Jumat, 20 Januari 2012

Jogja Museums : Review


Saya di salah satu sudut halaman Ullen Sentalu
            Jogja memang provinsi yang kaya akan potensi wisata dan saya yakin siapa pun tahu itu. Memang benar kan?. Mau wisata budaya, alam, heritage, edukasi, museum maupun wisata minat khusus seperti desa wisata, semuanya ada di Jogja. Jika ada slogan “Jogja Istemewa”, bagi saya benar adanya, bagi saya Jogja memang selalu istemewa. Kali ini saya akan mengangkat museum dalam postingan saya. Lantas mengapa museum? Bagi saya, tujuan wisata yang satu ini kerap kali kurang mendapat perhatian entah dari wisatawan yang kemudian mengakibatkan pengelola museum wegah-wegahan atau sebaliknya, pengelola museum yang wegah-wegahan dan mengkibatkan para wisatawan susah mengakses museum (ini fakta lho, dalam postingan sebelumnya, saya berniat mengunjungi museum, sudah sampai, dan ternyata museumnya tutup, kecewa berat!). Bukan karena jam operasionalnya sudah berakhir, tapi menurut saya memang tidak adanya hawa kehidupan di beberapa museum yang membuat saya menyimpulkan bahwa pengelola museum memang wegah-wegahan. Well, apapun itu, kali ini saya akan memberikan review sedikit tentang museum-museum yang  pernah saya kunjungi di Jogja, ya lebih tepatnya museum-museum di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, mengingat saya belum pernah mengakses museum di Kab. Gunung Kidul (museum wayang Kekayon yang terletak di Jl. Wonosari ternyata masuk dalam wilayah Kab. Bantul secara administratif hehe.., baru tahu saya) dan juga Bantul (ada Museum Batik Joglo Tjipto Wening dan Museum Purbakala Pleret yang belum saya kunjungi), sementara di Kab. Kulon Progo saya tidak yakin ada museum di sana. Hehehe… ;p


Museum Ullen Sentalu

Sobat saya, Yotania di tengah konsep go green Ullen Sentalu
            Yap! Bagi saya museum yang dikelola oleh pihak swasta ini adalah museum terapik di Jogja. Terletak di kawasan wisata Kaliurang, Kab. Sleman membuat museum ini sangat berbeda dengan museum lainnya baik dari segi arsitektur maupun suasana yang ditawarkan. Dengan biaya admisi yang cukup mahal (Rp. 25.000,-) bagi saya cukup relevan dengan apa yang kita dapatkan di museum ini. Ullen sentalu menyajikan kebudayaan Jawa, profil Keraton Jogja dan Solo, serta arsitektur yang go green. Beberapa kali saya mengunjungi museum ini dan merupakan wisata andalan saya ketika tamu-tamu saya sedang berlibur di Jogja. Bahkan ketika salah satu sobat saya di bangku SMA, Yotania berkunjung ke Jogja, ia pun mengakui keapikan museum ini. Pada awalnya, ia sempat berkomentar “Ah, ngapain aku diajak ke museum, paling-paling museum dimana-mana juga sama, gitu-gitu aja”. Tapi komentar itu seketika hilang, saat sobat saya itu mulai menikmati tur di Ullen Sentalu ini. Berbeda? Jelas! Di museum ini, kita akan ditemani oleh seorang mbak-mbak guide yang akan menjemput kita di depan dan menjelaskan banyak hal selama tur Ullen Sentalu berlangsung. Oh ya, di awal kita pun dijelaskan aturan main selama tur ini berlangsung yaitu tidak boleh memotret selama berada di dalam museum. Padahal ya, suasana dalam museum sangat apik! Njawani banget dengan lighting ruangan yang maksimal! Ya apapun itu, jika untuk menjaga keutuhan koleksi bagi saya cukup masuk akal. Kami hanya diperbolehkan memotret ketika sudah berada di halaman museum. Oh ya, satu hal yang menarik, setelah kita bercapai-capai melakukan tur museum, di akhir acara kita akan mendapatkan segelas jamu panas yang enak banget diminum di tengah suasana Kaliurang yang adem! Ya, ini adalah closing drink bukan welcome drink. Hahaha.. saya pun bersama Yota langsung berfoto-foto di halaman museum sebelum meninggalkan lokasi. *NB: Bagi anda yang berkunjung ke Jogja, museum Ullen Sentalu adalah museum yang wajib anda kunjungi. Dijamin deh, ga bakalan kecewa! ^__^b

Museum Gunung Merapi (MGM)

MGM tampak depan
Museum Gunung Merapi atau nama kerennya MGM adalah museum yang tergolong baru di Kab. Sleman. Museum yang terletak di desa Pakem ini dapat mudah diakses dari jalan Kaliurang ke arah utara sampai menemukan papan petunjuk besar “MUSEUM GUNUNG MERAPI” berwarna hijau. Nah, anda cukup mengikuti papan petunjuk tersebut dan akan sampailah pada museum dengan gaya arsitektur segitiga bak sebuah gunung yang megah. Suatu kesempatan berharga ketika saya dapat menikmati museum ini saat baru-barunya. Hehehe..Ya, apalagi kalau bukan karena saya menjadi bagian dari Dimas Diajeng Sleman 2009. Sebagai duta wisata, saya mendapat kesempatan untuk mengunjunginya dalam rangkaian acara famtrip pengenalan potensi wisata Sleman. Menikmati museum ini sebenarnya hampir serupa dengan museum-museum pada umumnya. Dengan koleksi-koleksinya yang menunjukkan ke-gunung berapian seperti jenis-jenis batuan dari Gunung Merapi, sepeda motor yang hangus lebur karena wedhus gembel (haha..koleksi inilah yang paling saya ingat), kemudian terdapat pula gambaran cerita rakyat Gunung Merapi dalam bentuk kartun. Oh ya, beda museum ini dengan yang lain yaitu adanya diorama Gunung Merapi, ruang diorama kawah putih Merapi, serta peraga yang menggambarkan jajaran gunung berapi di Indonesia, bahkan dunia. Lucunya,  alat peraga  ini bisa dipencet-pencet melalui tombol yang menunjukkan nama gunung tertentu, dan akan ada lampu yang menyala, menunjukkan lokasi dari gunung yang tombolnya dipencet !. Untuk masuk ke dalam museum ini, anda tidak perlu khawatir, terakhir saya kesana hanya dikenakan Rp. 3.000,- /orang. Yah, namanya juga museum yang dikelola pemerintah. Saya harap keutuhan dan keindahan museum ini dapat terjaga seterusnya, bukan hanya di awal-awalnya saja. Jadi, semoga ketika mengunjunginya kembali bersama anak istri saya kelak, museum ini masih menarik ya..Amiin (Doa saya ini serius lho..!, mengingat kebanyakan museum pemerintah berwajah murung dan terbengkalai, hehehe..semoga MGM tidak demikian!).

Ini dia, diorama kawah gunung Merapi yang saya sebutkan

Museum Affandi
Ini dia, gaya arsitektur Museum Affandi yang saya sebut unik!
Ya, sesuai dengan namanya, ini adalah museum yang memajang karya-karya maestro lukis Affandi. Siapa yang tidak kenal Affandi, dia adalah maestro lukis Indonesia yang sudah mengharumkan nama bangsa ke dunia internasional. Bertempat di Jalan Solo, terutama ketika anda menuju Ambarukmo Plaza dari arah barat, anda pasti akan melewatinya. Gaya arsitektur museum yang unik yaitu berbentuk kastil , saya rasa membuat setiap pengunjung mudah sekali menemukan lokasinya. Museum yang dikelola oleh pihak keluarga Pak Affandi ini berisikan lukisan-lukisan dengan pembagian kategori (sesuai dengan aliranya kali ya? – Maaf saya tidak terlalu paham mengenai lukisan Hahaha..) dalam beberapa ruang yang tidak terlalu besar. Hehe, bagi saya yang tidak paham lukisan, saya cuma bisa menilai bahwa koleksi lukisannya bagus-bagus. Selebihnya saya sangat menikmati arsitektur museum yang memang bergaya unik ini. Oh ya, untuk tiket masuk, saya sedikit lupa, saya baru dua kali mengunjungi museum ini yaitu pada tahun 2006 (jamannya saya masih berstatus maba nih..) dan tahun 2009 (gretongan, alias ada event duta wisata hehe..). Seingat saya, waktu saya mengunjunginya tahun 2006 dan berbayar, harga tiketnya lumayan lah, namanya juga museum yang dikelola swasta. Wajar kan, jika tiketnya mahal karena pengelolaan dan perawatan museum swasta memang secara swadaya, tanpa bantuan pemerintah. Satu lagi, warning di museum ini, yaitu jangan coba-coba menyentuh lukisan hasil karya maestro Affandi. Ya, walaupun ngga bakalan ada yang lihat, tapi kan sayang banget kalau koleksinya rusak karena tangan jahil kita. Hehehe.. NB: bagi saya, salah satu keuntungan menjadi duta wisata, ya sering masuk lokasi wisata gratis apalagi saat ada event.

Koleksi Museum Affandi (foto saya ambil dari mbah google nih!)


Museum Monjali (Monumen Jogja Kembali)
Museum Monjali dengan bentuknya yang kerucut
Ya, satu lagi museum di Kab. Sleman yang akan saya ceritakan di sini. Monjali atau Monumen Jogja Kembali mungkin sudah akrab didengar sejak kita masih duduk di bangku SD. Hahaha..apalagi kalau bukan menjadi tujuan studi wisata ketika berkunjung ke Jogja. Saya pun lupa, berapa kali tepatnya mengunjungi museum ini. Hmm..waktu masih TK sekali bersama orangtua, lalu waktu SD sekali saat studi wisata dan ketiga, waktu grand final Dimas Diajeng Sleman 2009 yang bertempat di Monjali juga. Dan lebih herannya, dari saya masih berusia 4 tahun sampai saya segede ini, tidak ada perubahan yang signifikan! Hahaha..ya lagi-lagi kembali ke tipe museum ini yang dikelola dinas (bukannya saya menyudutkan pihak dinas lho ya.., tapi saya fair saja bahwa memang segala hal yang berhubungan dengan dinas perlu pengalokasian dana APBD yang tentunya direncanakan jauh sebelumnya, belum lagi skala prioritas adalah faktor yang  penting, mana yang harus didahulukan). Museum yang berbentuk kerucut bak nasi tumpeng ini berlokasi di jalan ringroad utara dan tentunya sangat mudah ditemukan karena bentuk bangunannya yang khas. Lalu isinya apa ya? Hehe..terakhir saya ke sana tahun 2009 (baca: waktu grand final) isinya tetap sama saja, sajian diorama dalam kaca yang menggambarkan perjuangan kemerdekaan terutama yang berhubungan dengan peperangan di Jogjakarta. Untuk harga tiket masuk, saya kurang tahu persisnya berapa. Hehehe..mengingat saya masih kecil kala berkunjung dan terakhir di tahun 2009 itu saya masuk dengan gretongan tentunya. Oh ya, jujur saya kurang berminat untuk mengunjungi Monjali lagi, padahal hanya 5 menit dari lokasi kost saya. Ya, paling juga gitu-gitu aja, apalagi menurut saya semakin gelap saja lorong dioramanya, serem.com! (berdasarkan hasil pantauan saya saat grand final Dimas Diajeng Sleman di tahun 2009, padahal itu siang hari lho!). Eh, meskipun demikian, saat ini di pelataran Museum Monjali ini dibangung Taman Pelangi. Ya, sesuai namanya, isinya adalah arena bermain anak yang sangat berwarna-warni seperti pelangi. Lumayan lah, cukup eyecatching menurut saya. Haha..
diorama perjuangan yang menghias Museum Monjali


Museum Benteng Vredeburg
at Vredeburg!

Ya, saatnya saya berpindah dari Kab. Sleman ke Kota Yogyakarta. Siapa yang tidak kenal dan tahu Benteng Vredeburg? Benteng peninggalan jaman belanda yang konon digunakan belanda untuk memata-matai Keraton Yogyakarta ini terletak di kawasan Km.0 di jalan Malioboro. Terletak di jantung pariwisata Jogja, tentunya membuat benteng ini kerap dikunjungi oleh wisatawan. Oh ya, saya tidak pernah bosan mengunjungi benteng ini karena memang keutuhan, keindahan dan kebersihannya yang selalu terjaga baik. Selain menghadirkan suasana jadul (apalagi kini dilengkapi dengan persewaan sepeda onthel jadul dan topi kolonial), di benteng ini juga terdapat beberapa diorama dalam kaca yang serupa dengan Monjali, dalam ruang-ruangnya. Jadi, ya bisa dibilang Benteng Vredeburg ini juga berfungsi sebagai museum. Saking cintanya saya dengan benteng ini, saya sampai menjadikan Benteng Vredeburg sebagai salah satu lokasi pemotretan buku angkatan kampus saya dengan konsep jadul tentunya! Mengenai harga tiket masuk hanya sekitar Rp. 2.000 – 3.000, murah bukan?. Oh ya, saran saya jika anda ingin mengunjungi benteng indah ini, datanglah pukul 3 sore, disaat matahari sudah meredup dan nikmatilah suasana sore yang sepoi-sepoi sambil dibawa ke waktu berpuluh tahun yang lalu..Asiik banget!!

Salah satu sudut Vredeburg


Museum Senobudoyo
saya ketika mengunjungi Museum Senobudoyo
Ya, saya sudah pernah memposting museum ini dalam postingan saya sebelumnya (Yogyakarta Lovely City-red) jadi saya tidak akan bercerita banyak. Museum yang terletak di sebelah utara alun-alun utara Keraton Jogja (nah lho..di utaranya utara..hehe) ini sangat mudah ditemukan. Lalu cukup dengan membayar tiket masuk Rp. 3.000,- kita sudah dapat melihat koleksi museum yang berisikan gamelan, jaman pra sejarah, jaman hindu – budha, jaman masuknya islam sampai arca-arca yang didisplay di halaman bak taman arca. Bagi saya, jika dinilai dari 1 – 10, saya memberi nilai 7,5 untuk museum yang bersih dan terawat ini =). 

Museum Keraton Kasultanan Jogjakarta

Bersama penjaga koleksi keraton yang duh..tenang banget bapaknya!
Jika anda berkunjung ke keraton Jogjakarta, anda tidak hanya akan melihat bangunan keraton yang njawani banget, tapi anda juga akan disuguhkan beragam koleksi keraton maupun para sultan. Mulai dari koleksi barang pecah belah, lukisan, pohon silsilah setiap sultan, gamelan, bahkan sampai peralatan yang kerap digunakan sultan dan kerabat keraton sehari-hari. Sangat menarik! Menyusuri sudut-sudut keraton Jogjakarta dengan suguhan koleksi keraton yang sangat lengkap. Oh ya, anda cukup membayar Rp. 5.000,- dan sudah dapat menikmati sisi historis keraton Jogjakarta. Saya sarankan untuk mengunjunginya pada waktu pagi hari, karena selain teriknya matahari, seingat saya siang sedikit gerbang keraton sudah ditutuo dan tidak menerima tamu wisatawan lagi.
di salah satu sudut Kerayon Yogyakarta
Saya bersama kawan saya, drh. Rima di depan salah satu lukisan koleksi Keraton Yogyakarta


Museum Biologi UGM
di tengah koleksi Museum Biologi
Ya, sesuai namanya museum ini milik Universitas Gadjah Mada dan sudah bisa ditebak apa saja koleksinya. Museum yang berisikan topik-topik per-biologi-an ini menurut saya cukup menarik jika anda mengajak anak-anak dalam usia sekolah. Saya yakin, pengetahuan mereka akan bertambah setelah mengunjungi museum ini. Museum yang terletak di Jalan Kusumanegara ini berisikan koleksi ikan, ular,hewan laut, kupu-kupu, serangga, burung, mamalia bahkan tumbuh-tumbuhan. Dari sisi bangunan memang museum ini menempati bangunan tua dengan tata layout koleksi yang memang biasa saja. Tapi, bagi saya, koleksi museum yang lengkap membuat museum ini cukup valuable untuk dikunjungi, apalagi jika anda memang berniat menambah pengetahuan. Hehehe…tiketnya pun cukup murah, seingat saya hanya Rp. 3.000,- .Lagi-lagi seingat saya ! (maklum saya sepertinya harus meniru teman saya bernama Tyas, dia selalu menempel tiket tempat wisata dalam satu buku khusus agar mudah mengingatnya, hehehe..)

Koleksi karang yang ada di museum Biologi UGM


Museum Anak Kolong Tangga
di depan Museum Anak Kolong Tangga
Salah satu koleksi Museum Kolong Tangga

Namanya unik kan? Ya, memang, penamaan museum ini sesuai dengan kenyataannya. Museum Anak Kolong Tangga ini memang terletak di kolong tangga, dengan kata lain memanfaatkan kolong tangga yang kosong. Museum Anak Kolong Tangga terletak di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) tepatnya berada di bawah Hall TBY. Lalu apa saja koleksinya? Museum ini memang ditujukan untuk anak-anak dengan menghadirkan koleksi mainan dari berbagai jaman dan negara. Jadi, ketika anda mengunjunginya, anda akan dibawa ke beberapa puluh tahun lalu, bahkan bernostalgia sedikit karena mungkin menemukan mainan – mainan masa kecil kita dulu. Museum ini merupakan sumbangan dari bapak Rudy Correns yang merupakan kolektor mainan dari berbagai negara. Asal tahu saja, beliau mulai mengoleksi mainan dari ketika beliau masih kecil, bahkan anda akan menemukan mainan pertama beliau yang merupakan hadiah dari sang kakek. Selain itu, di dalamnya pun anda dapat menemui bermacam boneka tali dari berbagai negara, mainan berbahan dasar kayu, bahkan mainan tradisional dari beberapa negara yang ternyata memiliki kemiripan! Saya pun merasa sangat bernostalgia, ketika dapat mengunjunginya bersama kakak saya beberapa hari lalu sebelum postingan ini dibuat. Kami jadi tebak-tebakan selama melihat seluruh koleksi museum, untuk mengingat mainan-mainan masa kecil kami. Masalah tiket, anda tidak perlu khawatir, bagi anak-anak tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis!, sementara orang dewasa harus membayar Rp. 4.000,-. Murah kan? Dijamin worth to visit deh. Oh ya, anda pun dapat membeli souvenir berupa mainan-mainan jadul yang disediakan di gerobak mainan di depan museum. Saya pun sempat terkagum-kagum, “Wah dari mana ya, kok bisa ndapetin mainan-mainan jadul itu di jaman sekarang?”. Intinya, museum ini terlihat sangat terkelola dengan baik, serta memiliki tujuan dan target yang jelas. Salah satu museum yang wajib dikunjungi deh menurut saya!
Saya bersama boneka tali dari beberapa negara
Koleksi mainan berbahan dasar kayu
Boneka-boneka bugil ini terlalu vulgar ga sih buat anaka-anak? Haha..
Bersama mainan kuda-kudaan yang sudah pasti berumur jauh lebih tua daripada saya


Museum Bahari Jogja
Museum Bahari Jogja (Photo by jogjatrip.com)
Saya bersama salah satu baju kebesaran TNI AL yang saya lupa namanya..hehe..
Jika kita mencarinya di google.co.id, dan mengetik keywords “Museum Bahari”, saya yakin pasti yang akan muncul adalah referensi-referensi tentang museum bahari yang terletak di Jakarta. Hmm..memang tidak banyak yang tahu akan keberadaan Museum Bahari  Jogja ini, karena selain terbilang baru (diresmikan pada tanggal 25 April 2009), museum ini juga berada di deretan pertokoan di Jl. R.E. Martadinata, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, sehingga saya yakin orang sering tidak melihatnya dengan seksama. Padahal dari segi arsitektur bangunannya “Kapal banget!” dan mudah untuk ditemukan jika kita sudah mengetahui lokasinya dari awal. Saya pun mengetahuinya baru-baru saja, tepatnya saat saya KKN di Kulon Progo. Ketika KKN di Kulon Progo, Jl. R.E. Martadinata ini adalah jalur yang sering saya lewati ketika melakukan perjalanan Jogja-Kulon Progo pulang pergi. Dan karena lebatnya hujan, sering saya berhenti di pinggir jalan untuk memakai jas hujan dan suatu ketika, saya berhenti tepat di seberang Museum Bahari Jogja ini. Hehehe..
Torpedo made in Russia

Layout Museum Bahari Jogja


Akhirnya, saya pun mendapat kesempatan untuk mengunjunginya. Ya, kali ini saya ditemani kakak saya, mengingat saya sudah berpisah dengan tim bolang saya yang sudah mulai berpencar karena alasan karir. Waktu saat itu menunjukkan pukul 15.00 ketika saya sampai di lokasi dan saya kira museum ini sudah tutup. Ternyata, saya beruntung hari itu, museum ini beroperasi dari pukul 09.00 – 16.30 WIB. Salah satu museum yang konsisten dalam jam operasional! (tidak semua museum lho..disiplin dalam jam operasional). Saya pun mengisi buku tamu. Tidak ada tiket masuk memang, saya hanya dipungut Rp.1000,-/orang dan saya rasa itu pun untuk dana jasa kebersihan. Saya pun dipersilahkan untuk melihat koleksi Museum Bahari Jogja ini yang tersusun atas dua lantai. Bersih, rapi, dan indah! Itulah kesan pertama saat saya memasuki ruang lantai 1 nya. Di lantai 1, terdapat koleksi kenang-kenangan dari berbagai negara juga souvenir shop. Sedangkan di lantai 2, saya diberi kesempatan untuk melihat torpedo buatan Rusia yang membuat saya hanya memikirkan satu hal “Gimana caranya ya naekin torpedo segede ini ke lantai 2?”, mengingat ukurannya yang besar sementara lorong tangganya bersudut tidak terlalu luas. Selain torpedo, juga terdapat koleksi brevet (tanda kepangkatan), replika berbagai kapal, radar, ranjau dan alat navigasi kapal. Oh ya, satu lagi yang unik,tapi sepertinya ini memang karena saya yang katrok karena baru pertama kali melihatnya. Hahaha..saya tertarik pada kaleng biskuit dan biskuit dengan merk “Kabindo”. Dan usut punya usut, ternyata biskuit ini adalah cemilan para TNI AL ketika berada di kapal. Bahkan di kalengnya pung tertulis “ Roti Kabin – KABINDO – khusus TNI AL”. Hehehe..
ini dia, kaleng biskuit Kabindo yang menarik perhatian saya Hehe..


Selesai dari lantai 2 saya pun lekas turun dan langsung menuju bangunan depan yang berbentuk seperti kapal. Saya naik ke atasnya dan memasuki sebuah ruangan yang ternyata di-setting sedemikian rupa sehingga seperti ruang kendali kapal lengkap dengan setir, alat navigasi dan teropong! . Saya pun menyempatkan untuk berfoto-foto sejenak, lalu turun kembali. Ketika akan berpamitan, saya dan kakak saya pun malah asyik mengobrol dengan seorang bapak dari angkatan laut yang hari itu sedang bertugas di sana. Ternyata, museum ini adalah museum swasta yang menempati rumah masa kecil KASUM (Kepala Staf Umum) TNI AL, Bapak Laksamana Madya Yosafat Didik Heru Purnomo, yang sekaligus pembina dari yayasan Paguyuban Tri Lestari yang memprakarsai pendirian museum ini. Oh ya, yang menarik lagi, saat saya membaca batu peresmiannya, tertulis disana bahwa Museum Bahari Jogja ini untuk menjawab bahwa D.I.Y. sebagai bagian dari negara maritim Republik Indonesia, tidak hanya terkenal akan potensi agrarisnya saja, tapi juga punya peran penting dalam kelautan Indonesia. Nice!

saya bereksperimen dengan teropongnya, dan ternyata masih berfungsi baik!
di halaman depan Museum Bahari Jogja
Fiuuh..Selesai sudah saya me-review 10 museum yang terletak di Jogja yang istemewa ini. Bagi saya, museum adalah tempat berwisata yang selalu menarik, yang memiliki keunikan masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Intinya, museum adalah tempat berwisata sambil belajar. Saya tidak pernah bosan untuk mencari tahu ada apa saja di balik museum-museum yang ada di negara kita ini. Saat ini memang baru 10 museum di Jogja yang bisa saya ceritakan, dengan harapan semoga museum yang lain benar-benar “niat” untuk dikunjungi wisatawan alias engga wegah-wegahan. Hehehe..Kenali Negerimu, Cintai Negerimu, Indonesia, I Know it! I Love it!



4 komentar:

  1. cihuy..akhirnya postingan yg di tunggu2 kelar jg..haha..
    asik bgt d ullen sentalu..kunjungan berikutnya pengen k museum gunung berapi nih.. ^^
    thanks info soal museum2nya ji...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...okaii yotaa...anytime, pas ak selo dan pas di jogja tentunya siap menemanimu hahahaha.. ^^b

      Hapus
  2. sepertinya ak cman tertarik ke ullen sentalu ma kolong tangga,, tp liat diorama merapi kyaknya jg mnarik,, hahahahahahahaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ullen sentalu jelas wajib dikunjungi nie! Hahaha.. Kolong Tangga is so much fun..meskipun kecil dan sempit tapi hiburan banget pas liat koleksi di dalamnya..MGM? Itu museum terbaru di Sleman..Lumayan bagus kok, keunggulannya ada di diorama nya! =)

      Hapus