore hingga jam 10
malam, 6 hari dalam seminggunya. Hidup adalah pilihan. Di satu sisi menjalankan
profesi adalah sebuah kepuasan batin, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ini
akan memotong porsi waktu untuk menyalurkan hobi traveling saya. Setidaknya sampai postingan ini dibuat, saya masih
berada dalam proses adaptasi. Saya masih berupaya untuk menentukan waktu yang
tepat untuk berjalan-jalan lagi di tengah jam kerja sebagai asisten dosen di
pagi hari dan sebagai praktisi hewan kesayangan di sore hingga malam harinya.
Setidaknya hobi jalan-jalan adalah semacam obat penghilang stres akan rutinitas
yang memakan pikiran dan tenaga saya yang harus disempatkan.
Ok,
lets move on! Jalan-jalan ke Candi
Sewu sebenarnya sudah saya rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Ya,
bermodalkan rasa ingin tahu yang cukup besar ketika kunjungan terakhir saya di
Candi Prambanan pada tahun 2007 lalu. Saat itu saya bersama keluarga
mengunjungi Prambanan untuk kesekian kalinya. Bukan karena hobi ke Prambanan,
tapi karena harus menjadi guide untuk
keluarga paman dari Jakarta. Saat itu kami memang sengaja menaiki kereta wisata
yang ada di kompleks taman wisata Candi Prambanan dan mengantarkan kami untuk
berputar-putar hingga melewati Candi Sewu yang terletak 800 meter di sebelah
utara Candi Prambanan. Hanya dari jauh. Saya mengamati Candi Sewu hanya dari
kereta wisata yang saya tumpangi, tanpa bisa melihat seluk beluk di dalamnya
karena kereta akan berputar kembali. Terlebih, ketika melakukan jelajah candi
dalam satu hari bersama tim bolang, Candi Sewu ini terlewatkan begitu saja
padahal saya dan teman-teman juga mengunjungi Candi Plaosan yang letaknya
berdekatan.
Candi induk dengan gaya Budhanya :) |
Akhirnya
sampai juga saya di candi ini! Itulah yang ada di pikiran saya ketika saya
sampai di lokasi Candi Sewu di tengah teriknya sinar matahari. Ya, saya cukup
bergerak dari kompleks Candi Prambanan ke utara dan akan menemukan candi megah
dan bercorak Budha dengan stupa-stupa khasnya yang menghiasi bangunan candi.
Tidak dipungut biaya masuk sama sekali. Itulah yang menjadi keberuntungan saya
di siang itu. Saya pikir, karena Candi Sewu terletak dalam kompleks taman
wisata Candi Prambanan maka saya harus mengeluarkan kocek yang lumayan untuk
sekedar wisata candi seperti halnya Keraton Ratu Boko, Candi Prambanan dan
Borobudur. Ternyata tidak. Saya cukup melapor pada pak satpam yang berada tidak
jauh dari gerbang masuk dan mengisi buku tamunya saja. Saya pun mengungkapkan
alasan saya berkunjung yaitu hanya ingin menikmati Candi Sewu secara lebih
dekat. Maka masuklah saya di kompleks candi Budha terbesar ke-2 di Jawa Tengah
ini setelah Candi Borobudur.
Salah satu pintu antar ruang yang penuh ornamen |
Megah. Itulah yang ada di benak saya.
Memang tidak sebesar dan semegah Candi Borobudur, namun Candi Sewu memiliki
daya tarik tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak? kompleks candi ini memiliki
249 bangunan candi dalam satu kompleksnya! Hanya ada satu candi utama di pusat,
8 candi penjuru di empat arah mata angin (masing-masing sepasang) dan candi
perwara (pendamping) yang jumlahnya paling banyak dan disusun dalam empat deret
sehingga membentuk persegi panjang. Kalau dilihat dari foto udara maka pola
pembangunan kompleks candi ini memang menggambarkan perwujudan alam semesta
dalam kosmologi Budha. Ya, meskipun saat ini tidak semua bangunan candi dalam
kondisi utuh. Candi perwara yang
kebanyakan masih berupa reruntuhan dan belum direkonstruksi, serta candi
penjuru yang hanya tersisa sepasang di sisi Timur dan satu buah di sisi Utara
menjadikan candi utama menjadi satu-satunya bangunan yang masih dapat dinikmati
secara utuh.
reruntuhan candi perwara |
Namanya juga berpergian seorang diri.
Hanya bermodalkan kamera pocket, sunglasses, dan uang seadanya memaksa
saya untuk tidak banyak berfoto berlatarkan Candi Sewu ini. Saya hanya meng-capture 2 foto saya bersama candi ini
dengan menggunakan self-timer dalam
kamera. Selebihnya, ya, memotret kemegahan Candi Sewu dalam berbagai angel-nya. Saya pun tidak banyak
berkeliling di sekitar candi perwara. Selain karena teriknya matahari, sebagian
besar candi perwara ini masih berupa bangunan setengah candi, belum
terekonstruksi secara utuh. Ya, yang jelas, saya dapat melihat secara gamblang
bahwa candi-candi perwara itu pun dipenuhi relief pada dindingnya yang terbuat
dari batu andesit. Indah. Saya pun memasuki candi utama dalam kompleks Candi
Sewu ini. Ternyata candi utama memiliki ukuran yang cukup besar dan luas. Denah
candi utama sendiri berbentuk poligonal dengan jumlah sudutnya yang mencapai 20
buah dan berdiameter 29 m. Tidak berlebihan jika saya menyebut candi utama ini
begitu luas. Ya, selain kamar utama, candi utama ini juga memiliki struktur
bangunan yang menjorok keluar pada setiap penjuru arah mata angin, yang
masing-masing memiliki ruangan tersendiri dengan beragam stupa yang
menghiasinya. Rasanya bagai saya memasuki sebuah rumah modern dengan pembagian
ruangan yang cukup banyak dengan ruang utama di tengah sebagai ruang terbesar.
Ruang utama selain terbesar, juga memiliki atap yang lebih tinggi serta adanya
ukiran batu berbentuk teratai di lantainya. Konon diduga di ruang utama ini
diletakkan patung Budha yang cukup besar dan terbuat dari logam yang saat ini
sudah tidak dapat ditelusuri lagi jejaknya.
Saya di salah satu tangga candi induk, dengan self-timer tentunya :) |
Oh ya, saya pikir Candi Sewu ini
tidak kalah megah dibandingkan candi-candi yang ada di Thailand maupun Kamboja
yang sempat saya baca infonya baik dari buku maupun website. Bahkan dari foto-foto yang saya lihat, candi-candi kita
memiliki hasil rekonstruksi yang lebih maksimal dengan ciri khasnya yang
dominan dibangun dari bahan batuan andesit, ya, meskipun candi-candi Majapahit identik
dengan batu bata merahnya. Indonesia itu kaya! Kaya akan historis, seni,
budaya, alam dan kearifan lokal yang beragam. Jadi mengapa tidak mencoba
menikmati apa yang ada di negeri sendiri sebelum menengok ke negeri orang. Jika
bukan kita sebagai anak bangsa, siapa lagi yang akan menjaga dan mempromosikan
indahnya Indonesia. Kenali Negerimu, Cintai Negerimu!
sudut candi induk :) |
akhirnya bisa coment..yeyyyy
BalasHapushahahahahah...astaga mut...setelah bisa comment kok commentnya gtu doank..hahaha...dikritik donk :D
Hapus