|
Berakting layaknya supir beneran hahaha :)
|
Manusia
memang tidak ada apa-apanya ketika disandingkan dengan alam. Serupa butiran
debu yang dengan mudahnya diterbangkan angin. Begitu kecil, lemah dan seolah
tak berarti ketika dihadapkan dengan kuasa semesta. Itulah yang selalu saya
rasakan ketika saya berhubungan langsung dengan alam. Di saat-saat seperti itu
terkadang pikiran saya melayang, ya, melayang ditengah perasaan yang sedang
bergembira menikmati indahnya alam semesta. Pikiran yang melambungkan perasaan
saya untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, sekaligus
menyadari dengan penuh keagunganNya yang luar biasa. Saya pun berpikir,
layakkah manusia untuk bersombong diri? Pikiran-pikiran inilah yang kadang
mengingatkan saya untuk selalu mawas diri. Lupa dan khilaf, tentunya saya juga
mengakrabinya. Tapi kesadaran bahwa saya akan berpulang kepadaNya sewaktu-waktu
selalu mengingatkan saya yang begitu kecil dan Tuhan yang begitu besar.
|
Kami berlatar Merapi nan cantik! |
Sekelumit pikiran itulah yang
terlintas ketika saya menyusuri sisa erupsi Gunung Merapi beberapa saat lalu.
Ya, penyusuran kali ini bermula ketika Ayah memutuskan untuk menjajal Lava Tour Merapi bersama kami semua,
keluarganya. Sudah lama memang saya tidak berwisata bersama keluarga. Terakhir
saat liburan hari raya Idul Fitri tahun kemarin. Background ayah saya yang merupakan anggota pencinta alam tentunya
menjadi dorongan kuat dalam munculnya ide menjajal Lava Tour Merapi kali ini. Ayah ingin mengenang kembali setiap
perjalanan masa mudanya dulu yang sering mendaki Merapi, terlebih dari itu,
Ayah ingin mengenang Alm. Mbah Maridjan sebagai sosok yang selalu diakrabinya
sebelum mendaki Merapi. “Perjalanan kali
ini pasti akan menjadi hal yang menarik, terlebih saya pergi bersama keluarga,
yang semakin gede semakin saya rasakan arti mereka bagi saya sungguhlah luar
biasa” itulah yang saya pikirkan ketika menyambut ajakan Ayah. Family trip memang lebih ribet tapi
selalu bikin kangen! Percaya atau tidak, itu terjadi pada diri saya.
|
Jejeran mobil jeep wisata di halaman parkir Kaliurang
|
Berawal di suatu Sabtu sore, 21
April 2012 lalu, Ayah dan Ibu saya tiba-tiba memutuskan untuk berkunjung ke
Jogja menggunakan mobil pribadi. Hal yang tak biasa memang, karena biasanya
hanya Ayah saja yang setiap Sabtu ke Jogja untuk memberi kuliah di salah satu
sekolah tinggi swasta. Itu pun Ayah selalu memilih menggunakan bus dari Salatiga
supaya nggak capek di jalan.
Sebenarnya alasan mereka berkunjung adalah kesehatan adik saya. Ya, begitu
mendengar kabar jika adik saya, Epi sedang sakit flu berat, Ayah dan Ibu sontak
berkunjung ke Jogja. Maklum saja, meskipun adik saya laki-laki dan lebih jagoan
dibanding saya, tapi tetap saja dia adalah anak ragil, yang manjanya tetap
terlihat meskipun berusaha tampil mandiri. Haha..saya tidak heran dengan
situasi seperti ini, situasi yang sangat wajar terjadi di keluarga saya.
Bukannya saya iri, cuma kadang bikin senyum-senyum sendiri kalau melihat Ayah
dan Ibu saya yang parnonya bukan main jika mengetahui si ragil sakit. Padahal
si Epi ini seringnya sakit karena pola hidupnya yang cukup rock n’ roll, ya, selalu begadang yang selain untuk belajar juga
pacaran dan main billyard. Tapi, kesempatan family
trip kali ini justru datang karenanya.
Meskipun masih sakit, adik saya
merasa kondisinya sudah lumayan membaik. Ia pun memutuskan untuk tetap ikut
dalam Lava Tour Merapi kali ini. Ya,
walaupun dengan nafas yang agak ngos-ngosan dan badan yang rada anget. Lava Tour kali ini memang
hanya kami berempat (Ayah, Ibu, Saya dan Adik) sementara kakak saya tidak
dilibatkan karena alasan pekerjaan. Hari Minggu itu, kami sengaja berangkat
pagi sekitar pukul 08.00 WIB menuju area wisata Kaliurang yang terletak di
lereng Merapi. Jika biasanya kami ke Kaliurang hanya untuk bermalam dan
berjalan-jalan di pagi harinya, kali ini kami ke sana memang khusus untuk
menjajal Lava Tour. Bahkan sarapan
pun kami lakukan di sana. Ya, kami menuju lokasi parkir wisata Kaliurang yang
ramai oleh warung makan dan juga kios jadah-tempe sebagai panganan khas
Kaliurang. Selain itu di lokasi ini juga tampak jejeran jeep-jeep offroad yang telah terorganisir dengan baik. Tidak murah
memang, kami harus merogoh kocek Rp. 250.000,-/jeep untuk menikmati serangkaian lokasi yang sudah ditentukan dalam
paket Lava Tour. Maka selesai sarapan
pun kami segera melobi koordinator Lava
Tour dan dengan segera mobil jeep
jatah kami pun datang menghampiri. Lava
Tour memang dikoordinasi secara baik, sistemnya bergilir jadi tidak akan
ada sopir yang tidak mendapat jatah konsumen. “Mangkat siji mangkat kabeh” itulah prinsip yang saya kutip dari
mas koordinator Lava Tour, yang
artinya jika satu berangkat maka yang lainnya pun pasti berangkat.
|
Kami dan mobil jeep wisata |
Oke, lets begin this trip! Kami sudah berada dalam jeep sekarang. Ya, Ayah duduk di depan
samping mas supir sementara Ibu, saya dan adik duduk di belakang. Kami pun
memilih untuk menutup kap jeep
dikarenakan matahari yang sudah naik dengan cerahnya di langit Kaliurang. Kap
ini memang bisa dibuka-tutup tergantung selera saja. Hehe..Mobil jeep pun membawa kami memasuki area-area
yang dilewati produk erupsi merapi. Pemberhentian-pemberhentian pun dengan
jelas menggambarkan betapa dahsyatnya erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Begitu
besar dan luar biasanya efek yang ditinggalkan erupsi tersebut membuat saya
miris jika membayangkan apa yang dialami penduduk lokal Merapi kala itu.
Sisa-sisa erupsi tersebut bersanding dengan indahnya panorama alam Gunung
Merapi yang dapat dijumpai di setiap rute Lava
Tour. Ya, semacam suasana yang menjelaskan bahwa Merapi adalah pemberi
nafkah dan nafas kehidupan namun juga menyisakan kesedihan bagi penduduk setempat
dalam erupsinya. Namun Merapi tetaplah rumah yang nyaman bagi penduduk lokal,
ini terbukti dengan adanya penduduk setempat yang kembali membangun rumahnya
meskipun sudah mendapatkan larangan dari pemerintah setempat. Ya, erupsi jelas
menyisakan kepedihan, namun yang lebih penting adalah erupsi membangkitkan
beragam ide yang dapat menghidupi warganya seperti pengelolaan Lava Tour ini. Sungguh terasa, warga
setempat begitu guyub dalam mengelola
Lava Tour ini demi meningkat dan
bangkitnya kehidupan masyarakat lokal pasca erupsi.
|
Bersama ibu saya di salah satu spot Lava Tour :)
|
Selama perjalanan, kami diturunkan pada beberapa spot yang merupakan saksi bisu hebatnya
erupsi 2010 lalu. Salah satunya adalah Kali Gendol dan Kali Opak yang dipenuhi
oleh material pasir yang luar biasa banyak. Ya, pasir adalah salah satu produk
erupsi yang dimanfaatkan oleh warga untuk meningkatkan taraf hidup mereka
setelah erupsi. Kedua sungai tersebut tampak begitu lebar dan menyisakan
gambaran dramatis saat saya berusaha memantaunya secara lebih dekat. Aliran
lahar dingin yang membawa material vulkanik memenuhinya deras 2 tahun yang
lalu. Oh ya, di beberapa spot ini
saya juga menemukan paling tidak seorang warga yang membuka kios untuk menjual
souvenir, entah berupa kaset dvd yang berisi adegan erupsi 2010 secara komplit,
foto-foto erupsi Merapi, minuman botolan, produk makanan lokal seperti kripik
jamur sampai bunga edelweiss yang dicat berwarna-warni sebagai pajangan. Saya
pun sempat berfoto pada batu besar yang konon dikeluarkan Gunung Merapi yang
disebut oleh mas supir sebagai batu berwajah. Hmm..memang menyerupai wajah
manusia yang sedang menatap Jogja! Selain
kedua sungai tersebut, gambaran dramatis juga kami temukan ketika menyusuri
dusun-dusun yang dilewati oleh awan panas pada erupsi lalu. Semua rumah rata
dengan tanah. Bahkan, beberapa hanya tampak tersisa bangunan lantai atau
pondasinya saja. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari mas supir, menyebutkan bahwa warga yang
rumahnya sudah hancur rata-rata sudah ikhlas untuk tidak berdomisili di Merapi
ini. Namun, tanah kelahiran selalu membuat mereka kangen, terkadang banyak
warga yang masih berkebun di tanah Merapi, namun kembali turun ke bawah ketika
sore tiba. Ya, meskipun tidak sedikit juga yang membangun rumahnya kembali
meskipun sudah ada larangan. Setidaknya, gambaran ini menjelaskan hubungan yang
erat antara manusia dan alamnya. Sungguh indah. Saling bergantung selama roda
kehidupan masih berjalan.
|
Kreasi Edelweiss sebagai souvenir |
|
Di salah satu spot bersama keluarga :) |
|
Ini dia batu menyerupai wajah :)
|
Oke, paket Lava Tour
yang ditawarkan oleh jeep wisata
ternyata tidak sampai kediaman Mbah Maridjan di Kinahrejo. Jeep wisata seolah berbagi rejeki dengan para penyedia fasilitas
motor trill yang sebagian besar bermerek Kawasaki KLX ini. Padahal sowan di bekas lokasi rumah Mbah
Maridjan adalah semacam keharusan pada trip kali ini. Ya, selain Ayah yang
ingin mengenang masa mudanya, saya juga penasaran ingin melihat bagaimanakah
kondisi rumah Mbah Maridjan saat ini. Memang, sebelumnya saya pernah sowan dan
bertemu Mbah Maridjan secara langsung saat menjadi panitia Java Summer Camp 2010, tepatnya hanya beberapa bulan saja sebelum
erupsi dahsyat Merapi terjadi. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa
berjalan maupun menyewa motor trill tadi dengan tarif Rp. 50.000,-/motor. Kalau
memilih berjalan, tentunya harus siap dengan tenaga dan keringat karena jalan
yang menanjak. Akhirnya Ayah pun memutuskan untuk menyewa motor trill saja. 3
buah motor. Satu motor dikendarai oleh Ayah sendiri dan Ibu membonceng di
belakangnya, sementara 2 motor lainnya untuk saya dan adik yang tentunya
menggunakan jasa si pengemudi motor trill (baca: saya tidak bisa menggunakan
motor berkopling). Haha..kami memang tidak sehebat Ayah, karena kami cenderung
tumbuh di sistem protektif yang Ayah berlakukan kepada kami, anak-anaknya.
Bahkan untuk kegiatan-kegiatan outdoor,
kami bertiga sering memilih untuk tidak bilang kepada Ayah daripada harus batal
berangkat.
|
Ayah dan Ibu dalam motor trill hahaha |
|
Adik, Ibu dan Saya di Kinahrejo
|
Saya pun tiba di
lokasi. Saya sungguh terbelalak. Kondisinya sudah berbeda sama sekali. Rata
dengan tanah berpasir. Tidak saya temukan satu pun sisa bangunan rumah Mbah
Maridjan yang dulu saya kunjungi. Bahkan di bekas lokasi rumah beliau pun hanya
berdiri sebuah pendopo yang tidak permanen, berfungsi sebagai semacam penanda
lokasi. Di lokasi ini berdiri pula monumen mobil hangus. Ya, saya menyebutnya
demikian. Di sana tampak sebuah mobil Suzuki APV yang sudah hangus karena
terkena awan panas. Jika kita mengingatnya, mobil APV inilah yang digunakan
oleh Alm. Yuniawan Wahyu Nugroho (wartawan
VivaNews) dan Alm. Tutur Priyanto (relawan PMI) dalam mengevakuasi warga
Kinahrejo pada erupsi dahsyat di tanggal 26 November 2010 lalu. Ya, mereka
wafat dalam usahanya mengajak Mbah Maridjan untuk turun ke bawah. Pahlawan
Kemanusiaan, sebutan yang pantas bagi mereka.
|
Saya bersama sekelumit cerita kronologi wafatnya para pejuang kemanusiaan
|
|
Bertiga :) |
Selain terdapat monument mobil hangus, kini di lokasi rumah
Mbah Maridjan juga terdapat gardu pandang dengan penyewaan keker seharga Rp.
5.000,- saja, ya, sangat cocok bagi wisatawan yang ingin melayangkan
pandangannya jauh ke puncak Merapi. Adanya kios souvenir Mbah Maridjan putri
juga sebagai penarik perhatian wisatawan di kawasan ini. Selain bisa berbelanja
souvenir, wisatawan pun dapat berbincang dengan Mbah Maridjan putri yang dapat
dijumpai di dalam kios. Saya pun berbelanja sebuah kaos hitam dengan potret
erupsi Merapi yang cukup menarik. Harganya Rp. 40.000/kaos. Selesai berbelanja
kami pun turun kembali ke lokasi parkir jeep
di Kinahrejo dengan motor trill yang sama. Selanjutnya jeep wisata membawa kami langsung menuju parkir wisata Kaliurang.
Langsung? Tidak juga, mobil jeep kami
sempat mogok dalam perjalanan menuju parkir wisata Kaliurang. Kami pun dioper
ke jeep wisata yang lain, yang
ternyata jauh lebih empuk dan alus
rasanya. Haha..mencicipi panganan jadah-tempe dapat menjadi alternatif
pengganjal perut sebelum kembali ke Jogja. Kenali Negerimu, Cintai Negerimu! Proud to
be Indonesian!
|
Saya di salah satu spot Lava Tour
|
|
Berlatar Kali Gendol dan Merapi |
|
Kami ketika jeep ini mogok di jalan |
waaawwwwww...kereeennnnn.....
BalasHapusyang paling keren foto ayah naik trail sama ibu,,,mantappp!!!
hahahahha iya mut...tapi anak2 nya g sejago ayahnya hahaha..bisanya cm mbonceng :D
Hapushahahahaaa...patut dipertanyakan ini anak2nya...
Hapus