|
Saya di salah satu sudut halaman Ullen Sentalu |
Jogja memang provinsi yang kaya akan
potensi wisata dan saya yakin siapa pun tahu itu. Memang benar kan?. Mau wisata
budaya, alam, heritage, edukasi,
museum maupun wisata minat khusus seperti desa wisata, semuanya ada di Jogja.
Jika ada slogan “Jogja Istemewa”, bagi saya benar adanya, bagi saya Jogja
memang selalu istemewa. Kali ini saya akan mengangkat museum dalam postingan
saya. Lantas mengapa museum? Bagi saya, tujuan wisata yang satu ini kerap kali
kurang mendapat perhatian entah dari wisatawan yang kemudian mengakibatkan
pengelola museum wegah-wegahan atau
sebaliknya, pengelola museum yang wegah-wegahan
dan mengkibatkan para wisatawan susah mengakses museum (ini fakta lho, dalam
postingan sebelumnya, saya berniat mengunjungi museum, sudah sampai, dan
ternyata museumnya tutup, kecewa berat!). Bukan karena jam operasionalnya sudah
berakhir, tapi menurut saya memang tidak adanya hawa kehidupan di beberapa
museum yang membuat saya menyimpulkan bahwa pengelola museum memang wegah-wegahan. Well, apapun itu, kali ini saya akan memberikan review sedikit tentang museum-museum
yang pernah saya kunjungi di Jogja, ya
lebih tepatnya museum-museum di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, mengingat
saya belum pernah mengakses museum di Kab. Gunung Kidul (museum wayang Kekayon yang terletak di Jl. Wonosari ternyata masuk dalam wilayah Kab. Bantul secara administratif hehe.., baru tahu saya) dan juga Bantul (ada Museum Batik Joglo Tjipto Wening dan Museum Purbakala Pleret yang belum saya kunjungi), sementara di Kab.
Kulon Progo saya tidak yakin ada museum di sana. Hehehe… ;p
|
Sobat saya, Yotania di tengah konsep go green Ullen Sentalu |
Yap! Bagi saya museum yang dikelola
oleh pihak swasta ini adalah museum terapik
di Jogja. Terletak di kawasan wisata Kaliurang, Kab. Sleman membuat museum ini
sangat berbeda dengan museum lainnya baik dari segi arsitektur maupun suasana
yang ditawarkan. Dengan biaya admisi yang cukup mahal (Rp. 25.000,-) bagi saya
cukup relevan dengan apa yang kita dapatkan di museum ini. Ullen sentalu
menyajikan kebudayaan Jawa, profil Keraton Jogja dan Solo, serta arsitektur
yang go green. Beberapa kali saya
mengunjungi museum ini dan merupakan wisata andalan saya ketika tamu-tamu saya
sedang berlibur di Jogja. Bahkan ketika salah satu sobat saya di bangku SMA,
Yotania berkunjung ke Jogja, ia pun mengakui keapikan museum ini. Pada awalnya,
ia sempat berkomentar “Ah, ngapain aku
diajak ke museum, paling-paling museum dimana-mana juga sama, gitu-gitu aja”.
Tapi komentar itu seketika hilang, saat sobat saya itu mulai menikmati tur di
Ullen Sentalu ini. Berbeda? Jelas! Di museum ini, kita akan ditemani oleh
seorang mbak-mbak guide yang akan
menjemput kita di depan dan menjelaskan banyak hal selama tur Ullen Sentalu
berlangsung. Oh ya, di awal kita pun dijelaskan aturan main selama tur ini
berlangsung yaitu tidak boleh memotret selama berada di dalam museum. Padahal
ya, suasana dalam museum sangat apik! Njawani
banget dengan lighting ruangan yang
maksimal! Ya apapun itu, jika untuk menjaga keutuhan koleksi bagi saya cukup
masuk akal. Kami hanya diperbolehkan memotret ketika sudah berada di halaman
museum. Oh ya, satu hal yang menarik, setelah kita bercapai-capai melakukan tur
museum, di akhir acara kita akan mendapatkan segelas jamu panas yang enak
banget diminum di tengah suasana Kaliurang yang adem! Ya, ini adalah closing drink bukan welcome drink. Hahaha.. saya pun bersama Yota langsung berfoto-foto
di halaman museum sebelum meninggalkan lokasi. *NB: Bagi anda yang berkunjung
ke Jogja, museum Ullen Sentalu adalah museum yang wajib anda kunjungi. Dijamin
deh, ga bakalan kecewa! ^__^b
Museum Gunung Merapi (MGM)
|
MGM tampak depan |
Museum Gunung Merapi atau nama kerennya MGM adalah museum
yang tergolong baru di Kab. Sleman. Museum yang terletak di desa Pakem ini
dapat mudah diakses dari jalan Kaliurang ke arah utara sampai menemukan papan
petunjuk besar “MUSEUM GUNUNG MERAPI” berwarna hijau. Nah, anda cukup mengikuti
papan petunjuk tersebut dan akan sampailah pada museum dengan gaya arsitektur
segitiga bak sebuah gunung yang megah. Suatu kesempatan berharga ketika saya
dapat menikmati museum ini saat baru-barunya. Hehehe..Ya, apalagi kalau bukan
karena saya menjadi bagian dari Dimas Diajeng Sleman 2009. Sebagai duta wisata,
saya mendapat kesempatan untuk mengunjunginya dalam rangkaian acara famtrip
pengenalan potensi wisata Sleman. Menikmati museum ini sebenarnya hampir serupa
dengan museum-museum pada umumnya. Dengan koleksi-koleksinya yang menunjukkan
ke-gunung berapian seperti jenis-jenis batuan dari Gunung Merapi, sepeda motor
yang hangus lebur karena wedhus gembel
(haha..koleksi inilah yang paling saya ingat), kemudian terdapat pula gambaran
cerita rakyat Gunung Merapi dalam bentuk kartun. Oh ya, beda museum ini dengan
yang lain yaitu adanya diorama Gunung Merapi, ruang diorama kawah putih Merapi,
serta peraga yang menggambarkan jajaran gunung berapi di Indonesia, bahkan
dunia. Lucunya, alat peraga ini bisa dipencet-pencet
melalui tombol yang menunjukkan nama gunung tertentu, dan akan ada lampu yang
menyala, menunjukkan lokasi dari gunung yang tombolnya dipencet !. Untuk masuk ke dalam museum ini, anda tidak perlu
khawatir, terakhir saya kesana hanya dikenakan Rp. 3.000,- /orang. Yah, namanya
juga museum yang dikelola pemerintah. Saya harap keutuhan dan keindahan museum
ini dapat terjaga seterusnya, bukan hanya di awal-awalnya saja. Jadi, semoga
ketika mengunjunginya kembali bersama anak istri saya kelak, museum ini masih
menarik ya..Amiin (Doa saya ini serius lho..!, mengingat kebanyakan museum
pemerintah berwajah murung dan terbengkalai, hehehe..semoga MGM tidak
demikian!).
|
Ini dia, diorama kawah gunung Merapi yang saya sebutkan |
|
Ini dia, gaya arsitektur Museum Affandi yang saya sebut unik! |
Ya, sesuai dengan namanya, ini adalah museum yang memajang
karya-karya maestro lukis Affandi. Siapa yang tidak kenal Affandi, dia adalah
maestro lukis Indonesia yang sudah mengharumkan nama bangsa ke dunia
internasional. Bertempat di Jalan Solo, terutama ketika anda menuju Ambarukmo
Plaza dari arah barat, anda pasti akan melewatinya. Gaya arsitektur museum yang
unik yaitu berbentuk kastil , saya rasa membuat setiap pengunjung mudah sekali
menemukan lokasinya. Museum yang dikelola oleh pihak keluarga Pak Affandi ini
berisikan lukisan-lukisan dengan pembagian kategori (sesuai dengan aliranya
kali ya? – Maaf saya tidak terlalu paham mengenai lukisan Hahaha..) dalam
beberapa ruang yang tidak terlalu besar. Hehe, bagi saya yang tidak paham
lukisan, saya cuma bisa menilai bahwa koleksi lukisannya bagus-bagus.
Selebihnya saya sangat menikmati arsitektur museum yang memang bergaya unik
ini. Oh ya, untuk tiket masuk, saya sedikit lupa, saya baru dua kali
mengunjungi museum ini yaitu pada tahun 2006 (jamannya saya masih berstatus
maba nih..) dan tahun 2009 (gretongan,
alias ada event duta wisata hehe..).
Seingat saya, waktu saya mengunjunginya tahun 2006 dan berbayar, harga tiketnya
lumayan lah, namanya juga museum yang dikelola swasta. Wajar kan, jika tiketnya
mahal karena pengelolaan dan perawatan museum swasta memang secara swadaya,
tanpa bantuan pemerintah. Satu lagi, warning
di museum ini, yaitu jangan coba-coba menyentuh lukisan hasil karya maestro
Affandi. Ya, walaupun ngga bakalan
ada yang lihat, tapi kan sayang banget kalau koleksinya rusak karena tangan
jahil kita. Hehehe.. NB: bagi saya, salah satu keuntungan menjadi duta wisata,
ya sering masuk lokasi wisata gratis apalagi saat ada event.
|
Koleksi Museum Affandi (foto saya ambil dari mbah google nih!)
Museum Monjali (Monumen Jogja
Kembali) |
|
Museum Monjali dengan bentuknya yang kerucut |
Ya, satu lagi museum di Kab. Sleman yang akan saya ceritakan
di sini. Monjali atau Monumen Jogja Kembali mungkin sudah akrab didengar sejak
kita masih duduk di bangku SD. Hahaha..apalagi kalau bukan menjadi tujuan studi
wisata ketika berkunjung ke Jogja. Saya pun lupa, berapa kali tepatnya
mengunjungi museum ini. Hmm..waktu masih TK sekali bersama orangtua, lalu waktu
SD sekali saat studi wisata dan ketiga, waktu grand final Dimas Diajeng Sleman
2009 yang bertempat di Monjali juga. Dan lebih herannya, dari saya masih
berusia 4 tahun sampai saya segede ini, tidak ada perubahan yang signifikan!
Hahaha..ya lagi-lagi kembali ke tipe museum ini yang dikelola dinas (bukannya
saya menyudutkan pihak dinas lho ya.., tapi saya fair saja bahwa memang segala hal yang berhubungan dengan dinas
perlu pengalokasian dana APBD yang tentunya direncanakan jauh sebelumnya, belum
lagi skala prioritas adalah faktor yang
penting, mana yang harus didahulukan). Museum yang berbentuk kerucut bak
nasi tumpeng ini berlokasi di jalan ringroad utara dan tentunya sangat mudah
ditemukan karena bentuk bangunannya yang khas. Lalu isinya apa ya?
Hehe..terakhir saya ke sana tahun 2009 (baca: waktu grand final) isinya tetap
sama saja, sajian diorama dalam kaca yang menggambarkan perjuangan kemerdekaan
terutama yang berhubungan dengan peperangan di Jogjakarta. Untuk harga tiket
masuk, saya kurang tahu persisnya berapa. Hehehe..mengingat saya masih kecil
kala berkunjung dan terakhir di tahun 2009 itu saya masuk dengan gretongan tentunya. Oh ya, jujur saya
kurang berminat untuk mengunjungi Monjali lagi, padahal hanya 5 menit dari
lokasi kost saya. Ya, paling juga gitu-gitu
aja, apalagi menurut saya semakin gelap saja lorong dioramanya, serem.com! (berdasarkan hasil pantauan
saya saat grand final Dimas Diajeng Sleman di tahun 2009, padahal itu siang
hari lho!). Eh, meskipun demikian, saat ini di pelataran Museum Monjali ini dibangung Taman Pelangi. Ya, sesuai namanya, isinya adalah arena bermain anak yang sangat berwarna-warni seperti pelangi. Lumayan lah, cukup eyecatching menurut saya. Haha..
|
diorama perjuangan yang menghias Museum Monjali
Museum Benteng Vredeburg |
|
at Vredeburg! |
Ya, saatnya saya berpindah dari Kab. Sleman ke Kota
Yogyakarta. Siapa yang tidak kenal dan tahu Benteng Vredeburg? Benteng
peninggalan jaman belanda yang konon digunakan belanda untuk memata-matai
Keraton Yogyakarta ini terletak di kawasan Km.0 di jalan Malioboro. Terletak di
jantung pariwisata Jogja, tentunya membuat benteng ini kerap dikunjungi oleh
wisatawan. Oh ya, saya tidak pernah bosan mengunjungi benteng ini karena memang
keutuhan, keindahan dan kebersihannya yang selalu terjaga baik. Selain
menghadirkan suasana jadul (apalagi
kini dilengkapi dengan persewaan sepeda onthel
jadul dan topi kolonial), di benteng ini juga terdapat beberapa diorama
dalam kaca yang serupa dengan Monjali, dalam ruang-ruangnya. Jadi, ya bisa
dibilang Benteng Vredeburg ini juga berfungsi sebagai museum. Saking cintanya saya dengan benteng ini,
saya sampai menjadikan Benteng Vredeburg sebagai salah satu lokasi pemotretan
buku angkatan kampus saya dengan konsep jadul
tentunya! Mengenai harga tiket masuk hanya sekitar Rp. 2.000 – 3.000, murah
bukan?. Oh ya, saran saya jika anda ingin mengunjungi benteng indah ini,
datanglah pukul 3 sore, disaat matahari sudah meredup dan nikmatilah suasana
sore yang sepoi-sepoi sambil dibawa ke waktu berpuluh tahun yang lalu..Asiik
banget!!
|
Salah satu sudut Vredeburg
Museum Senobudoyo |
|
saya ketika mengunjungi Museum Senobudoyo |
Ya, saya sudah pernah memposting museum ini dalam postingan
saya sebelumnya (Yogyakarta Lovely City-red)
jadi saya tidak akan bercerita banyak. Museum yang terletak di sebelah utara
alun-alun utara Keraton Jogja (nah lho..di utaranya utara..hehe) ini sangat
mudah ditemukan. Lalu cukup dengan membayar tiket masuk Rp. 3.000,- kita sudah
dapat melihat koleksi museum yang berisikan gamelan, jaman pra sejarah, jaman
hindu – budha, jaman masuknya islam sampai arca-arca yang didisplay di halaman
bak taman arca. Bagi saya, jika dinilai dari 1 – 10, saya memberi nilai 7,5
untuk museum yang bersih dan terawat ini =).
Museum Keraton Kasultanan Jogjakarta
|
Bersama penjaga koleksi keraton yang duh..tenang banget bapaknya! |
Jika anda berkunjung ke keraton Jogjakarta, anda tidak hanya
akan melihat bangunan keraton yang njawani
banget, tapi anda juga akan disuguhkan beragam koleksi keraton maupun para
sultan. Mulai dari koleksi barang pecah belah, lukisan, pohon silsilah setiap
sultan, gamelan, bahkan sampai peralatan yang kerap digunakan sultan dan
kerabat keraton sehari-hari. Sangat menarik! Menyusuri sudut-sudut keraton
Jogjakarta dengan suguhan koleksi keraton yang sangat lengkap. Oh ya, anda
cukup membayar Rp. 5.000,- dan sudah dapat menikmati sisi historis keraton
Jogjakarta. Saya sarankan untuk mengunjunginya pada waktu pagi hari, karena
selain teriknya matahari, seingat saya siang sedikit gerbang keraton sudah
ditutuo dan tidak menerima tamu wisatawan lagi.
|
di salah satu sudut Kerayon Yogyakarta |
|
Saya bersama kawan saya, drh. Rima di depan salah satu lukisan koleksi Keraton Yogyakarta
Museum Biologi UGM |
|
di tengah koleksi Museum Biologi |
Ya, sesuai namanya museum ini milik Universitas Gadjah Mada
dan sudah bisa ditebak apa saja koleksinya. Museum yang berisikan topik-topik
per-biologi-an ini menurut saya cukup menarik jika anda mengajak anak-anak dalam
usia sekolah. Saya yakin, pengetahuan mereka akan bertambah setelah mengunjungi
museum ini. Museum yang terletak di Jalan Kusumanegara ini berisikan koleksi
ikan, ular,hewan laut, kupu-kupu, serangga, burung, mamalia bahkan
tumbuh-tumbuhan. Dari sisi bangunan memang museum ini menempati bangunan tua
dengan tata layout koleksi yang
memang biasa saja. Tapi, bagi saya, koleksi museum yang lengkap membuat museum
ini cukup valuable untuk dikunjungi,
apalagi jika anda memang berniat menambah pengetahuan. Hehehe…tiketnya pun
cukup murah, seingat saya hanya Rp. 3.000,- .Lagi-lagi seingat saya ! (maklum
saya sepertinya harus meniru teman saya bernama Tyas, dia selalu menempel tiket
tempat wisata dalam satu buku khusus agar mudah mengingatnya, hehehe..)
|
Koleksi karang yang ada di museum Biologi UGM
Museum Anak Kolong Tangga |
|
di depan Museum Anak Kolong Tangga |
|
Salah satu koleksi Museum Kolong Tangga |
Namanya unik kan? Ya, memang, penamaan museum ini sesuai
dengan kenyataannya. Museum Anak Kolong Tangga ini memang terletak di kolong
tangga, dengan kata lain memanfaatkan kolong tangga yang kosong. Museum Anak
Kolong Tangga terletak di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) tepatnya berada di
bawah Hall TBY. Lalu apa saja koleksinya? Museum ini memang ditujukan untuk
anak-anak dengan menghadirkan koleksi mainan dari berbagai jaman dan negara.
Jadi, ketika anda mengunjunginya, anda akan dibawa ke beberapa puluh tahun
lalu, bahkan bernostalgia sedikit karena mungkin menemukan mainan – mainan masa
kecil kita dulu. Museum ini merupakan sumbangan dari bapak Rudy Correns yang
merupakan kolektor mainan dari berbagai negara. Asal tahu saja, beliau mulai mengoleksi
mainan dari ketika beliau masih kecil, bahkan anda akan menemukan mainan
pertama beliau yang merupakan hadiah dari sang kakek. Selain itu, di dalamnya
pun anda dapat menemui bermacam boneka tali dari berbagai negara, mainan
berbahan dasar kayu, bahkan mainan tradisional dari beberapa negara yang
ternyata memiliki kemiripan! Saya pun merasa sangat bernostalgia, ketika dapat
mengunjunginya bersama kakak saya beberapa hari lalu sebelum postingan ini
dibuat. Kami jadi tebak-tebakan
selama melihat seluruh koleksi museum, untuk mengingat mainan-mainan masa kecil
kami. Masalah tiket, anda tidak perlu khawatir, bagi anak-anak tidak dipungut
biaya sepeser pun alias gratis!, sementara orang dewasa harus membayar Rp.
4.000,-. Murah kan? Dijamin worth to
visit deh. Oh ya, anda pun dapat membeli souvenir berupa mainan-mainan jadul yang disediakan di gerobak mainan
di depan museum. Saya pun sempat terkagum-kagum, “Wah dari mana ya, kok bisa ndapetin mainan-mainan jadul itu di jaman
sekarang?”. Intinya, museum ini terlihat sangat terkelola dengan baik,
serta memiliki tujuan dan target yang jelas. Salah satu museum yang wajib
dikunjungi deh menurut saya!
|
Saya bersama boneka tali dari beberapa negara |
|
Koleksi mainan berbahan dasar kayu |
|
Boneka-boneka bugil ini terlalu vulgar ga sih buat anaka-anak? Haha.. |
|
Bersama mainan kuda-kudaan yang sudah pasti berumur jauh lebih tua daripada saya
Museum Bahari Jogja |
|
Museum Bahari Jogja (Photo by jogjatrip.com) |
|
Saya bersama salah satu baju kebesaran TNI AL yang saya lupa namanya..hehe.. |
Jika kita mencarinya di google.co.id, dan mengetik keywords “Museum Bahari”, saya yakin
pasti yang akan muncul adalah referensi-referensi tentang museum bahari yang
terletak di Jakarta. Hmm..memang tidak banyak yang tahu akan keberadaan Museum
Bahari Jogja ini, karena selain
terbilang baru (diresmikan pada tanggal 25 April 2009), museum ini juga berada
di deretan pertokoan di Jl. R.E. Martadinata, Wirobrajan, Kota Yogyakarta,
sehingga saya yakin orang sering tidak melihatnya dengan seksama. Padahal dari
segi arsitektur bangunannya “Kapal
banget!” dan mudah untuk ditemukan jika kita sudah mengetahui lokasinya
dari awal. Saya pun mengetahuinya baru-baru saja, tepatnya saat saya KKN di
Kulon Progo. Ketika KKN di Kulon Progo, Jl. R.E. Martadinata ini adalah jalur
yang sering saya lewati ketika melakukan perjalanan Jogja-Kulon Progo pulang
pergi. Dan karena lebatnya hujan, sering saya berhenti di pinggir jalan untuk
memakai jas hujan dan suatu ketika, saya berhenti tepat di seberang Museum
Bahari Jogja ini. Hehehe..
|
Torpedo made in Russia |
|
Layout Museum Bahari Jogja |
Akhirnya, saya pun mendapat kesempatan untuk mengunjunginya.
Ya, kali ini saya ditemani kakak saya, mengingat saya sudah berpisah dengan tim
bolang saya yang sudah mulai berpencar karena alasan karir. Waktu saat itu
menunjukkan pukul 15.00 ketika saya sampai di lokasi dan saya kira museum ini
sudah tutup. Ternyata, saya beruntung hari itu, museum ini beroperasi dari
pukul 09.00 – 16.30 WIB. Salah satu museum yang konsisten dalam jam
operasional! (tidak semua museum lho..disiplin dalam jam operasional). Saya pun
mengisi buku tamu. Tidak ada tiket masuk memang, saya hanya dipungut
Rp.1000,-/orang dan saya rasa itu pun untuk dana jasa kebersihan. Saya pun
dipersilahkan untuk melihat koleksi Museum Bahari Jogja ini yang tersusun atas
dua lantai. Bersih, rapi, dan indah! Itulah kesan pertama saat saya memasuki
ruang lantai 1 nya. Di lantai 1, terdapat koleksi kenang-kenangan dari berbagai
negara juga souvenir shop. Sedangkan
di lantai 2, saya diberi kesempatan untuk melihat torpedo buatan Rusia yang
membuat saya hanya memikirkan satu hal “Gimana
caranya ya naekin torpedo segede ini ke lantai 2?”, mengingat ukurannya
yang besar sementara lorong tangganya bersudut tidak terlalu luas. Selain
torpedo, juga terdapat koleksi brevet (tanda kepangkatan), replika berbagai
kapal, radar, ranjau dan alat navigasi kapal. Oh ya, satu lagi yang unik,tapi
sepertinya ini memang karena saya yang katrok
karena baru pertama kali melihatnya. Hahaha..saya tertarik pada kaleng biskuit
dan biskuit dengan merk “Kabindo”. Dan usut punya usut, ternyata biskuit ini
adalah cemilan para TNI AL ketika berada di kapal. Bahkan di kalengnya pung
tertulis “ Roti Kabin – KABINDO – khusus TNI AL”. Hehehe..
|
ini dia, kaleng biskuit Kabindo yang menarik perhatian saya Hehe.. |
Selesai dari lantai 2 saya pun lekas turun dan langsung
menuju bangunan depan yang berbentuk seperti kapal. Saya naik ke atasnya dan
memasuki sebuah ruangan yang ternyata di-setting
sedemikian rupa sehingga seperti ruang kendali kapal lengkap dengan setir, alat
navigasi dan teropong! . Saya pun menyempatkan untuk berfoto-foto sejenak, lalu
turun kembali. Ketika akan berpamitan, saya dan kakak saya pun malah asyik
mengobrol dengan seorang bapak dari angkatan laut yang hari itu sedang bertugas
di sana. Ternyata, museum ini adalah museum swasta yang menempati rumah masa
kecil KASUM (Kepala Staf Umum) TNI AL, Bapak Laksamana Madya Yosafat Didik Heru
Purnomo, yang sekaligus pembina dari yayasan Paguyuban Tri Lestari yang
memprakarsai pendirian museum ini. Oh ya, yang menarik lagi, saat saya membaca
batu peresmiannya, tertulis disana bahwa Museum Bahari Jogja ini untuk menjawab
bahwa D.I.Y. sebagai bagian dari negara maritim Republik Indonesia, tidak hanya
terkenal akan potensi agrarisnya saja, tapi juga punya peran penting dalam
kelautan Indonesia. Nice!
|
saya bereksperimen dengan teropongnya, dan ternyata masih berfungsi baik! |
|
|
di halaman depan Museum Bahari Jogja |
Fiuuh..Selesai sudah saya me-review
10 museum yang terletak di Jogja yang istemewa ini. Bagi saya, museum adalah
tempat berwisata yang selalu menarik, yang memiliki keunikan masing-masing,
yang berbeda satu sama lain. Intinya, museum adalah tempat berwisata sambil
belajar. Saya tidak pernah bosan untuk mencari tahu ada apa saja di balik
museum-museum yang ada di negara kita ini. Saat ini memang baru 10 museum di
Jogja yang bisa saya ceritakan, dengan harapan semoga museum yang lain
benar-benar “niat” untuk dikunjungi
wisatawan alias engga wegah-wegahan.
Hehehe..Kenali Negerimu, Cintai Negerimu, Indonesia, I Know it! I Love it!
cihuy..akhirnya postingan yg di tunggu2 kelar jg..haha..
BalasHapusasik bgt d ullen sentalu..kunjungan berikutnya pengen k museum gunung berapi nih.. ^^
thanks info soal museum2nya ji...
hahaha...okaii yotaa...anytime, pas ak selo dan pas di jogja tentunya siap menemanimu hahahaha.. ^^b
Hapussepertinya ak cman tertarik ke ullen sentalu ma kolong tangga,, tp liat diorama merapi kyaknya jg mnarik,, hahahahahahahaaa
BalasHapusUllen sentalu jelas wajib dikunjungi nie! Hahaha.. Kolong Tangga is so much fun..meskipun kecil dan sempit tapi hiburan banget pas liat koleksi di dalamnya..MGM? Itu museum terbaru di Sleman..Lumayan bagus kok, keunggulannya ada di diorama nya! =)
Hapus