Minggu, 29 April 2012

Lava Tour Merapi: Keindahan Sisa Erupsi


Berakting layaknya supir beneran hahaha :)

            Manusia memang tidak ada apa-apanya ketika disandingkan dengan alam. Serupa butiran debu yang dengan mudahnya diterbangkan angin. Begitu kecil, lemah dan seolah tak berarti ketika dihadapkan dengan kuasa semesta. Itulah yang selalu saya rasakan ketika saya berhubungan langsung dengan alam. Di saat-saat seperti itu terkadang pikiran saya melayang, ya, melayang ditengah perasaan yang sedang bergembira menikmati indahnya alam semesta. Pikiran yang melambungkan perasaan saya untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, sekaligus menyadari dengan penuh keagunganNya yang luar biasa. Saya pun berpikir, layakkah manusia untuk bersombong diri? Pikiran-pikiran inilah yang kadang mengingatkan saya untuk selalu mawas diri. Lupa dan khilaf, tentunya saya juga mengakrabinya. Tapi kesadaran bahwa saya akan berpulang kepadaNya sewaktu-waktu selalu mengingatkan saya yang begitu kecil dan Tuhan yang begitu besar.


Kami berlatar Merapi nan cantik!


            Sekelumit pikiran itulah yang terlintas ketika saya menyusuri sisa erupsi Gunung Merapi beberapa saat lalu. Ya, penyusuran kali ini bermula ketika Ayah memutuskan untuk menjajal Lava Tour Merapi bersama kami semua, keluarganya. Sudah lama memang saya tidak berwisata bersama keluarga. Terakhir saat liburan hari raya Idul Fitri tahun kemarin. Background ayah saya yang merupakan anggota pencinta alam tentunya menjadi dorongan kuat dalam munculnya ide menjajal Lava Tour Merapi kali ini. Ayah ingin mengenang kembali setiap perjalanan masa mudanya dulu yang sering mendaki Merapi, terlebih dari itu, Ayah ingin mengenang Alm. Mbah Maridjan sebagai sosok yang selalu diakrabinya sebelum mendaki Merapi. “Perjalanan kali ini pasti akan menjadi hal yang menarik, terlebih saya pergi bersama keluarga, yang semakin gede semakin saya rasakan arti mereka bagi saya sungguhlah luar biasa” itulah yang saya pikirkan ketika menyambut ajakan Ayah. Family trip memang lebih ribet tapi selalu bikin kangen! Percaya atau tidak, itu terjadi pada diri saya.


Jejeran mobil jeep wisata di halaman parkir Kaliurang

            Berawal di suatu Sabtu sore, 21 April 2012 lalu, Ayah dan Ibu saya tiba-tiba memutuskan untuk berkunjung ke Jogja menggunakan mobil pribadi. Hal yang tak biasa memang, karena biasanya hanya Ayah saja yang setiap Sabtu ke Jogja untuk memberi kuliah di salah satu sekolah tinggi swasta. Itu pun Ayah selalu memilih menggunakan bus dari Salatiga supaya nggak capek di jalan. Sebenarnya alasan mereka berkunjung adalah kesehatan adik saya. Ya, begitu mendengar kabar jika adik saya, Epi sedang sakit flu berat, Ayah dan Ibu sontak berkunjung ke Jogja. Maklum saja, meskipun adik saya laki-laki dan lebih jagoan dibanding saya, tapi tetap saja dia adalah anak ragil, yang manjanya tetap terlihat meskipun berusaha tampil mandiri. Haha..saya tidak heran dengan situasi seperti ini, situasi yang sangat wajar terjadi di keluarga saya. Bukannya saya iri, cuma kadang bikin senyum-senyum sendiri kalau melihat Ayah dan Ibu saya yang parnonya bukan main jika mengetahui si ragil sakit. Padahal si Epi ini seringnya sakit karena pola hidupnya yang cukup rock n’ roll, ya, selalu begadang yang selain untuk belajar juga pacaran dan main billyard. Tapi, kesempatan family trip kali ini justru datang karenanya.
            Meskipun masih sakit, adik saya merasa kondisinya sudah lumayan membaik. Ia pun memutuskan untuk tetap ikut dalam Lava Tour Merapi kali ini. Ya, walaupun dengan nafas yang agak ngos-ngosan dan badan yang rada anget. Lava Tour kali ini  memang hanya kami berempat (Ayah, Ibu, Saya dan Adik) sementara kakak saya tidak dilibatkan karena alasan pekerjaan. Hari Minggu itu, kami sengaja berangkat pagi sekitar pukul 08.00 WIB menuju area wisata Kaliurang yang terletak di lereng Merapi. Jika biasanya kami ke Kaliurang hanya untuk bermalam dan berjalan-jalan di pagi harinya, kali ini kami ke sana memang khusus untuk menjajal Lava Tour. Bahkan sarapan pun kami lakukan di sana. Ya, kami menuju lokasi parkir wisata Kaliurang yang ramai oleh warung makan dan juga kios jadah-tempe sebagai panganan khas Kaliurang. Selain itu di lokasi ini juga tampak jejeran jeep-jeep offroad yang telah terorganisir dengan baik. Tidak murah memang, kami harus merogoh kocek Rp. 250.000,-/jeep untuk menikmati serangkaian lokasi yang sudah ditentukan dalam paket Lava Tour. Maka selesai sarapan pun kami segera melobi koordinator Lava Tour dan dengan segera mobil jeep jatah kami pun datang menghampiri. Lava Tour memang dikoordinasi secara baik, sistemnya bergilir jadi tidak akan ada sopir yang tidak mendapat jatah konsumen. “Mangkat siji mangkat kabeh” itulah prinsip yang saya kutip dari mas koordinator Lava Tour, yang artinya jika satu berangkat maka yang lainnya pun pasti berangkat.


Kami dan mobil jeep wisata

            Oke, lets begin this trip! Kami sudah berada dalam jeep sekarang. Ya, Ayah duduk di depan samping mas supir sementara Ibu, saya dan adik duduk di belakang. Kami pun memilih untuk menutup kap jeep dikarenakan matahari yang sudah naik dengan cerahnya di langit Kaliurang. Kap ini memang bisa dibuka-tutup tergantung selera saja. Hehe..Mobil jeep pun membawa kami memasuki area-area yang dilewati produk erupsi merapi. Pemberhentian-pemberhentian pun dengan jelas menggambarkan betapa dahsyatnya erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Begitu besar dan luar biasanya efek yang ditinggalkan erupsi tersebut membuat saya miris jika membayangkan apa yang dialami penduduk lokal Merapi kala itu. Sisa-sisa erupsi tersebut bersanding dengan indahnya panorama alam Gunung Merapi yang dapat dijumpai di setiap rute Lava Tour. Ya, semacam suasana yang menjelaskan bahwa Merapi adalah pemberi nafkah dan nafas kehidupan namun juga menyisakan kesedihan bagi penduduk setempat dalam erupsinya. Namun Merapi tetaplah rumah yang nyaman bagi penduduk lokal, ini terbukti dengan adanya penduduk setempat yang kembali membangun rumahnya meskipun sudah mendapatkan larangan dari pemerintah setempat. Ya, erupsi jelas menyisakan kepedihan, namun yang lebih penting adalah erupsi membangkitkan beragam ide yang dapat menghidupi warganya seperti pengelolaan Lava Tour ini. Sungguh terasa, warga setempat begitu guyub dalam mengelola Lava Tour ini demi meningkat dan bangkitnya kehidupan masyarakat lokal pasca erupsi.

Bersama ibu saya di salah satu spot Lava Tour :)


Selama perjalanan, kami diturunkan pada beberapa spot yang merupakan saksi bisu hebatnya erupsi 2010 lalu. Salah satunya adalah Kali Gendol dan Kali Opak yang dipenuhi oleh material pasir yang luar biasa banyak. Ya, pasir adalah salah satu produk erupsi yang dimanfaatkan oleh warga untuk meningkatkan taraf hidup mereka setelah erupsi. Kedua sungai tersebut tampak begitu lebar dan menyisakan gambaran dramatis saat saya berusaha memantaunya secara lebih dekat. Aliran lahar dingin yang membawa material vulkanik memenuhinya deras 2 tahun yang lalu. Oh ya, di beberapa spot ini saya juga menemukan paling tidak seorang warga yang membuka kios untuk menjual souvenir, entah berupa kaset dvd yang berisi adegan erupsi 2010 secara komplit, foto-foto erupsi Merapi, minuman botolan, produk makanan lokal seperti kripik jamur sampai bunga edelweiss yang dicat berwarna-warni sebagai pajangan. Saya pun sempat berfoto pada batu besar yang konon dikeluarkan Gunung Merapi yang disebut oleh mas supir sebagai batu berwajah. Hmm..memang menyerupai wajah manusia yang sedang menatap Jogja! Selain kedua sungai tersebut, gambaran dramatis juga kami temukan ketika menyusuri dusun-dusun yang dilewati oleh awan panas pada erupsi lalu. Semua rumah rata dengan tanah. Bahkan, beberapa hanya tampak tersisa bangunan lantai atau pondasinya saja. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari  mas supir, menyebutkan bahwa warga yang rumahnya sudah hancur rata-rata sudah ikhlas untuk tidak berdomisili di Merapi ini. Namun, tanah kelahiran selalu membuat mereka kangen, terkadang banyak warga yang masih berkebun di tanah Merapi, namun kembali turun ke bawah ketika sore tiba. Ya, meskipun tidak sedikit juga yang membangun rumahnya kembali meskipun sudah ada larangan. Setidaknya, gambaran ini menjelaskan hubungan yang erat antara manusia dan alamnya. Sungguh indah. Saling bergantung selama roda kehidupan masih berjalan.

Kreasi Edelweiss sebagai souvenir

Di salah satu spot bersama keluarga :)
Ini dia batu menyerupai wajah :)

Oke, paket Lava Tour yang ditawarkan oleh jeep wisata ternyata tidak sampai kediaman Mbah Maridjan di Kinahrejo. Jeep wisata seolah berbagi rejeki dengan para penyedia fasilitas motor trill yang sebagian besar bermerek Kawasaki KLX ini. Padahal sowan di bekas lokasi rumah Mbah Maridjan adalah semacam keharusan pada trip kali ini. Ya, selain Ayah yang ingin mengenang masa mudanya, saya juga penasaran ingin melihat bagaimanakah kondisi rumah Mbah Maridjan saat ini. Memang, sebelumnya saya pernah sowan dan bertemu Mbah Maridjan secara langsung saat menjadi panitia Java Summer Camp 2010, tepatnya hanya beberapa bulan saja sebelum erupsi dahsyat Merapi terjadi. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa berjalan maupun menyewa motor trill tadi dengan tarif Rp. 50.000,-/motor. Kalau memilih berjalan, tentunya harus siap dengan tenaga dan keringat karena jalan yang menanjak. Akhirnya Ayah pun memutuskan untuk menyewa motor trill saja. 3 buah motor. Satu motor dikendarai oleh Ayah sendiri dan Ibu membonceng di belakangnya, sementara 2 motor lainnya untuk saya dan adik yang tentunya menggunakan jasa si pengemudi motor trill (baca: saya tidak bisa menggunakan motor berkopling). Haha..kami memang tidak sehebat Ayah, karena kami cenderung tumbuh di sistem protektif yang Ayah berlakukan kepada kami, anak-anaknya. Bahkan untuk kegiatan-kegiatan outdoor, kami bertiga sering memilih untuk tidak bilang kepada Ayah daripada harus batal berangkat.

Ayah dan Ibu dalam motor trill hahaha

Adik, Ibu dan Saya di Kinahrejo

 Saya pun tiba di lokasi. Saya sungguh terbelalak. Kondisinya sudah berbeda sama sekali. Rata dengan tanah berpasir. Tidak saya temukan satu pun sisa bangunan rumah Mbah Maridjan yang dulu saya kunjungi. Bahkan di bekas lokasi rumah beliau pun hanya berdiri sebuah pendopo yang tidak permanen, berfungsi sebagai semacam penanda lokasi. Di lokasi ini berdiri pula monumen mobil hangus. Ya, saya menyebutnya demikian. Di sana tampak sebuah mobil Suzuki APV yang sudah hangus karena terkena awan panas. Jika kita mengingatnya, mobil APV inilah yang digunakan oleh Alm. Yuniawan Wahyu Nugroho (wartawan  VivaNews) dan Alm. Tutur Priyanto (relawan PMI) dalam mengevakuasi warga Kinahrejo pada erupsi dahsyat di tanggal 26 November 2010 lalu. Ya, mereka wafat dalam usahanya mengajak Mbah Maridjan untuk turun ke bawah. Pahlawan Kemanusiaan, sebutan yang pantas bagi mereka.

Saya bersama sekelumit cerita kronologi wafatnya para pejuang  kemanusiaan


Bertiga :)
Selain terdapat monument mobil hangus, kini di lokasi rumah Mbah Maridjan juga terdapat gardu pandang dengan penyewaan keker seharga Rp. 5.000,- saja, ya, sangat cocok bagi wisatawan yang ingin melayangkan pandangannya jauh ke puncak Merapi. Adanya kios souvenir Mbah Maridjan putri juga sebagai penarik perhatian wisatawan di kawasan ini. Selain bisa berbelanja souvenir, wisatawan pun dapat berbincang dengan Mbah Maridjan putri yang dapat dijumpai di dalam kios. Saya pun berbelanja sebuah kaos hitam dengan potret erupsi Merapi yang cukup menarik. Harganya Rp. 40.000/kaos. Selesai berbelanja kami pun turun kembali ke lokasi parkir jeep di Kinahrejo dengan motor trill yang sama. Selanjutnya jeep wisata membawa kami langsung menuju parkir wisata Kaliurang. Langsung? Tidak juga, mobil jeep kami sempat mogok dalam perjalanan menuju parkir wisata Kaliurang. Kami pun dioper ke jeep wisata yang lain, yang ternyata jauh lebih empuk dan  alus rasanya. Haha..mencicipi panganan jadah-tempe dapat menjadi alternatif pengganjal perut sebelum kembali ke Jogja. Kenali Negerimu, Cintai Negerimu! Proud to be Indonesian!

Saya di salah satu spot Lava Tour

Berlatar Kali Gendol dan Merapi


Kami ketika jeep ini mogok di jalan



3 komentar:

  1. waaawwwwww...kereeennnnn.....

    yang paling keren foto ayah naik trail sama ibu,,,mantappp!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahha iya mut...tapi anak2 nya g sejago ayahnya hahaha..bisanya cm mbonceng :D

      Hapus
    2. hahahahaaa...patut dipertanyakan ini anak2nya...

      Hapus