Dari sudut ini, landscape cantik Ngobaran terpadu apik! |
Happy New Year 2013 Sob!. Sedikit
(banyak) harapan terucap dalam batin saya ketika mengawali tahun 2013 ini. Ya, semoga di tahun yang baru ini saya dapat
segera memulai penelitian untuk thesis saya, dapat merampungkan studi S2, skill bertambah dalam dunia praktisi pet animals dan tetap bisa jalan-jalan
dengan maksimal. Haha...terkesan serakah memang, namun bagi saya tidak ada kata
serakah ketika memiliki harapan-harapan baik yang tentunya patut diperjuangkan.
Akhirnya saya pun menyempatkan waktu untuk menulis postingan pertama di tahun
2013, ya, di tengah serentetan ujian akhir dan tugas paper yang menumpuk dari dunia
kampus. Kali ini saya tidak akan sharing tentang jalan-jalan saya yang terbaru,
hmm...karena memang tidak ada yang terbaru ya Sob!. Sedih memang, tapi hidup adalah pilihan. Kesibukan
mempersiapkan masa depan harus mengorbankan (banyak) waktu jalan-jalan saya.
Cerita ini pun jauh sebelum dunia perkuliahan saya kembali dimulai, ketika saya
dan kawan-kawan calon S2-ers masih sangat amat lapang dalam hal waktu. Suatu
rencana pun saya susun bersama tim bolang saya kali ini, Satria dan Dhanti
untuk mengunjungi pantai Ngobaran di Kabupaten Gunungkidul. Sederet pantai di
Gunungkidul memang telah saya ceritakan sebelumnya, tapi belum untuk pantai
yang satu ini.
Ini dia gapura bergaya Bali |
Ngobaran merupakan pantai yang
terkenal dengan bangunan pura yang ternyata dibangun oleh para penganut
kepercayaan kejawen. Awalnya kami tertarik untuk menjajal pantai yang satu ini,
ya, karena bangunan puranya yang selalu berpose apik dalam sederet foto yang
kami googling sebelumnya. Seolah
berada di Bali. Ketertarikan dan rasa penasaran akhirnya membawa kami
mengunjungi Ngobaran di suatu hari yang cerah, mungkin lebih tepatnya terik
karena kami pun sampai di lokasi pada pukul 11.00 siang. Bukan cerah lagi
namanya bukan?, ini namanya panas! Mengenai rute perjalanan, lagi-lagi saya lemah
dalam urusan yang satu ini. Ya, mengingat karakter saya yang lebih suka duduk
santai dan turun sewaktu-waktu dari mobil untuk bertanya ke penduduk sekitar
(jika nyasar) daripada mengingat rute
jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke lokasi. Jadi silahkan mengikuti cara
saya: ajaklah kawan yang sudah menghafal jalan atau sudah pernah mengunjungi
deretan pantai Gunungkidul, sampailah di Wonosari dan kemudian ikutilah papan
petunjuk objek wisata yang ada, sambil sesekali bertanya jika sudah mencium
aroma-aroma salah jalan alias nyasar.
Hahaha...akhirnya dengan cara ini pun sampailah saya di lokasi! Yihhaa...
Pantainya ada di bawah sana..! |
Setelah memarkir mobil dengan
biaya parkir Rp. 5.000,- kami pun mulai mengeksplorasi keunikan pantai ini.
Fasilitas memang masih minimalis, ya, sama seperti pantai-pantai lainnya di
Gunungkidul yang sebagian besar belum terkelola dengan matang. Meskipun
demikian, bangunan pura yang sering muncul dalam penelusuran gambar google pun terlihat eyecatching dari kejauhan. Kami pun memasuki sebuah kompleks dengan
gapura yang bentuknya bergaya Bali. Ternyata kompleks ini merupakan bangunan
baru, ya, baru saja dibangun pada tahun 2003 oleh penganut aliran kejawen tadi.
Bahkan peresmian bangunan ini pun ditandai dalam sebuah plakat marmer bak
bangunan-bangunan yang diresmikan oleh para pejabat daerah. Hebatnya lagi,
setelah saya mengamati dan kemudian menyimpulkan, ternyata kompleks ini
memiliki perpaduan kultur yang menarik. Di dalam satu area terdapat pura untuk
ibadah umat Hindu, pura bagi penganut kejawen dan sekaligus musholla yang
letaknya agak menjorok ke bawah. Apalagi di dalam kompleks pura kejawen
terdapat patung-patung batu dengan karakter pewayangan yang di bawahnya
tertulis filosofi Jawa seperti “Eling” (ingat) dan petuah-petuah Jawa lainnya
yang sangat bijak jika dapat diterapkan dalam kehidupan. Bagi saya semua aliran
kepercayaan itu baik, selama mengajarkan manusia untuk senantiasa hidup dalam
jalan yang benar. Ritual foto-foto dalam traveling pun kami lakukan dengan
segera. Apalagi dari kompleks pura kejawen ini saya dapat menikmati landscape cantik pantai Ngobaran yang
terletak di bawah sana. Ya, pura kejawen ini
memang terletak di tanah yang lebih tinggi dari pantai Ngobaran itu
sendiri, jadi saya pun sangat menikmati birunya laut Ngobaran yang
dipadu-padankan dengan megahnya tebing batu! Cantik! Belum lagi birunya langit
yang cerah, semuanya ter-capture apik
dalam kamera kami.
Saya sudah berada di bawah, ya, serasa private beach! |
Selesai mengeksplorasi kompleks
sembahyang ini, kami pun bergerak turun menuju pantai. Jalan menuju pantai memang
masih berupa bebatuan terjal yang tentunya kami perlu menge-rem pelan-pelan
agar tidak tergelincir ke bawah. Wusss...seketika angin pantai menerbangkan
topi jerami saya. Hahaha..saya pun segera turun ke bawah (tanpa menge-rem lagi)
untuk mengejar topi saya. Sudah jelek memang, tapi topi ini punya banyak cerita
dan sering menemani saya jalan-jalan. Jadi, worthed
donk ya jika saya mengejarnya! Oke, lanjut cerita, ya, siang itu Ngobaran
menjadi milik kami sepenuhnya. Sepi. Mungkin karena kami mengunjunginya di weekday, ya!. Kami pun menikmati
sejuknya air laut ditengah teriknya matahari dan mencoba membaur dengan aliran
angin yang berhembus ramah. Sebenarnya selain melihat landscape cantik Ngobaran dari kompleks pura kejawen, kita pun
dapat meihatnya dari pura di atas tebing yang jauh lebih tinggi. Namun sayang,
kami sudah kehabisan tenaga jika harus menaiki anak tangga satu per satu demi
mencapai lokasi tersebut. Panas gila! Kami saja sudah berkeringat saat itu. Oh
ya, Anda pun tidak perlu mengkhawatirkan perihal kuliner di Ngobaran ini. Di
dekat area parkir mobil terdapat beberapa warung yang menyediakan beragam
masakan, mulai dari mie instan hingga masakan laut. So lets order sob if you’re hungry!
Kami pun memutuskan untuk tidak berkuliner di Ngobaran, mengingat masih
ada tujuan berikutnya yaitu air terjun Srigethuk. Untuk yang selanjutnya ini,
saya sudah menceritakannya dalam postingan bulan Oktober, ya!. Oke, saya sudahi dulu postingan mengenai
Ngobaran ini dan semoga beberapa foto lebih bisa bercerita banyak tentang
keindahannya. Indonesia tetap indah dan akan selamanya indah. Kenali negerimu, cintai negerimu! Proud to
be Indonesian!
Tim ngebolang saya kali ini, Dhanti dan Satria :)) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar