|
Saya di salah satu sudut Lawang Sewu |
Setelah semalaman berusaha tidur
nyenyak di dalam losmen yang notabene hanya berbayar Rp. 60.000,-/ malam dengan
kasur tipisnya, saya pun rela bangun pagi-pagi untuk segera sholat shubuh,
mandi dan packing. Hehehe.. intinya,
saya tidak mau berlama-lama di losmen dan segera check out. Pagi itu Ani menjemput saya pada pukul 07.00 pagi dan
kemudian bergegas menuju rumah pakdhenya
untuk meletakkan tas ransel saya. Pagi itu, kami memutuskan untuk mencari
sarapan terlebih dulu di daerah kampus Undip yang berada di Tembalang. Ya,
akhirnya kami mencoba sarapan nasi gandul yang jauh dari ekspektasi saya. Padahal, nasi
gandul khas Pati (baca: asal Ayah saya) ini rasanya benar-benar nikmat jika
ditemui di tempat asalnya. Bahkan nasi gandul yang saya cicipi pagi itu jauh
lebih tidak enak dibandingkan langganan saya di Jogja. Hahaha..apapun itu, yang
jelas bisa digunakan untuk mengganjal perut saya, sebelum melanjutkan
perjalanan di Semarang Kota di hari kedua ini.
Yak,
dan kami pun kebingungan memilih tujuan jalan-jalan kami pada hari kedua ini,
mengingat beberapa tujuan wisata sudah diborong
pada hari pertama, kemarin. Tujuan jalan-jalan pada hari kedua ini hanya
tersisa Lawang Sewu!, sementara jadwal kami untuk menuju Ambarawa masih siang
nanti. Akhirnya, meskipun kami tahu bahwa saat itu masih kepagian, kami pun
tetap menuju Lawang Sewu, dan tarraaa..masih tutup dan belum ada tanda-tanda
kehidupan! Haha..akhirnya Ani menawarkan beberapa opsi lainnya yang akhirnya
menjadi rute perjalanan pada hari kedua ini.
First: Pantai Maron
|
Saya yang mencoba menikmati pantai Maron.. :p |
Adanya opsi untuk menuju ke pantai
ini sebenarnya bermula dari keingintahuan saya tentang Pantai Marina. Ya,
pantai ini sering saya dengar dari para wisatawan yang berlibur ke Semarang.
Namun, Ani menyarankan pantai lain yaitu mengunjungi Pantai Maron. Katanya “Pantai Marina itu udah dipagerin beton, ga
ada pasirnya dan banyak truk-truk gede karena daerah proyek, kalau mau ke
pantai yang ada pasirnya, ya ke Maron aja”. Akhirnya saya menurut saja pada
tour guide saya ini dan bergegas
menuju Semarang bagian utara mengingat Pantai Maron ini terletak di belakang
bandara Ahmad Yani. Jackpot! Itu yang
saya rasakan ketika perjalanan menuju ke Pantai Maron. Medan untuk menuju
pantai ini yang masih tanah ternyata penuh comberan!.
Apalagi hujan turun deras semalam, bisa dibayangkan kan? Betapa beceknya medan
yang saya lalui pagi itu. Bahkan beberapa kali, motor kami sempat terpeleset di
tengah comberan yang mengharuskan Ani
untuk turun dari motor dan berjalan sesaat. Saya pun menyebutnya semi off road! Akhirnya sampailah saya
pada pantai yang sudah saya tunggu-tunggu dan ZzzZZZzz..tampaklah sebuah pantai
di depan mata saya yang sepi, seadanya dan kotor! Hahaha..benar-benar jackpot!, mungkin ini yang Ayah saya
bilang bahwa jangan pernah mengunjungi pantai di Semarang. Saya pun heran
melihat beberapa orang yang tipe-tipe
mahasiswa lah, begitu menikmati pantai Maron ini bahkan bermain pasir dan
air hingga basah kuyup. Hehehe..jujur saya sama sekali tidak berminat untuk main
air apalagi pasirnya. Saya hanya mencelupkan kaki saya yang kotor karena
perjalanan off road tadi dan berfoto
sejenak. Hahaha..mungkin ini tidak bisa dibandingkan dengan pantai-pantai indah
di Kab. Gunung Kidul di Jogja, tapi pantai ini tetap masuk sebagai pantai utara
terburuk yang pernah saya kunjungi. Bahkan saya rasa pantai di Jepara dan
Rembang jauh lebih tertata. Hehe..saya pun segera cabut! . Oh ya, untuk tiket masuk ke pantai ini hanya dikenakan
biaya parkir untuk sepeda motor sebesar Rp. 5.000,-. Tips: menurut saya, jika
tidak terlalu penasaran mendingan ga usah
deh mengunjungi pantai ini, tapi jika anda seperti saya yang kekurangan
objek wisata, anda harus pastikan bahwa anda mengunjunginya saat musim panas
sehingga tidak akan menemui medan offroad
seperti saya tadi! Hehe..Bye bye Maron,
kabar-kabar ya kalo udah ada perbaikan infrastruktur, baru saya akan
mengunjungimu lagi! =p
|
Saya bersama Ani, yang menjadi tourguide saya selama 3 hari |
|
Si Honda 90 yang belepotan akibat offroad --" |
Second: Museum Ronggowarsito
|
Ani di area pintu masuk museum |
Tujuan berikutnya adalah Museum Jawa
Tengah Ronggowarsito. Sebenarnya tidak ada tujuan ke sana dalam rencana kami
sebelumnya. Tapi, ketidaksengajaan saya yang melewatinya saat mencari cucian
motor untuk mencuci si Honda 90, membuat saya ingin mampir sejenak. Apalagi
saya termasuk hobi mengunjungi museum. Setelah muter-muter mencari cucian motor yang tidak berhasil ditemukan,
akhirnya saya mampir ke museum ini dengan si Honda 90 yang masih belepotan tanah. Tiket masuk untuk ke
museum ini dikenakan Rp. 4.000,-/orang. Museum ini terbagi menjadi empat hall yaitu hall A, B, C, dan D yang masing-masing memiliki koleksi berbeda. Hall A berisikan hal-hal yang berbau
geologi seperti meteor, gunung berapi, juga tentang palentologi (fosil-fosil
purba). Oh ya, di Hall A ini saya
sempat melihat beberapa tukang sedang merenovasi beberapa sudut museum. Suatu upaya
yang bagus untuk menghidupkan kembali minat wisatawan ke museum mengingat
museum ini pun terlihat kurang terawat. Hall
B sendiri berisikan koleksi-koleksi tentang masa Hindu-Budha, masuknya Islam,
jaman kolonial serta koleksi keramik dan batik. Sementara Hall C menghadirkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia serta
etnografi (perahu layar, kehidupan agraris dll) dan Hall D berisikan koleksi-koleksi era pembangunan dan kesenian. Bagi
saya, museum ini masih jelas menggambarkan tipikal museum pemerintah yang minim
perhatian meskipun judulnya adalah
Museum Jawa Tengah. Beberapa sudutnya pun masih minim penerangan dan juga ada
beberapa koleksinya yang rusak, dibiarkan begitu saja. Semoga upaya renovasi
museum ini (seperti yang saya temui tadi) dilakukan dengan menyeluruh. Ayo
sukseskan Tahun Kunjung Museum yang terus diperpanjang periodenya! =)
|
Ani bersama koleksi meteor yang terdapat di museum ini |
|
|
Saya bersama sebuah prasasti dengan huruf Pallawa |
Third: Lawang Sewu
|
Saya dan Ani di bagian depan Lawang Sewu |
Inilah pemberhentian terakhir saya
yaitu mengunjungi ikon Kota Semarang, Lawang Sewu!. Setelah capek muter-muter di museum
Ronggowarsito yang cukup memakan waktu, kami pun sampai pada Lawang Sewu yang
sudah mulai beroperasi. Oh ya, jangan kaget,
tiket masuk Lawang Sewu memang murah yaitu hanya dikenakan Rp. 10.000,-/orang, tapi
anda diharuskan menyewa guide yang
bertarif Rp. 30.000,-/guide! Gila,
ini adalah tarif guide termahal yang
pernah saya temui dan merupakan guide
dengan penjelasan paling minimalis. Ya, gimana
engga, Lawang Sewu yang dulunya adalah kantor NIS (perkereta apian jaman
Belanda) ya, mau ga mau semuanya
adalah bangunan perkantoran. Mau dijelaskan apa lagi? Saya pun tidak mau rugi,
dan lebih memanfaatkan si guide untuk
menjadi tukang foto saya dan Ani sehingga tidak ada lagi foto kami yang sendiri-sendiri. Lagian, bukti pembayaran ataupun
tiket menyewa guide ini pun
tidak ada, sehingga saya pun mempertanyakan keresmian para guide ini walaupun mereka mengenakan name tag di baju batik mereka. “Ah,
kalo cuma name tag mah, bisa dibikin sendiri” pikir saya.
|
Saya dan Ani bersama pintu-pintu yang menjadi ciri khas Lawang Sewu |
Well, terlepas dari fenomena guide di Lawang Sewu, saya cukup
menikmati tur di bangunan klasik ini. Lebih tepatnya, menikmati arsitektur
Lawang Sewu yang memang menarik. Apalagi saya sempat berfoto di deretan
pintu-pintu yang terbuka yang menjadi ciri khas Lawang Sewu. Oh ya, ada satu
hal yang membuat saya sering tersenyum sendiri di sepanjang tur kami ini, si guide selalu menjawab “ Ya, ini juga
kantor mas”, setiap saya menanyakan ini ruang apa, dan itu ruang apa. Hahaha..
Ya, saya juga tahu pak, kalau ini dulunya kantor!. Saya rasa para guide itu perlu diberikan briefing lebih dalam tentang sejarah
Lawang Sewu di setiap sudutnya, biar terkesan cerdas! Hahaha..saya pun
berfoto-foto di berbagai sudut Lawang Sewu sebelum akhirnya memutuskan pulang
ke rumah pakdhenya Ani. Hmm..tentunya sebelum cabut ke Ambarawa untuk berlibur di sana, saya harus mencucikan si
Honda 90 yang sudah loyal menemani
saya selama 2 hari di Semarang Kota. Indonesia
still awesome! Kenali negerimu, cintai negerimu =)
|
Saya di salah satu sudut Lawang Sewu |
|
Arsitektur Lawang Sewu yang klasik! |
hahahahahaaa asemmm,, ptoku dihari ini bny yang ga owke akibat tragedi offroad.. malah dmasukin,, wkwkwkwkkkk paRRAAhhh,, GOKILL.. kpn backpaker lg???wkwkwkwkkk
BalasHapuskapaan ce rebell? mari kita atur waktu dan rapatkan barisan..itulah off road..bikin seharian pegel-pegel hahahaha.. =p
Hapuswkwkwkwk....penampilan kalian sungguh rruaarrr biasa..
BalasHapusuntung ke maron,kl ke marina bs2 nyesel ji..hebat bwat tour guidenya.. ^^
opooo yot?? untung ke Maron? saya rasa lebih untung lagi klo saya tidak mengunjungi satu pun pantai di Semarang hahahahahaha ;p
Hapusnah tow jik,, untung,,, akakkaakakakakkk.. stuju yott.. hahaha
HapusSalam kenal, saya suka jalan2 ke museum juga ..
BalasHapusbtw losmen di semarang yg 60rb/malam recomended nggak ?
Makasih :)
losmen 60 rb itu saya tidak rekomendasikan mbak...saya memilih losmen itu karena berdekatan dengan kost kawan saya yang akan menemani dan memandu saya jalan-jalan di semarang..lebih baik cari losmen dengan harga 100rb an ke atas agar lebih layak dan nyaman
Hapus