Seru! di pantai Pasir Putih yang terasa private ini! |
Yup! Mengunjungi pulau Nusakambangan adalah sebuah target yang harus saya lakukan ketika saya telah terjadwalkan secara fixed akan mengunjungi kabupaten Cilacap sebagai lokasi koas kedinasan saya. Pulau yang sedari saya duduk di bangku SD ini terkenal sebagai penjara bagi mereka para penjahat kelas kakap terkesan cukup menyeramkan di bayangan saya ketika masih kecil dulu. Namun, seiring waktu persepsi itu berubah. Kini, saya justru semakin penasaran sebetulnya ada apa saja di sana. Saya sangat yakin bahwa pulau yang terkesan introvet sekalipun pasti memiliki keindahan alam yang ditawarkan dan pasti menarik, tidak terkecuali Nusakambangan yang terkenal sebagai pulau penjara bagi saya. Asalkan anda tahu, saya mengunjungi pulau ini sampai dua kali dalam 10 hari masa kedinasan saya di Stasiun karantina hewan Cilacap, dan kesemuanya merupakan jalan-jalan tanpa ada urusan kedinasan satu pun disana.
Tentunya, seperti biasa saya selalu mencari info terlebih dahulu sebelum menuju lokasi. Bagi saya, ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan karena belum tentu saya kembali ke kabupaten Cilacap dan dalam posisi yang cukup santai seperti sekarang yang dapat mencuri waktu untuk berlibur. Pencarian informasi menuju kesana tentunya saya pilih dengan melakukan wawancara terhadap penduduk setempat. Ya, kepada siapa lagi mencari informasi? Penduduk setempat adalah pilihan paling tepat untuk mengetahui bagaimana akses kesana dan seperti apa sebenarnya situasi Nusakambangan terkini. Setelah bertanya pada beberapa sumber, saya dapat menarik kesimpulan sendiri mengenai pulau ini. Pulau ini terbagi menjadi dua area yang cukup kontras menurut saya yaitu pulau sisi timur dan barat. Sisi barat dari pulau inilah yang terdapat penjara kelas kakap seperti pemberitaan yang saya tangkap selama ini dan untuk memasuki atau bahkan menyeberanginya pun memerlukan perijinan yang jelas dengan embel-embel kedinasan. Sementara sisi timur yang dapat diakses dari pantai Teluk Penyu ternyata merupakan akses pariwisata dari pulau ini. Saya pun mantap menentukan pilihan untuk menjelajahi sisi timur dari Nusakambangan, ya itu tadi bahkan sampai dua kali dengan pasukan (baca: teman-teman) yang berbeda.
Ini adalah secuil bagian dari Benteng Karang Bolong, terlihat abstrak! |
Akses ke sisi timur dari pulau ini sangat mudah, saya cukup menuju lokasi pantai Teluk Penyu di sisi timur kabupaten Cilacap. Dari lokasi ini banyak nelayan setempat yang menawari penyeberangan menuju Nusakambangan hanya dengan biaya Rp.12.500 per orang. Biaya yang menurut saya sangat terjangkau ini jika dibandingkan dengan pengalaman melihat wisata yang ditawarkan oleh Nusakambangan membuat saya tidak pikir panjang lagi. Perjalanan pertama saya lakukan berama ketiga teman saya yang kesemuanya adalah laki-laki. Perjalanan pertama ini terasa cukup praktis dan singkat, ya mungkin karena saat itu saya bersama teman yang kesemuanya laki-laki..jadi tidak ada kesan ribet.Hehehe. Berbeda dengan perjalanan kedua dimana teman-teman wanita meminta untuk diantar ke Nusakambangan, dimana di perjalanan kedua ini lebih banyak berfoto-foto namun kelebihannya adalah ternyata ekplorasi Nusakambangan pun saya rasa lebih maksimal karena waktu kunjungan yang lebih lama!
Dari pesisir pantai Teluk Penyu, saya dibawa menggunakan perahu nelayan motor yang terdapat penyeimbang di sisi kanan dan kirinya. Perjalanannya hanya sekitar 10 menit dengan panorama laut yang menurut saya selalu indah dan dapat menghilangkan penat! Setelah itu sampailah saya ke bagian pesisir dari Pulau Nusakambangan. Di pesisir ini ternyata banyak kapal yang serupa dengan yang saya naiki bersandar di pesisir yang pantainya berpasir putih. Hmm..berpasir putih adalah kelebihan pertama yang saya temukan di sana, karena umumnya pantai selatan terkenal dengan pasirnya yang hitam. Ketika turun dari kapal saya merasa seperti disambut oleh bentukan pintu masuk yang sangat standar, tapi bagi saya memiliki keunikan tersendiri karena saya seperti memasuki sebuah pulau terpencil dengan kearifan lokalnya yang masih sangat terjaga. Di bagian depan saya disambut oleh beberapa pedagang setempat yang umumnya menjual beberapa kerang-kerang an dalam plastik yang biasa dipakai sebagai hiasan dan juga menawarkan makanan dan minuman instan. Jujur saja, saya merasa bahwa higienitas di sana sangat kurang, atau bisa dibilang bernilai 5 jika saya nilai dalam range angka 1-10 sehingga saya pun ragu untuk sekedar beli minuman kemasan di sana. Sebelum memasuki lebih dalam lagi, di bagian depan juga terdapat loket masuk yang cukup dengan membayar tiket Rp.3500, kita sudah diperbolehkan menjelajahi Nusakambangan dan segala isinya. Oh iya! Di sana juga sudah tersedia mushola dan toilet yang lokasinya dekat dengan loket masuk. Tapi, saya sarankan untuk tidak menggunakannya jika memang tidak benar-benar kebelet, karena boleh dikatakan bahwa sayamemberi nilai 3 untuk toiletnya. Bagaimana tidak? Dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu (itu pun sudah banyak yang bolong), lantai yang masih sangat orisinil (baca: pasir pantai) dan hanya dilengkapi oleh sebuah kloset jongkok. Aliran air pun sangat minimalis. Hahaha, saya yang sudah kebelet akhirnya mau tidak mau menerima kondisi ini, lagian daripada saya berjalan-jalan dalam kondisi kebelet kencing, itu jauh tidak nyaman menurut saya.
Di bagian lantai dasar dari 3 tingkat Benteng Karang Bolong..! |
Perjalanan pun berlanjut. Sebenarnya memasuki kawasan ini seperti memasuki kawasan hutan yang semuanya hijau dan agak “serem”..hahaha..eh..lha memang hutan kok! dengan ranting-rantingnya yang bergelantungan dimana-mana. Setelah berjalan menanjak cukup jauh (kalau menurut saya ini lebih bisa disebut hiking) saya menjumpai jalan menuju pantai pasir putih jika saya belok ke arah kiri, sementara jika lurus saya akan disambut oleh pintu gerbang benteng Karang Bolong yang notabene merupakan benteng kolonial yang sudah sangat abstrak. Mengapa abstrak? Weeww! Ternyata benteng ini tersusun atas 3 tingkat dan penampilannya sangat tersembunyi karena sudah tertutup tanah dan akar pepohonan. Hmmm…Bagus! Megah! Saya berasa di lokasi yang mirip dengan film Indiana Jones! Hehehe. Perjalanan menyusuri benteng ini pun saya lakukan bersama kawan-kawan koas saya. Mulai dari lantai yang paling atas (lantai 3) sampai di lantai paling bawah yang lebih abstrak lagi menurut saya. Selain itu untuk menuju ke lantai paling bawah ini perlu menuruni beberapa anak tangga benteng yang sudah licin karena tanah yang basah. Akhirnya saya dan kawan-kawan memutuskan untuk segera meninggalkan tingkatan benteng Karang Bolong ini dengan segera. Selain memang licin karena habis hujan, juga karena hari sudah mulai sore dan sinar matahari semakin minimalis yang masuk ke area benteng. Tracking kami berlanjut menuju pantai pasir putih. Hmmm..tidak sia-sia saya mencari tahu ada apa di balik Nusakambangan. Di sana ternyata tersimpan pantai yang cukup cantik dengan pasir putih dan airnya yang bening. Selain itu suasana pantai yang sepi, membuat pantai ini seolah-olah seperti pantai pribadi milik kami. Yay! Kami pun melakukan rutinitas andalan kami apalagi kalu bukan foto-foto! Ternyata di pantai ini, juga terdapat aliran air tawar yang turun dari atas bukit walaupun tidak terlalu besar. Seusai acara foto-foto dan basah-basahan berakhir, saya dan kawan-kawanpun dengan lekas keluar menuju pintu loket masuk Nusakambangan karena hari sudah mula petang. Di pesisir pintu masuk, sudah terlihat kapal kami waktu berangkat tadi, yang siap membawa kami pulang menuju pesisir Pantai Teluk Penyu dan menjauhi pulau Nusakambangan. Senang! Akhirnya pulau Nusakambangan yang sewaktu saya SD sering saya lihat di Atlas Jawa Tengah dengan embel-embel pulau penjara kelas kakap ternyata memiliki destinasi wisata yang cukup keren! Indonesia memang kaya, maju terus pariwisata Indonesia!
Pantai Pasir Putih yang sepi banget!! Hehe.. |
Bersama kawan-kawan di pantai Pasir Putih biaya-biaya: perahu untuk menyeberang = Rp. 12.500/org loket masuk Nusakambangan = Rp. 3500/org |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar