Sabtu, 07 Januari 2012

2 Hari Menantang Matahari -- day 2 !


kami saat di Galabo

             Yippi! Postingan kedua saya tentang 2 hari menantang matahari akhirnya terkerjakan juga. Ya, dengan sedikit gembira, ini adalah postingan pertama saya setelah gelar baru melekat di depan nama panjang saya. Postingan pertama setelah saya resmi menyandang gelar dokter hewan yang saya telah upayakan selama 5 tahun ini. Hehehe.. dengan kondisi kesehatan yang buruk (flu, batuk, suara serak – hilang entah kemana) akibat job interview yang berurutan-- jalan-jalan—persiapan pelantikan dan sumpah dokter – musim hujan – dan kurangnya istirahat membuat kesehatan saya benar-benar drop!. Tapi, saya akan tetap menceritakan jalan-jalan saya bersama  pasangan duta wisata tersantai, tergokil dan ter-apa adanya yang saya pernah kenal. Ya, cerita kali ini masih sama seperti postingan sebelumnya, saya masih berjalan-jalan bersama ayu dan adi, namun dengan setting tempat yang berbeda.


batik-batik pilihan yang menjadi tujuan jalan-jalan kami kali ini

            Berbeda? Yup! Kali ini saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mendapatkan cerita jalan-jalan yang saya tidak akan lupakan seumur hidup saya. Kok bisa? Ya bukan karena tempat tujuan travelling saya kali ini yang hanya ke Solo. Memang benar, jika traveling bisa menghadirkan cerita tersendiri yang sangat berbeda – tidak pengaruh itu tempatnya dimana, semewah apa atau sesederhana apa – tapi bagi saya traveling itu sangat bisa menjadi istemewa dengan apapun kondisi yang dipilih seseorang untuk berwisata . Mungkin kali ini saya diberi kesempatan untuk berjalan-jalan bersama dua teman saya, Adi dan Ayu yang memang “ga ada matinya”. Hahaha..
            Pagi itu, setelah semalam Adi menginap di kost saya dan Ayu menginap di kost kakak saya, kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Dengan menu sarapan nasi kuning khas mahasiswa, kami pun segera melahap sarapan kami karena harus mengejar jadwal kereta api Prameks (Jogja-Solo) pada pukul 10. 30 WIB. Hmm..mungkin perlu dijelaskan mengapa di hari kedua ini kami memilih Solo sebagai kota tujuan. Hehehe..Pertama, karena Ayu memiliki butik online yang menjual batilk-batik cantik dan membuat Ayu belum puas berbelanja batik di Jogja. Katanya ia masih ingin berbelanja ke pabriknya, dengan pilihan motif yang beragam dan harga yang tentunya bersaing. Kedua, ternyata kereta api Lodaya malam yang akan membawa mereka ke Bandung malam nanti berawal di Stasiun Solo Balapan. Selesai sarapan, kami pun langsung membawa backpack-backpack besar (milik Adi dan Ayu) menuju stasiun Lempuyangan yang pagi itu juga diantar si Epi, adik saya. Hmm..bisa saya bilang dengan tampilan backpack besar mereka, dua teman saya ini memang terlihat layaknya backpacker. Uppss..semi backpacker kali ya,-- lebih tepat disebut demikian jika mengingat belanjaan si Ayu yang buanyakk bennerr..Hahahaha..Bahkan Adi sempat berceloteh “niatnya backpacker, tapi mana ada backpacker sedikit-sedikit belanja”. Haha..saya cuma tertawa menanggapi komentar itu sambil melihat hasil belanjaan Ayu yang memang tidak bisa disebut sedikit. Ya, namanya juga wanita, setiap berwisata bersama wanita, walaupun judulnya backpacker saya percaya pasti tetap ada unsur belanja di dalamnya. Sama halnya ketika berwisata dengan ibu saya, sebagian besar waktu habis di toko souvenir dan oleh-oleh. Capee deh.. --___--
            1 jam berlalu. Selama di KA Prameks saya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu mp3 dari hand phone saya, sementara Adi dan Ayu memilih untuk tidur selama perjalanan Jogja-Solo. Ya, bagi saya Solo memang bukan sekali ini saja saya jelajahi. Letaknya yang dekat, adanya kerabat, banyak teman dan kenalan di sana membuat Solo menjadi kota yang sudah sangat biasa bagi saya. Tapi kali ini sedikit berbeda. Jelajah saya kali ini di Solo benar-benar dalam konteks “bolang” (baca: bocah ilang), karena tak ada satupun teman dan kenalan saya yang free pada hari itu (mengingat libur natal dan tahun baru – mereka memiliki acara sendiri-sendiri di hari itu) sehingga tidak ada satu pun yang dapat menemani saya jalan-jalan. Hmm..seru juga sepertinya, membawa dua teman saya yang jauh lebih buta dengan Solo, ditambah saya yang juga tidak pernah “mudeng” dengan jalur transportasi dan layout kota Solo. Lengkap sudah, 3 orang mahasiswa siap menjadi “bolang” seutuhnya. Hahaha..
            Mungkin perlu saya ceritakan sedikit, mengapa saya tidak pernah berusaha memahami jalur transportasi di Solo padahal saya sudah bolak-balik mengunjungi kota yang satu ini. Ya, karena sesampainya di Solo selalu ada teman yang sudah ready menjemput saya di stasiun dan menghantarkan saya jalan-jalan baik dengan sepeda motor maupun mobil mereka. Intinya, saya terima beres dibawa muter-muter kota Solo tanpa menyentuh moda transportasi publik. Hmm.. akhirnya saya meng-SMS mas Ariyanto, seorang travel writer yang terkenal dengan salah satu judul bukunya “Travellicious”. Hehe..perkenalan saya dengan mas Ariy (begitu beliau akrab disapa) ketika saya membeli salah satu bukunya hingga akhirnya saya mengerjakan proyek clothing “Travellicious”nya melalui usaha clothing saya. Sangat terbantu? Jelas! Saya disarankan untuk naik Solo Batik Trans (semacam Transjakarta di Solo) dan turun di Halte Gladak. Katanya dari sana tinggal jalan sedikit sudah sampai di kompleks perbelanjaan batik di Solo. Ya, ternyata mudah, cukup berjalan sedikit kami sudah sampai di alun-alun keraton Solo yang letaknya berdekatan dengan PGS (Pusat Grosir Solo), Pasar Kain Beteng, Pasar Klewer, Kampung Batik Kauman dan Keraton Solo pastinya.

Bersama Ayu di halaman Masjid Kauman

            Hahaha..melihat kami membawa backpack besar membuat para tukang becak di sana berebut untuk menawari kami tumpangan. Setelah tawar-menawar dengan cukup lihai, akhirnya kami mendapat harga Rp.10.000 untuk 2 becak pulang pergi! Murah bukan? Lalu kemana tujuan pertama kami? Hehehe..kami memilih untuk mengunjungi Kampung Batik Kauman. Si Adi dengan backpack besarnya pada satu becak, sementara saya dan Ayu dengan backpack ukuran sedang pada becak satunya lagi. Jarak dari gapura keraton ke Kampung Batik Kauman lumayan jauh menurut saya dan saya tentunya tidak akan mengambil opsi untuk berjalan kaki meskipun itu sangat mungkin dilakukan, mengingat cuaca Solo yang terik saat itu. Sampailah kami di Kampung Batik Kauman. Ya, namanya juga Kampung Batik apalagi kalau bukan galeri batik berjejer yang ditawarkan oleh lokasi ini. 1 jam, 2 jam berlalu. Di Kampung Batik Kauman ini, Ayu mendapat batik harga grosir yang lumayan bersaing, apalagi membelinya lebih dari satu. Selesai berbelanja, kami pun berfoto bersama dengan latar kampung batik! Hehehe..

kami di tengah Kampung Batik Kauman

            Selesai berbelanja, si pak becak mengantar kami ke masjid Kauman untuk sholat dzuhur dan selanjutnya meninggalkan kami a.k.a. sampai di masjid ini saja kontrak kami dengan pak becak. Hehehe..Ya, ternyata masjid ini konstruksinya lumayan menarik jika dilihat secara seksama. Tidak terlalu modern tapi juga tetap mempertahankan ciri jawanya atau bisa dibilang “gaya keratonnya”. Selesai sholat, kami tidak langsung beranjak. Kami meluangkan beberapa menit untuk bercanda, ngobrol dan berfoto tentunya. Selepas itu kami siap berjalan kaki dengan backpack-backpack dan barang belanjaan yang kini sudah bertambah tentunya. Sudah berakhirkah wisata belanja hari ini? Belum! Ternyata si Ayu masih getol ingin mengunjungi Pasar Kain Beteng. Hahaha, benar-benar wisata belanja judulnya. 

di pelataran Keraton Solo

            Kami pun berjalan kaki, melewati trotoar, membelah alun-alun keraton dan akhirnya menyempatkan untuk masuk ke keraton sejenak. Tapi apa boleh buat, tiket masuk Keraton Solo yang dilabel Rp.15.000,- membuat kami mengurungkan niat untuk memasukinya secara detail. Ya, buka-buka’an saja, tiket masuk keraton Jogja saja hanya Rp. 5.000,-. Akhirnya kami memutuskan untuk sekedar berfoto di pelataran dan pendopo bagian luarnya saja. Perjalanan kaki kami pun berlanjut ke Pasar Kain Beteng. Ya, namanya juga pasar kain. Sejauh mata memandang adalah kain. Saya tidak akan bercerita banyak mengenai wisata belanja saya dan kedua teman saya di pasar ini, karena sebagian besar waktu saya habiskan untuk duduk-duduk beristirahat bersama Adi, sementara si Ayu dengan semangatnya menawar kain. Hahaha..hari ini si Ayu adalah Ratu Sehari dah pokoknya. Selesai berbelanja di Pasar Beteng ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Ketika malam jalan raya di depan PGS dan pasar beteng ditutup untuk kendaraan dan sudah mulai didirikan kedai-kedai yang dalam grup disebut Galabo (Pusat jajan dimana beragam masakan dijual disana). Sayang, jam kereta Prameks saya tujuan balik ke Jogja sebentar lagi sehingga kami pun tidak mau ambil resiko untuk makan malam di Galabo. Oh ya, rencana untuk mengunjungi Pasar Malam Ngarsopuran pun juga kami canceled. Padahal disana dijual beragam kerajinan khas Solo. Anda wajib mengunjunginya terutama jika dalam suasana berlibur yang santai.
bersama Adi saat sunset di area parkir PGS

            Selesai sholat maghrib, kami pun mencari taksi untuk mengantarkan kami menuju Stasiun Balapan. Dan pas ternyata, sampai di Stasiun Balapan waktu sudah menunjukkan pukul 19.10 WIB sementara KA Prameks saya berangkat pukul 19.36 WIB. Akhirnya saya mengucapkan salam perpisahan dengan kedua teman saya, karena sesuai rencana mereka akan menuju Bandung dari stasiun Balapan ini. Saya pun segera membeli tiket Prameks dan masuk ke dalam gerbong (keretanya sudah stand by cuy! – untung saja nyampenya pas). Saya kira jalan-jalan gokil saya bersama Adi dan Ayu sudah berakhir  sampai ketika saya masuk ke dalam gerbong Prameks. Namun? Dua teman saya itu tiba-tiba melompat ke dalam gerbong saya! Ditemani sebungkus kresek berisi sejumlah nasi kucing, sate usus dan gorengan, mereka dengan santainya bilang “Kita ikut ke Jogja aja deh! Nanti Lodaya Malam nya kan juga lewat Jogja, lumayan kita bisa cerita-cerita lagi! “. Hahahaha..saya ngakak abis mendengar mereka memutuskan untuk pulang dari Stasiun Tugu Jogja. Ternyata waktu luang yang mereka bisa dapatkan jika berangkat dari Jogja, ingin mereka manfaatkan untuk berburu kerajinan di Malioboro! Gokil abiss! Akhirnya selama di Prameks kami terus bercerita, tertawa, usil-usilan dlsb,..Hahaha..kami pun makan malam dengan menu nasi kucing dan perangkatnya di dalam gerbong Prameks. Puasss banget jalan-jalan saya kali ini ditemani duo gokil, Adi dan Ayu! Akhirnya perpisahan yang sebenarnya pun terjadi, saya turun di Stasiun Lempuyangan (mengingat motor saya dititipkan di sana) sementara dua teman saya melanjutkan sampai Stasiun Tugu. Kami pun berjanji untuk melanjutkan perjalanan luar biasa berikutnya. Amiin, semoga mendapat kesempatan itu! 2 hari menantang matahari  day 2 – Closed!

makan malam ala angkringan di dalam Prameks =)

2 komentar:

  1. curang...dl pas aku ke jogja cm ke taman sari ma ullen sentalu doang... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha...Mari Ke Jogja lagi,,hehehe..dan ak ajak keliling Yot!

      Hapus