Senin, 21 Mei 2012

Candi Sewu, Kemegahan di balik Prambanan



Candi induk di tengah candi apit
       Jalan-jalan kali ini memang saya lakukan sudah hampir 2 bulan yang lalu. Ya, ketika aktivitas saya belum sepadat sekarang yang mengharuskan saya untuk praktek dari jam 3 sore hingga jam 10 malam, 6 hari dalam seminggunya. Hidup adalah pilihan. Di satu sisi menjalankan profesi adalah sebuah kepuasan batin, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ini akan memotong porsi waktu untuk menyalurkan hobi traveling saya. Setidaknya sampai postingan ini dibuat, saya masih berada dalam proses adaptasi. Saya masih berupaya untuk menentukan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan lagi di tengah jam kerja sebagai asisten dosen di pagi hari dan sebagai praktisi hewan kesayangan di sore hingga malam harinya. Setidaknya hobi jalan-jalan adalah semacam obat penghilang stres akan rutinitas yang memakan pikiran dan tenaga saya yang harus disempatkan.



            Ok, lets move on! Jalan-jalan ke Candi Sewu sebenarnya sudah saya rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Ya, bermodalkan rasa ingin tahu yang cukup besar ketika kunjungan terakhir saya di Candi Prambanan pada tahun 2007 lalu. Saat itu saya bersama keluarga mengunjungi Prambanan untuk kesekian kalinya. Bukan karena hobi ke Prambanan, tapi karena harus menjadi guide untuk keluarga paman dari Jakarta. Saat itu kami memang sengaja menaiki kereta wisata yang ada di kompleks taman wisata Candi Prambanan dan mengantarkan kami untuk berputar-putar hingga melewati Candi Sewu yang terletak 800 meter di sebelah utara Candi Prambanan. Hanya dari jauh. Saya mengamati Candi Sewu hanya dari kereta wisata yang saya tumpangi, tanpa bisa melihat seluk beluk di dalamnya karena kereta akan berputar kembali. Terlebih, ketika melakukan jelajah candi dalam satu hari bersama tim bolang, Candi Sewu ini terlewatkan begitu saja padahal saya dan teman-teman juga mengunjungi Candi Plaosan yang letaknya berdekatan.

Candi induk dengan gaya Budhanya :)

            Akhirnya sampai juga saya di candi ini! Itulah yang ada di pikiran saya ketika saya sampai di lokasi Candi Sewu di tengah teriknya sinar matahari. Ya, saya cukup bergerak dari kompleks Candi Prambanan ke utara dan akan menemukan candi megah dan bercorak Budha dengan stupa-stupa khasnya yang menghiasi bangunan candi. Tidak dipungut biaya masuk sama sekali. Itulah yang menjadi keberuntungan saya di siang itu. Saya pikir, karena Candi Sewu terletak dalam kompleks taman wisata Candi Prambanan maka saya harus mengeluarkan kocek yang lumayan untuk sekedar wisata candi seperti halnya Keraton Ratu Boko, Candi Prambanan dan Borobudur. Ternyata tidak. Saya cukup melapor pada pak satpam yang berada tidak jauh dari gerbang masuk dan mengisi buku tamunya saja. Saya pun mengungkapkan alasan saya berkunjung yaitu hanya ingin menikmati Candi Sewu secara lebih dekat. Maka masuklah saya di kompleks candi Budha terbesar ke-2 di Jawa Tengah ini setelah Candi Borobudur.

Salah satu pintu antar ruang yang penuh ornamen

Megah. Itulah yang ada di benak saya. Memang tidak sebesar dan semegah Candi Borobudur, namun Candi Sewu memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak? kompleks candi ini memiliki 249 bangunan candi dalam satu kompleksnya! Hanya ada satu candi utama di pusat, 8 candi penjuru di empat arah mata angin (masing-masing sepasang) dan candi perwara (pendamping) yang jumlahnya paling banyak dan disusun dalam empat deret sehingga membentuk persegi panjang. Kalau dilihat dari foto udara maka pola pembangunan kompleks candi ini memang menggambarkan perwujudan alam semesta dalam kosmologi Budha. Ya, meskipun saat ini tidak semua bangunan candi dalam kondisi utuh. Candi   perwara yang kebanyakan masih berupa reruntuhan dan belum direkonstruksi, serta candi penjuru yang hanya tersisa sepasang di sisi Timur dan satu buah di sisi Utara menjadikan candi utama menjadi satu-satunya bangunan yang masih dapat dinikmati secara utuh.

 reruntuhan candi perwara

Namanya juga berpergian seorang diri. Hanya bermodalkan kamera pocket, sunglasses, dan uang seadanya memaksa saya untuk tidak banyak berfoto berlatarkan Candi Sewu ini. Saya hanya meng-capture 2 foto saya bersama candi ini dengan menggunakan self-timer dalam kamera. Selebihnya, ya, memotret kemegahan Candi Sewu dalam berbagai angel-nya. Saya pun tidak banyak berkeliling di sekitar candi perwara. Selain karena teriknya matahari, sebagian besar candi perwara ini masih berupa bangunan setengah candi, belum terekonstruksi secara utuh. Ya, yang jelas, saya dapat melihat secara gamblang bahwa candi-candi perwara itu pun dipenuhi relief pada dindingnya yang terbuat dari batu andesit. Indah. Saya pun memasuki candi utama dalam kompleks Candi Sewu ini. Ternyata candi utama memiliki ukuran yang cukup besar dan luas. Denah candi utama sendiri berbentuk poligonal dengan jumlah sudutnya yang mencapai 20 buah dan berdiameter 29 m. Tidak berlebihan jika saya menyebut candi utama ini begitu luas. Ya, selain kamar utama, candi utama ini juga memiliki struktur bangunan yang menjorok keluar pada setiap penjuru arah mata angin, yang masing-masing memiliki ruangan tersendiri dengan beragam stupa yang menghiasinya. Rasanya bagai saya memasuki sebuah rumah modern dengan pembagian ruangan yang cukup banyak dengan ruang utama di tengah sebagai ruang terbesar. Ruang utama selain terbesar, juga memiliki atap yang lebih tinggi serta adanya ukiran batu berbentuk teratai di lantainya. Konon diduga di ruang utama ini diletakkan patung Budha yang cukup besar dan terbuat dari logam yang saat ini sudah tidak dapat ditelusuri lagi jejaknya.

Saya di salah satu tangga candi induk, dengan self-timer tentunya :)

Oh ya, saya pikir Candi Sewu ini tidak kalah megah dibandingkan candi-candi yang ada di Thailand maupun Kamboja yang sempat saya baca infonya baik dari buku maupun website. Bahkan dari foto-foto yang saya lihat, candi-candi kita memiliki hasil rekonstruksi yang lebih maksimal dengan ciri khasnya yang dominan dibangun dari bahan batuan andesit, ya, meskipun candi-candi Majapahit identik dengan batu bata merahnya. Indonesia itu kaya! Kaya akan historis, seni, budaya, alam dan kearifan lokal yang beragam. Jadi mengapa tidak mencoba menikmati apa yang ada di negeri sendiri sebelum menengok ke negeri orang. Jika bukan kita sebagai anak bangsa, siapa lagi yang akan menjaga dan mempromosikan indahnya Indonesia. Kenali Negerimu, Cintai Negerimu!

sudut candi induk :)

2 komentar:

  1. akhirnya bisa coment..yeyyyy

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahahah...astaga mut...setelah bisa comment kok commentnya gtu doank..hahaha...dikritik donk :D

      Hapus