Jumat, 11 Januari 2013

Landscape Cantik dari Ngobaran


Dari sudut ini, landscape cantik Ngobaran terpadu apik!


              Happy New Year 2013 Sob!. Sedikit (banyak) harapan terucap dalam batin saya ketika mengawali tahun 2013 ini.  Ya, semoga di tahun yang baru ini saya dapat segera memulai penelitian untuk thesis saya, dapat merampungkan studi S2, skill bertambah dalam dunia praktisi pet animals dan tetap bisa jalan-jalan dengan maksimal. Haha...terkesan serakah memang, namun bagi saya tidak ada kata serakah ketika memiliki harapan-harapan baik yang tentunya patut diperjuangkan. Akhirnya saya pun menyempatkan waktu untuk menulis postingan pertama di tahun 2013, ya, di tengah serentetan ujian akhir dan tugas paper yang menumpuk dari dunia kampus. Kali ini saya tidak akan sharing tentang jalan-jalan saya yang terbaru, hmm...karena memang tidak ada yang terbaru ya Sob!. Sedih memang, tapi hidup adalah pilihan. Kesibukan mempersiapkan masa depan harus mengorbankan (banyak) waktu jalan-jalan saya. Cerita ini pun jauh sebelum dunia perkuliahan saya kembali dimulai, ketika saya dan kawan-kawan calon S2-ers masih sangat amat lapang dalam hal waktu. Suatu rencana pun saya susun bersama tim bolang saya kali ini, Satria dan Dhanti untuk mengunjungi pantai Ngobaran di Kabupaten Gunungkidul. Sederet pantai di Gunungkidul memang telah saya ceritakan sebelumnya, tapi belum untuk pantai yang satu ini.




Ini dia gapura bergaya Bali
                Ngobaran merupakan pantai yang terkenal dengan bangunan pura yang ternyata dibangun oleh para penganut kepercayaan kejawen. Awalnya kami tertarik untuk menjajal pantai yang satu ini, ya, karena bangunan puranya yang selalu berpose apik dalam sederet foto yang kami googling sebelumnya. Seolah berada di Bali. Ketertarikan dan rasa penasaran akhirnya membawa kami mengunjungi Ngobaran di suatu hari yang cerah, mungkin lebih tepatnya terik karena kami pun sampai di lokasi pada pukul 11.00 siang. Bukan cerah lagi namanya bukan?, ini namanya panas! Mengenai rute perjalanan, lagi-lagi saya lemah dalam urusan yang satu ini. Ya, mengingat karakter saya yang lebih suka duduk santai dan turun sewaktu-waktu dari mobil untuk bertanya ke penduduk sekitar (jika nyasar) daripada mengingat rute jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke lokasi. Jadi silahkan mengikuti cara saya: ajaklah kawan yang sudah menghafal jalan atau sudah pernah mengunjungi deretan pantai Gunungkidul, sampailah di Wonosari dan kemudian ikutilah papan petunjuk objek wisata yang ada, sambil sesekali bertanya jika sudah mencium aroma-aroma salah jalan alias nyasar. Hahaha...akhirnya dengan cara ini pun sampailah saya di lokasi! Yihhaa...


Pantainya ada di bawah sana..!


                Setelah memarkir mobil dengan biaya parkir Rp. 5.000,- kami pun mulai mengeksplorasi keunikan pantai ini. Fasilitas memang masih minimalis, ya, sama seperti pantai-pantai lainnya di Gunungkidul yang sebagian besar belum terkelola dengan matang. Meskipun demikian, bangunan pura yang sering muncul dalam penelusuran gambar google pun terlihat eyecatching dari kejauhan. Kami pun memasuki sebuah kompleks dengan gapura yang bentuknya bergaya Bali. Ternyata kompleks ini merupakan bangunan baru, ya, baru saja dibangun pada tahun 2003 oleh penganut aliran kejawen tadi. Bahkan peresmian bangunan ini pun ditandai dalam sebuah plakat marmer bak bangunan-bangunan yang diresmikan oleh para pejabat daerah. Hebatnya lagi, setelah saya mengamati dan kemudian menyimpulkan, ternyata kompleks ini memiliki perpaduan kultur yang menarik. Di dalam satu area terdapat pura untuk ibadah umat Hindu, pura bagi penganut kejawen dan sekaligus musholla yang letaknya agak menjorok ke bawah. Apalagi di dalam kompleks pura kejawen terdapat patung-patung batu dengan karakter pewayangan yang di bawahnya tertulis filosofi Jawa seperti “Eling” (ingat) dan petuah-petuah Jawa lainnya yang sangat bijak jika dapat diterapkan dalam kehidupan. Bagi saya semua aliran kepercayaan itu baik, selama mengajarkan manusia untuk senantiasa hidup dalam jalan yang benar. Ritual foto-foto dalam traveling pun kami lakukan dengan segera. Apalagi dari kompleks pura kejawen ini saya dapat menikmati landscape cantik pantai Ngobaran yang terletak di bawah sana. Ya, pura kejawen ini  memang terletak di tanah yang lebih tinggi dari pantai Ngobaran itu sendiri, jadi saya pun sangat menikmati birunya laut Ngobaran yang dipadu-padankan dengan megahnya tebing batu! Cantik! Belum lagi birunya langit yang cerah, semuanya ter-capture apik dalam kamera kami.


Saya sudah berada di bawah, ya, serasa private beach!

                Selesai mengeksplorasi kompleks sembahyang ini, kami pun bergerak turun menuju pantai. Jalan menuju pantai memang masih berupa bebatuan terjal yang tentunya kami perlu menge-rem pelan-pelan agar tidak tergelincir ke bawah. Wusss...seketika angin pantai menerbangkan topi jerami saya. Hahaha..saya pun segera turun ke bawah (tanpa menge-rem lagi) untuk mengejar topi saya. Sudah jelek memang, tapi topi ini punya banyak cerita dan sering menemani saya jalan-jalan. Jadi, worthed donk ya jika saya mengejarnya! Oke, lanjut cerita, ya, siang itu Ngobaran menjadi milik kami sepenuhnya. Sepi. Mungkin karena kami mengunjunginya di weekday, ya!. Kami pun menikmati sejuknya air laut ditengah teriknya matahari dan mencoba membaur dengan aliran angin yang berhembus ramah. Sebenarnya selain melihat landscape cantik Ngobaran dari kompleks pura kejawen, kita pun dapat meihatnya dari pura di atas tebing yang jauh lebih tinggi. Namun sayang, kami sudah kehabisan tenaga jika harus menaiki anak tangga satu per satu demi mencapai lokasi tersebut. Panas gila! Kami saja sudah berkeringat saat itu. Oh ya, Anda pun tidak perlu mengkhawatirkan perihal kuliner di Ngobaran ini. Di dekat area parkir mobil terdapat beberapa warung yang menyediakan beragam masakan, mulai dari mie instan hingga masakan laut. So lets order sob if you’re hungry!  Kami pun memutuskan untuk tidak berkuliner di Ngobaran, mengingat masih ada tujuan berikutnya yaitu air terjun Srigethuk. Untuk yang selanjutnya ini, saya sudah menceritakannya dalam postingan bulan Oktober, ya!.  Oke, saya sudahi dulu postingan mengenai Ngobaran ini dan semoga beberapa foto lebih bisa bercerita banyak tentang keindahannya. Indonesia tetap indah dan akan selamanya indah. Kenali negerimu, cintai negerimu! Proud to be Indonesian!



Tim ngebolang saya kali ini, Dhanti dan Satria :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar