kami saat di Galabo |
Yippi!
Postingan kedua saya tentang 2 hari menantang matahari akhirnya terkerjakan
juga. Ya, dengan sedikit gembira, ini adalah postingan pertama saya setelah
gelar baru melekat di depan nama panjang saya. Postingan pertama setelah saya
resmi menyandang gelar dokter hewan yang saya telah upayakan selama 5 tahun
ini. Hehehe.. dengan kondisi kesehatan yang buruk (flu, batuk, suara serak –
hilang entah kemana) akibat job interview
yang berurutan-- jalan-jalan—persiapan pelantikan dan sumpah dokter – musim
hujan – dan kurangnya istirahat membuat kesehatan saya benar-benar drop!. Tapi,
saya akan tetap menceritakan jalan-jalan saya bersama pasangan duta wisata tersantai, tergokil dan
ter-apa adanya yang saya pernah kenal. Ya, cerita kali ini masih sama seperti
postingan sebelumnya, saya masih berjalan-jalan bersama ayu dan adi, namun
dengan setting tempat yang berbeda.
batik-batik pilihan yang menjadi tujuan jalan-jalan kami kali ini |
Berbeda? Yup! Kali ini saya diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk mendapatkan cerita jalan-jalan yang saya tidak akan
lupakan seumur hidup saya. Kok bisa? Ya bukan karena tempat tujuan travelling saya kali ini yang hanya ke
Solo. Memang benar, jika traveling
bisa menghadirkan cerita tersendiri yang sangat berbeda – tidak pengaruh itu
tempatnya dimana, semewah apa atau sesederhana apa – tapi bagi saya traveling itu sangat bisa menjadi
istemewa dengan apapun kondisi yang dipilih seseorang untuk berwisata . Mungkin
kali ini saya diberi kesempatan untuk berjalan-jalan bersama dua teman saya,
Adi dan Ayu yang memang “ga ada matinya”. Hahaha..
Pagi itu, setelah semalam Adi
menginap di kost saya dan Ayu menginap di kost kakak saya, kami memutuskan
untuk sarapan terlebih dahulu. Dengan menu sarapan nasi kuning khas mahasiswa,
kami pun segera melahap sarapan kami karena harus mengejar jadwal kereta api
Prameks (Jogja-Solo) pada pukul 10. 30 WIB. Hmm..mungkin perlu dijelaskan
mengapa di hari kedua ini kami memilih Solo sebagai kota tujuan.
Hehehe..Pertama, karena Ayu memiliki butik online yang menjual batilk-batik
cantik dan membuat Ayu belum puas berbelanja batik di Jogja. Katanya ia masih
ingin berbelanja ke pabriknya, dengan pilihan motif yang beragam dan harga yang
tentunya bersaing. Kedua, ternyata kereta api Lodaya malam yang akan membawa
mereka ke Bandung malam nanti berawal di Stasiun Solo Balapan. Selesai sarapan,
kami pun langsung membawa backpack-backpack
besar (milik Adi dan Ayu) menuju stasiun Lempuyangan yang pagi itu juga diantar
si Epi, adik saya. Hmm..bisa saya bilang dengan tampilan backpack besar mereka, dua teman saya ini memang terlihat layaknya backpacker. Uppss..semi backpacker kali ya,-- lebih tepat
disebut demikian jika mengingat belanjaan si Ayu yang buanyakk bennerr..Hahahaha..Bahkan
Adi sempat berceloteh “niatnya backpacker,
tapi mana ada backpacker
sedikit-sedikit belanja”. Haha..saya cuma tertawa menanggapi komentar itu
sambil melihat hasil belanjaan Ayu yang memang tidak bisa disebut sedikit. Ya,
namanya juga wanita, setiap berwisata bersama wanita, walaupun judulnya backpacker saya percaya pasti tetap ada
unsur belanja di dalamnya. Sama halnya ketika berwisata dengan ibu saya,
sebagian besar waktu habis di toko souvenir dan oleh-oleh. Capee deh.. --___--
1 jam berlalu. Selama di KA Prameks
saya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu mp3 dari hand phone saya, sementara Adi dan Ayu memilih untuk tidur selama
perjalanan Jogja-Solo. Ya, bagi saya Solo memang bukan sekali ini saja saya
jelajahi. Letaknya yang dekat, adanya kerabat, banyak teman dan kenalan di sana
membuat Solo menjadi kota yang sudah sangat biasa bagi saya. Tapi kali ini
sedikit berbeda. Jelajah saya kali ini di Solo benar-benar dalam konteks
“bolang” (baca: bocah ilang), karena tak ada satupun teman dan kenalan saya
yang free pada hari itu (mengingat
libur natal dan tahun baru – mereka memiliki acara sendiri-sendiri di hari itu)
sehingga tidak ada satu pun yang dapat menemani saya jalan-jalan. Hmm..seru
juga sepertinya, membawa dua teman saya yang jauh lebih buta dengan Solo, ditambah
saya yang juga tidak pernah “mudeng” dengan jalur transportasi dan layout kota Solo. Lengkap sudah, 3 orang
mahasiswa siap menjadi “bolang” seutuhnya. Hahaha..
Mungkin perlu saya ceritakan
sedikit, mengapa saya tidak pernah berusaha memahami jalur transportasi di Solo
padahal saya sudah bolak-balik mengunjungi kota yang satu ini. Ya, karena
sesampainya di Solo selalu ada teman yang sudah ready menjemput saya di stasiun dan menghantarkan saya jalan-jalan
baik dengan sepeda motor maupun mobil mereka. Intinya, saya terima beres dibawa
muter-muter kota Solo tanpa menyentuh moda transportasi publik. Hmm.. akhirnya
saya meng-SMS mas Ariyanto, seorang travel
writer yang terkenal dengan salah satu judul bukunya “Travellicious”.
Hehe..perkenalan saya dengan mas Ariy (begitu beliau akrab disapa) ketika saya
membeli salah satu bukunya hingga akhirnya saya mengerjakan proyek clothing “Travellicious”nya melalui
usaha clothing saya. Sangat terbantu?
Jelas! Saya disarankan untuk naik Solo Batik Trans (semacam Transjakarta di
Solo) dan turun di Halte Gladak. Katanya dari sana tinggal jalan sedikit sudah
sampai di kompleks perbelanjaan batik di Solo. Ya, ternyata mudah, cukup
berjalan sedikit kami sudah sampai di alun-alun keraton Solo yang letaknya
berdekatan dengan PGS (Pusat Grosir Solo), Pasar Kain Beteng, Pasar Klewer,
Kampung Batik Kauman dan Keraton Solo pastinya.
Bersama Ayu di halaman Masjid Kauman |
Hahaha..melihat kami membawa backpack besar membuat para tukang becak
di sana berebut untuk menawari kami tumpangan. Setelah tawar-menawar dengan cukup
lihai, akhirnya kami mendapat harga Rp.10.000 untuk 2 becak pulang pergi! Murah
bukan? Lalu kemana tujuan pertama kami? Hehehe..kami memilih untuk mengunjungi
Kampung Batik Kauman. Si Adi dengan backpack
besarnya pada satu becak, sementara saya dan Ayu dengan backpack ukuran sedang pada becak
satunya lagi. Jarak dari gapura keraton ke Kampung Batik Kauman lumayan jauh
menurut saya dan saya tentunya tidak akan mengambil opsi untuk berjalan kaki
meskipun itu sangat mungkin dilakukan, mengingat cuaca Solo yang terik saat
itu. Sampailah kami di Kampung Batik Kauman. Ya, namanya juga Kampung Batik
apalagi kalau bukan galeri batik berjejer yang ditawarkan oleh lokasi ini. 1
jam, 2 jam berlalu. Di Kampung Batik Kauman ini, Ayu mendapat batik harga
grosir yang lumayan bersaing, apalagi membelinya lebih dari satu. Selesai
berbelanja, kami pun berfoto bersama dengan latar kampung batik! Hehehe..
kami di tengah Kampung Batik Kauman |
Selesai berbelanja, si pak becak
mengantar kami ke masjid Kauman untuk sholat dzuhur dan selanjutnya
meninggalkan kami a.k.a. sampai di masjid ini saja kontrak kami dengan pak
becak. Hehehe..Ya, ternyata masjid ini konstruksinya lumayan menarik jika
dilihat secara seksama. Tidak terlalu modern tapi juga tetap mempertahankan
ciri jawanya atau bisa dibilang “gaya keratonnya”. Selesai sholat, kami tidak
langsung beranjak. Kami meluangkan beberapa menit untuk bercanda, ngobrol dan
berfoto tentunya. Selepas itu kami siap berjalan kaki dengan backpack-backpack dan barang belanjaan
yang kini sudah bertambah tentunya. Sudah berakhirkah wisata belanja hari ini?
Belum! Ternyata si Ayu masih getol ingin mengunjungi Pasar Kain Beteng. Hahaha,
benar-benar wisata belanja judulnya.
di pelataran Keraton Solo |
Kami pun berjalan kaki, melewati
trotoar, membelah alun-alun keraton dan akhirnya menyempatkan untuk masuk ke
keraton sejenak. Tapi apa boleh buat, tiket masuk Keraton Solo yang dilabel
Rp.15.000,- membuat kami mengurungkan niat untuk memasukinya secara detail. Ya,
buka-buka’an saja, tiket masuk keraton Jogja saja hanya Rp. 5.000,-. Akhirnya
kami memutuskan untuk sekedar berfoto di pelataran dan pendopo bagian luarnya
saja. Perjalanan kaki kami pun berlanjut ke Pasar Kain Beteng. Ya, namanya juga
pasar kain. Sejauh mata memandang adalah kain. Saya tidak akan bercerita banyak
mengenai wisata belanja saya dan kedua teman saya di pasar ini, karena sebagian
besar waktu saya habiskan untuk duduk-duduk beristirahat bersama Adi, sementara
si Ayu dengan semangatnya menawar kain. Hahaha..hari ini si Ayu adalah Ratu
Sehari dah pokoknya. Selesai berbelanja di Pasar Beteng ternyata waktu sudah
menunjukkan pukul 17.30 WIB. Ketika malam jalan raya di depan PGS dan pasar
beteng ditutup untuk kendaraan dan sudah mulai didirikan kedai-kedai yang dalam
grup disebut Galabo (Pusat jajan dimana beragam masakan dijual disana). Sayang,
jam kereta Prameks saya tujuan balik ke Jogja sebentar lagi sehingga kami pun
tidak mau ambil resiko untuk makan malam di Galabo. Oh ya, rencana untuk
mengunjungi Pasar Malam Ngarsopuran pun juga kami canceled. Padahal disana dijual beragam kerajinan khas Solo. Anda
wajib mengunjunginya terutama jika dalam suasana berlibur yang santai.
bersama Adi saat sunset di area parkir PGS |
Selesai sholat maghrib, kami pun
mencari taksi untuk mengantarkan kami menuju Stasiun Balapan. Dan pas ternyata,
sampai di Stasiun Balapan waktu sudah menunjukkan pukul 19.10 WIB sementara KA
Prameks saya berangkat pukul 19.36 WIB. Akhirnya saya mengucapkan salam
perpisahan dengan kedua teman saya, karena sesuai rencana mereka akan menuju
Bandung dari stasiun Balapan ini. Saya pun segera membeli tiket Prameks dan
masuk ke dalam gerbong (keretanya sudah stand
by cuy! – untung saja nyampenya pas). Saya kira jalan-jalan gokil saya
bersama Adi dan Ayu sudah berakhir
sampai ketika saya masuk ke dalam gerbong Prameks. Namun? Dua teman saya
itu tiba-tiba melompat ke dalam gerbong saya! Ditemani sebungkus kresek berisi
sejumlah nasi kucing, sate usus dan gorengan, mereka dengan santainya bilang
“Kita ikut ke Jogja aja deh! Nanti Lodaya Malam nya kan juga lewat Jogja,
lumayan kita bisa cerita-cerita lagi! “. Hahahaha..saya ngakak abis mendengar
mereka memutuskan untuk pulang dari Stasiun Tugu Jogja. Ternyata waktu luang
yang mereka bisa dapatkan jika berangkat dari Jogja, ingin mereka manfaatkan
untuk berburu kerajinan di Malioboro! Gokil abiss! Akhirnya selama di Prameks
kami terus bercerita, tertawa, usil-usilan dlsb,..Hahaha..kami pun makan malam
dengan menu nasi kucing dan perangkatnya di dalam gerbong Prameks. Puasss
banget jalan-jalan saya kali ini ditemani duo gokil, Adi dan Ayu! Akhirnya
perpisahan yang sebenarnya pun terjadi, saya turun di Stasiun Lempuyangan
(mengingat motor saya dititipkan di sana) sementara dua teman saya melanjutkan
sampai Stasiun Tugu. Kami pun berjanji untuk melanjutkan perjalanan luar biasa
berikutnya. Amiin, semoga mendapat kesempatan itu! 2 hari menantang
matahari day 2 – Closed!
makan malam ala angkringan di dalam Prameks =) |
curang...dl pas aku ke jogja cm ke taman sari ma ullen sentalu doang... :(
BalasHapushahahaha...Mari Ke Jogja lagi,,hehehe..dan ak ajak keliling Yot!
Hapus