|
Saya bersama kawan-kawan koas saat di Laguna Glagah
|
Awalnya saya merasa bahwa Kulon Progo adalah sebuah kabupaten di provinsi DIY yang cukup tertinggal dlm sektor pariwisata jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di provinsi DIY. Selama kuliah di Jogja yang sudah 4 tahun lebih..hehe..saya belum tertarik untuk mengetahui ada apa di balik Kabupaten Kulon Progo yang terletak di kulon (baca: barat) dari provinsi DIY ini. Ya, jangan salahkan saya yg belum tertarik karena saya pun belum melihat promo wisata dari dinas setempat yang cukup maksimal dan terdengar dari tempat saya kost selama ini. Bahkan jarang atau belum ada teman-teman yang mengeksplor pariwisata Kulon Progo ke telinga saya. Akhirnya, setelah selama ini saya “belum” tertarik ke sana, suatu tugas dalam masa koasistensi lapangan mengharuskan saya ke Kabupaten Purworejo yang tentunya melewati Kulon Progo kalau dari Sleman. Tapi, saya tidak akan bercerita mengenai masa koas saya karena saya yakin bahwa bukan cerita yang menarik untuk orang yang tidak sebidang studi dengan saya. Hohoho..!! tidak ada salahnya saya sedikit menceritakan apa yang ada di Purworejo yang sudah merupakan daerah Jawa Tengah bukan DIY lagi. Di sana saya hampir tidak melakukan jalan-jalan ke tempat wisata satu pun. Ya, bukan karena saya yang malas jalan-jalan atau karena kerjaan koasistensi lapangan yang ngga ada berhentinya, tapi ya memang karena sedikit sekali pariwisata yang ditawarkan. Ada beberapa wisata alam seperti pantai tapi letaknya di pinggiran mendekati Kulon progo, ya jelas jauhlah dari tempat kost saya yang berbuah ”mikir-mikir” untuk jalan-jalan ke sana. Di pusat kota hanya ada alun-alun dengan masjid agung yang katanya bedug disana adalah bedug terbesar di dunia. Saya sempat mensangsikan hal ini, dunia??ngga salah?? Memangnya Arab ngga punya yang paling gede ya?? Haha! – seorang kawan akhirnya menjawab – ya jelas terbesar di dunia, kan yang punya budaya mem-bedug cuma di Indonesia. Bodoh sekali saya. Saya akui ilmu dan pengetahuan Islam saya hanya sebatas menjalankan ibadah wajib saja.
|
sedikit landscape ketika saya berada di Puworejo ^___^ |
|
I will miss them and traveling together..nice momment friend! |
Ah saya lanjutkan ke Kulon Progo saja, dan menyudahi cerita Purworejo yang suasananya sepi banget sampai-sampai kegiatan yang paling banyak saya lakukan disana adalah tidur di kost dan makan bersama kawan-kawan koas. Yup! Wisata ke Kulon Progo adalah sebuah agenda yang sudah saya jadwalkan bersama kawan-kawan koas dalam perjalanan pulang ke Jogja. Untungnya, kawan-kawan koas yang bersama saya adalah orang-orang yang cukup hobi jalan-jalan, jadi cukup mudah merayu mereka untuk jalan-jalan bersama. Berbekal kawan saya yang merupakan anak pribumi Kulon Progo, membuat saya cukup optimis untuk jelajah dan mengetahui – ada apa di Kulon Progo? – sesuai denganquoteyang saya peroleh dari Trinity dalamThe Naked Traveller-nya yang intinya menyebutkan bahwa ”kalau anda mau melihat-lihat tempat wisata yang tidak wajar dan lebih indah, maka ajaklah penduduk setempat sebagai tour guide!. Betul ternyata, jalan-jalan yang saya awali dengan mengunjungi pantai Glagah yang terletak di balik jalan utama Kulon Progo – Sleman ini ternyata cukup menarik. Ya, walaupun biasa saja dari segi pantainya yang menciri khas dari pantai selatan Jawa yaitu berpasir hitam dan berombak besar tapi terdapat kunjungan wisatawan yang lumayan banyak hari itu. Hmmm..selain itu disana dijual buah naga dengan berbagai jenis mulai dari yang merah, kuning, dan putih. Ternyata di sana juga merupakan sentra produksi buah naga karena perkebunannya pun menjadi salah satu aset wisata Kulon Progo. Saya yang baru pertama ke Kulon Progo memang terlihat ”katrok” karena saya belum tahu satu pun tentang potensi disana, termasuk dalam hal buah naga ini. Saya pun membeli beberapa buah naga dan hanya berbekal ramah-tamah dengan si mbak yang jual, saya diberi satu buah naga berukuran besar untuk dicicipi. Dicicipi? Hmm..mungkin lebih tepatnya dimakan karena saya menghabiskan semuanya.
|
Buah Naga mudah sekali untuk ditemukan disini!
|
Hehehehe. Setelah puas melihat panasnya Glagah dan makan buah naga akhirnya saya sampai di laguna Glagah. Menurut saya itu semacam danau di dekat pantai Glagah yang kata teman saya airnya sudah payau karena sudah peralihan. Tapi yang nikmat itu suasananya! Suatu danau dikelilingi beberapa gundukan tanah berumput hijau dan kedalaman disana hanya sekitar 1-2 meter jadi banyak juga yang memutuskan untuk berenang beratapkan langit cerah dan suasana yang tidak sepanas Glagah. Tapi saya memutuskan untuk naik perahu motor saja walaupun ada persewaan ban untuk berenang (baca: saya tidak pernah bisa berenang karena saya mudah panik ketika air masuk ke dalam lubang telinga saya!). Cukup dengan membayar Rp. 50.000,- saja sudah dapat menyewa satu perahu motor untuk kami ber-6 mengelilingi laguna Glagah yang ternyata cukup luas sampai melewati proyek pelabuhan yang sedang dibangun disana. Selesai dari laguna Glagah, saya dan kawan-kawan menuju pelabuhan yang sedang dalam proses pembuatan tersebut. Semua lokasi ini berdekatan sehingga saya dan kawan-kawan yang dengan mengendarai sepeda motor dengan mudah menjangkaunya. Di pelabuhan ”pra-baru” ini ternyata banyak juga yang datang, padahal cuma ada kanal-kanal yang masih dalam proses. Tapi bagus juga sih dengan adanya beton-beton berbentuk kincir segitiga yang ada disana sebagai pondasi kanal. Setidaknya bisa digunakan sebagai tempat berfoto bersama kawan-kawan dengan background pantai yang saat itu mulai redup karena hari sudah mulai sore. Yah setidaknya kunjungan singkat ini merubah persepsi saya yang sebelumnya menganggap Kulon Progo yang tidak ada tempat wisata menjadi kabupaten yang sebenarnya memiliki potensi bagus dalam pariwisata. Semoga saja promosi dari dinas setempat lebih maksimal lagi! – Indonesia tetap kaya dalam pariwisata –
|
Batu-batu berbentuk segitiga ini mengahadirkan keunikan tersendiri =)
|
|
Merasakan ombak pantai Glagah..nothing special sebenarnya hehe =) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar