Sabtu, 15 Desember 2012

Sangiran, Aset Besar Indonesia Bagi Dunia



           

           Olala..saya akhirnya berhasil menulis kembali di Desember yang ceria ini. Akhir-akhir ini merasa suatu kebanggaan ketika berhasil menuliskan satu postingan saja dalam sebulan. Ya, ini bukan jalan-jalan terbaru saya, malah, ini sudah berlangsung hampir 3 bulan yang lalu. Belum ada ide, dan yang paling jelas adalah belum adanya mood untuk menulis sehingga mengakibatkan saya menunda cerita kunjungan Sangiran ini hampir 3 bulan lamanya. Mungkin faktor stressor saya yang semakin besar akhir-akhir ini. Stressor jelas berpengaruh pada mood, terutama mood yang menimbulkan antusiasme dalam menulis. Sudah cukup. Saya tidak akan memperpanjang pembahasan mengenai stressor, yang jelas saya sudah berhasil menemukan mood saat ini. Yess! Sangiran, here i come!

                Perjalanan menuju Sangiran berawal dari rasa penasaran saya akan sejarah. Dari dulu saya memang tertarik dengan sejarah. Ingatan saya melambung jauh ke masa lalu. Ya, di masa saya masih duduk di bangku SMP dan mendapatkan pelajaran soal situs pre-histori Sangiran. Ditambah iming-iming dari si Muti (seorang kawan dokter hewan) melalui foto-fotonya ketika berkunjung ke Sangiran. Sangiran yang saya kunjungi sebenarnya terbilang komplit, ya, sebuah museum pre-histori yang berdiri di situs purbakala yang telah menyumbangkan kontribusi besar dalam kepurbakalaan dunia. Jadi, di tanah museum Sangiran berdiri merupakan situs kepurbakalaan besar dimana manusia purba atau Homo erectus ditemukan. Saya pikir akan sangat disayangkan ketika tidak menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana yang notabene hanya berlokasi di Kab. Sragen, tidak jauh dari Solo.  Suatu rencana pun tersusun dengan kakak dan pacarnya untuk meluncur ke Sangiran dari Solo. Singkat ceritanya, di suatu weekend akhirnya kami bertiga, eh bukan bertiga, tapi berenam (dengan saudara-saudara Solo) berhasil sampai di Sangiran! Yihaa..! Saya sudah tidak sabar untuk melihat seberapa menarik dan besarnya situs purbakala Sangiran kok sampai-sampai disebut sebagai situs purbakala paling lengkap di Asia bahkan dunia.


Saya bersama gambaran Tvolusi Darwin
               Seperti yang saya lansir dari beberapa sumber, situs Sangiran terletak di Kabupaten Sragen – Jawa Tengah dengan luas area mencapai 56 Km2 dan menempati lembah sungai Bengawan Solo. Areanya mencakup tiga kecamatan yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh di Sragen. Belum lagi, situs ini secara resmi ditetapkan sebagai warisan budaya dunia no. 593 oleh UNESCO pada tahun 1996 (dokumen WHC 96/ Conf.201/21). Nah, maka tidak heran jika situs Sangiran dipilih sebagai salah satu destinasi unggulan dalam program Visit Jawa Tengah 2013. Sangiran memang woth to visit! Apabila para bule saja penasaran dengan situs purbakala terkaya milik kita, maka sudah sewajarnya kita harus lebih penasaran dan mencari tahu bukan? Situs ini terletak di negara kita, bagi saya hukumnya wajib untuk mengunjunginya sebelum saya menutup mata di suatu saat nanti. Perjalanan Solo - Sangiran kurang lebih kami tempuh dengan waktu 45-60 menit dengan medan yang memang kurang memadai. Sarana jalan menuju Sangiran memang bisa dibilang jelek, berlubang di sana-sini. Konon, katanya sih bukan karena minim perbaikan tapi karena karakter strutur tanah di area tersebut yang dulunya bekas sungai Bengawan Solo yang mengendap. Jadi, tanah di area ini senantiasa bergerak sehingga aspalisasi pun tidak pernah berhasil maksimal.

Sesaat takjub melihat fosil buaya purba ini, ternyata buaya termasuk hewan purba juga ya #thingking 

                 Berbukit-bukit. Itulah kurang lebih gambaran jalanan yang saya lalui di area Sangiran hingga saya tiba di gerbang Museum Purbakalanya. Selain jalanan berbukit, ketika masuk dalam area Sangiran Anda akan menjumpai sejumlah rumah penduduk yang disulap menjadi galeri yang menawarkan beragam souvenir berbau purbakala. Rata-rata sih diukir dari bebatuan yang mengatasnamakan batuan purba. Entah, itu memang batuan purba atau batuan baru yang diambil dari daerah situs. Siapa yang tahu kan?          Sebagian besar batuan tersebut dipahat dan diukir menyerupai Homo erectus atau manusia purba Jawa. Oh ya, Sangiran dianggap sebagai situs purbakala terbesar karena selain Homo erectus, juga merupakan tempat ditemukannya Meganthropus paleojavanicus. Ingat kan? Manusia purba yang satu ini juga saya sempat dengar namanya di mata pelajaran sejarah ketika SMP dulu. Oke fine! Akhirnya sampailah saya dan keluarga di Museum Purbakala Sangiran. Desain arsitektur gerbang museum yang berbentuk gading gajah purba mengingatkan saya pada gerbang Taman Safari. Cukup eyecatching! Di gerbang inilah seorang petugas akan datang menawarkan tiket masuk, baik tiket masuk museum saja atau sekalian menyaksikan videorama di ruang audiovisual museum yang tentunya harganya berbeda. Seingat saya untuk tiket masuk museum saja sebesar Rp. 3.000,-/orang sedangkan yang ingin paket full komplit ditawarkan Rp. 50.000,-/rombongan. Entah itu harga rombongan merupakan harga resmi atau tidak, yang jelas saya hanya memilih tiket museum non video rama.  Mengapa? Suasana siang itu sangat terik, dan berdasarkan hasil googling saya menyebutkan bahwa museum ini berukuran luas kali besar. Jadi, cukup jalan-jalan di museumnya saja kali ya, nonton videonya kapan-kapan deh..hehe!

Gambaran sosialita para Homo erectus :D
                Oke saatnya memasuki museum. Ini merupakan museum pertama di luar Jogja yang saya kunjungi setelah berusaha menamatkan semua museum di Jogja. And you know? Sampai saat ini saya belum  berhasil menamatkannya, biasa, potret museum Indonesia yang justru terkesan ogah dikunjungi. Mari kembali saja ke museum Sangiran ya! Haha..Museum Sangiran terbagi menjadi beberapa ruang, eh, seingat saya terbagi menjadi 3 ruang atau grup yang setiap ruangnya punya cerita tersendiri. Di ruang yang pertama, saya dihibur dengan berbabagi fosil hewan purba mulai dari kerbau, reptil (buaya) dan berbagai hewan purba yang lain. Oh ya, juga terdapat fosil tengkorak berbagai manusia purba di ruangan ini! Kalau saya lihat-lihat sih bentuk tengkoraknya lebih menyerupai kera. Hmm..kembalilah ingatan saya ke teori evolusi Darwin. Terima nggak terima. Jujur, saya kurang setuju apabila dibilang keturunan kera, tapi, kok, struktur anatomis tengkorak manusia purba ini memang menyerupai kera ya?!. Hadeehh..sudahlah, saya lebih suka dibilang keturunan Adam dan Hawa saja. Eh, tapi saya tetap menyempatkan berfoto di salah satu diorama kaca yang menggambarkan teori evolusi Darwin di ruangan pertama ini. Bagus sih!  Selanjutnya saya memasuki ruangan kedua. Di ruangan kedua ini beragam diorama terkait evolusi bumi dan benua-benuanya dihadirkan. Juga beberapa teori-teori evolusi. Intinya ruangan kedua ini lebih berbicara banyak soal ilmu pengetahuan tentang evolusi. Topik yang menarik di ruangan kedua ini adalah saya dapat melihat fosil manusia purba utuh yang dipamerkan sekaligus dengan tanah dimana ia ditemukan. Mengapa? Karena tulang-tulangnya sudah menyatu, membatu dengan batuan disekitarnya. Hoho..saatnya melanjutkan ke ruangan ketiga. Di Ruangan ketiga ini hanya berisi diorama buatan yang menggambarkan pola kehidupan sehari-hari sang manusia purba. Mulai dari aktivitas berburu, struktur keluarga dan lain-lainnya. Intinya, saya kurang tertarik dengan ruangan ketiga ini. Mungkin lebih tepat bagi adek-adek usia sekolah, bukan saya. Eh, saya masih sekolah kok! Ya, sekolah lagi yang membuat frekuensi jalan-jalan dan menulis saya jauh berkurang.

Saya bersama replika Homo erectus
                Cukup-cukup. Saya sebaiknya jangan berbicara terlalu banyak soal kuliah magister yang dihubungkan dengan hobi traveling saya. Jelas nggak akan pernah nyambung! Oke, saya sudahi postingan kali ini. Pesan saya, bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya. Mari menikmati kekayaan yang kita punya di Indonesia tercinta ini. Jika para bule saja berlomba-lomba datang ke Sangiran untuk melakukan penelitian, maka kita yang notebene adalah warga negara Indonesia sudah sewajarnya mempunyai curiosity yang lebih dong ya! Minimal tengoklah jika terlalu rumit untuk kita mempelajarinya secara mendalam. Indonesia still awesome! Kenali negerimu, Cintai Negerimu, sob!

Saya bersama kakak tercinta di penghujung museum Sangiran :)





5 komentar:

  1. waahhhhh..terakhir kesana 2 atau 3 th lalu,,,
    sepertinya semakin bagus museumnya..
    tidak sia-sia perbaikan yg dilakukan selama ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. not bad kok museumnya...seperti biasa, museum bisa dijadikan sarana edukasi alternatif..asal, pengelola dan pengunjungnya memang ada "gairah"...masih sering sedih lihat potret museum negeri sendiri...hahaha...lets the time reveal :)

      Hapus
  2. manusia purba berkunjung ke tempat manusia purba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang komen juga bagian dari manusia purba juga to? hahahah....aseekk tumben kali kau komen di blogku :)

      Hapus
    2. mampir blog ane gan..

      BelajarDokterHewan.blogspot.com

      Hapus