Entah
apa yang membuat saya tiba-tiba memutuskan untuk melakukan perjalanan ke kota
Semarang. Sedari saya kecil (baca: saya sempat hidup di Semarang), saya tidak
pernah menganggap kota ini istemewa. Apalagi dengan suasananya yang panas terik
dan lalu lintas yang semrawut tanpa ada pengendara yang mau mengalah. Belum lagi, masalah
drainase yang membuat kota ini sulit terhindar dari yang namanya comberan di ruas-ruas jalan, apalagi
musim hujan seperti ini. Hahaha.. Apapun itu, terlepas dari berbagai
kekurangannya, saya tetap penasaran untuk menelusuri potensi wisata Semarang
kota ini yang sebenarnya cukup beragam. Ya, berawal dari saya mengunjungi salah
satu toko buku diskon di Jl. Gejayan Jogja beberapa waktu lalu. Biasa, saya
sering mengisi waktu luang dengan membaca atau mencari buku di toko buku
langganan saya itu. Tidak sengaja, saya membuka-buka buku Travellicious Semarang. Bahkan saya tidak membacanya secara detail,
tetapi hanya sekilas dan melihat-lihat gambarnya saja. Lantas, “Kenapa ga ke Semarang aja ya weekend ini?”
pikir saya. Selain itu, saya memiliki rasa penasaran yang cukup besar akan
berwisata di kota ini. Sedari kecil, ayah saya memang kurang suka berwisata di
Kota Semarang. Mentok-mentoknya ya ke
mall di area Simpang Lima mengingat
ibu dan kakak saya yang hobi window
shoping. Atau, kalau engga, ya langsung lewat jalan tol tanpa memasuki
wilayah Semarang kota. Haha..akhirnya saya pun menghubungi kawan-kawan SMA saat
di Salatiga yang berkuliah di Universitas Diponegoro. Beberapa diantaranya
membalas, tapi hanya si Ani yang sempat dan bersedia menemani saya untuk
berwisata di Kota Semarang ini. Yupp! Rencana
saya beres, tinggal berangkat!
Oh ya, alangkah lebih baiknya saya kenalkan
dulu sobat saya, si Ani ini. Ya, teman saya yang satu ini memang sangat tomboy sedari SMA. Dulu, ketika jaman
SMA dengan badannya yang cukup gagah dan potongan rambut pendek membuatnya
terlihat maskulin sekali, belum lagi karirnya dalam ekskul bela diri “Merpati
Putih”, nah lho? Silahkan dibayangkan betapa tomboy nya teman saya yang satu ini. Hahaha..ngga terasa ternyata saya sudah tidak bertemu dengannya selama 4
tahun (terakhir saya menemuinya di Ambarawa pada tahun 2007). Dan ketika
bertemu di daerah Tembalang (tempat saya turun bus), tarraaa..dia datang dengan rambut panjang, blazer dan sepatu cewek.
Hahaha..berubah sekali! Memang, saat itu kawan saya ini baru saja pulang dari
menyelenggarakan tes potensi diri di salah satu SMA di Semarang. Maklum, anak
jurusan psikologi.
Selepas bertemu dan ngobrol
sebentar, saya pun bersama Ani ngangkot menuju
rumah pakdhenya Ani, yang notabene merupakan tempatnya ngekost selama kuliah di Semarang. Dan berhubung hari itu adalah
hari Jum’at, saya pun diantar menuju masjid terdekat. Tepat pukul 13.00 WIB,
selepas saya sholat jum’at dan leyeh-leyeh
sejenak, saya pun bersiap untuk menjelajahi Semarang di hari pertama ini!.
Ternyata, pola pikir Ani yang menyarankan untuk menggunakan sepeda motor selama
berwisata di Semarang sangat relevan dengan prinsip saya, bahwa sepeda motor
adalah moda transportasi yang paling fleksibel, efektif dan efisien untuk ngebolang. Ya, selama 2 hari di
Semarang, saya ditemani dengan motor Honda 90’an berwarna hitam yang Wow,
kemampuannya ternyata melebihi ekspektasi saya. Langkah pertama saya pun menuju
losmen dengan lokasi terdekat dari rumah pakdhenya Ani. Ya, losmen ini memang
hanya untuk sekedar tidur semalam saja, mengingat Sabtu malam saya
diperbolehkan menginap di rumah Ani yang berlokasi di bawah wisata Bandungan di
Ambarawa. Losmen yang saya sewa dengan ongkos Rp. 60.000,- ini ya, mau ga mau seadanya. ”Lagian hanya buat tidur ini, saya ke
Semarang kan bukan untuk tidur” pikir saya. Selepas urusan losmen saya
selesai, mulailah saya berwisata di Semarang.
First : Pagoda Avalokiteswara Watugong
|
Saya di depan Pagoda Watugong |
Ya, inilah pemberhentian pertama saya
di Semarang. Pagoda terbesar di Indonesia ini saya dengar-dengar didesain oleh
arsitek dari luar, dan ternyata memang indah dan megah benerrr!. Berlokasi di jalan utama Semarang – Salatiga membuat
pagoda ini, saya jamin sangat mudah ditemukan. Untuk masuknya pun kita tidak
dipungut biaya, hanya biaya parkir, itupun seikhlasnya! Hehehe…Pagoda yang
memang berfungsi sebagai tempat ibadah ini, ya memang memiliki
ketentuan-kententuan tertentu seperti harus melepas alas kaki pada batas yang
ditentukan dan tidak boleh memasuki ruang dengan patung Budha yang besar,
kecuali untuk tujuan sembahyang. Oh ya, di sana juga dijual berbagai souvenir dengan gaya cina seperti
pajangan porselin, hiasan-hiasan bahkan sampai peralatan sembahyang. Harganya
pun cukup terjangkau. Saya sempat menyesal tidak membeli salah satu dari souvenir-souvenir itu, padahal harga
yang saya temui di Klenteng Sam Poo Kong jauh lebih mahal dan tidak terjangkau
untuk kantong fresh graduate yang
belum memulai kerja seperti saya. Yang jelas, pagoda Watugong ini layak untuk
dikunjungi ketika anda berkunjung ke Semarang.
|
Inilah patung budha yang saya sebutkan tadi, tidak boleh masuk kecuali sembahyang |
Second: Klenteng Sam Poo Kong
|
Welcome to Sam Poo Kong |
Pemberhentian kedua saya adalah
Klenteng Sam Poo Kong. Hmm..namanya yang cukup terkenal tentunya membuat saya
tidak ingin melewatkannya. Oh ya, jangan tanya mengenai lokasinya ya, karena
saya tidak tahu pasti mengenai lokasi tepatnya Klenteng ini berada,
Hehehe..mengingat saya hanya mengikuti instruksi dari Ani untuk menuju ke
lokasi di tengah lalu lintas Kota Semarang yang masih saja semrawut. Akhirnya sampailah saya di Klenteng Sam Poo Kong yang
luas dan serba merah ini. Untuk tiket masuknya ternyata dibagi menjadi 2 loket
yaitu tiket masuk umum dengan biaya Rp. 6.000,-/orang dan tiket masuk khusus
dengan biaya Rp. 20.000,-/orang. Lah,
bedanya kok jauh banget? Ya, memang, untuk tiket masuk umum kita hanya bisa
melihat dan berfoto di depan klenteng tanpa bisa mendekat bahkan masuk ke klentengnya.
Sementara dengan tiket khusus, kita dapat mengakses klenteng secara lebih
dekat. Biasanya sih, mereka yang membeli tiket khusus karena memang ingin
sembahyang. Lagipula akses untuk mendekati klenteng antara tiket umum dan
khusus hanya dipisahkan oleh parit buatan sekitar selebar 2 meter saja, ga terlalu berefek kan ya?. Saya pun
membeli tiket masuk umum, mengingat masih 2 hari lagi perjalanan saya di
Semarang Kota dan Kabupaten yang berarti saya harus berhemat. Hmm..bagi saya,
klenteng ini memang bagus, tapi saya merasa Pagoda Watugong jauh lebih valuable untuk dikunjungi. Oh ya, jangan
lupa untuk berfoto dengan background
klenteng dan patung Laksamana Cheng Ho yang menjadi ikon klenteng ini.
|
Lihat tuh parit yang memisahkan tiket masuk umum dan khusus, ngga berefek kan? |
|
Saya bersama ikon Laksamana Cheng Ho yang terkenal itu |
Third : Kawasan Kota Lama Semarang
|
Saya menghargai sekali apapun upayanya hingga bangunan-bangunan ini masih terjaga. |
Ya, inilah yang sebenarnya saya
tunggu-tunggu ketika mengunjungi Semarang. Keinginan saya untuk menghabiskan
sore sambil berjalan-jalan di kawasan Kota Lama Semarang akhirnya terwujud!.
Kota Lama ini menurut sejarahnya, memang merupakan kawasan perkantoran sejak
jaman Belanda dulu. Dengan jalannya yang berpaving serta arsitektur bangunan
yang masih terjaga ke asliannya, membuat saya benar-benar menikmati suasana
sore itu di Kota Lama. Pertama kali, saya dan Ani memilih untuk berleyeh-leyeh sejenak di kawasan
stasiun Tawang. Duduk-duduk di sekitar pintu air di depan Stasiun Tawang dengan
pemandangan air yang bergerak perlahan dan beberapa orang memancing merupakan
kenikmatan tersendiri. Saya pun banyak membahas kenangan masa SMA saya dulu
bersama Ani di sana. Hahaha…banyak tawa ketika mengingatnya.
|
Pintu air di lokasi Stasiun Tawang |
|
Saya berada di seberang Stasiun Tawang |
Setelah leyeh-leyeh dirasa cukup, saya pun kembali menelusuri kawasan Kota
Lama ini. Ya, tujuan berikutnya adalah Gereja Blenduk. Siapa sih yang belum pernah mendengarnya?
Gereja yang masih terjaga keaslian arsitekturnya ini memang cukup terkenal.
Dinamai gereja Blenduk karena bentuk atapnya yang “mblenduk” alias melengkung seperti kubah. Oh ya, sebelum menuju ke
sana, saya dan Ani memilih untuk memarkirkan motor kami dan melanjutkan
jalan-jalan dengan berjalan kaki. Bagi saya, dengan berjalan kaki, saya akan
lebih menikmati suasana sore di Kota Lama ini. Saya pun menyempatkan berfoto di
depan gereja yang dapat dikunjungi dari jam 09.00- 16.00 WIB itu, dengan cukup
membayar Rp. 10.000,- saja. Sayang, waktu saya berkunjung sedang berlangsung
acara gereja yang membuat saya tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat sebuah
alat musik (saya lupa namanya..hehe) yang terpajang di dinding atas gereja. Well, tapi saya masih bisa
berjalan-jalan menikmati Kota Lama ini dengan berjalan kaki. Sedikit tips bagi
anda yang memutuskan untuk berjalan kaki mengelilingi kawasan Kota Lama ini
yaitu anda wajib berhati-hati terhadap kendaraan yang bersliweran dengan ngebut!, apalagi tidak adanya trotoar di kawasan
ini sering membuat saya lupa diri sehingga berjalan dengan santainya. Tak
jarang jarak mobil dan motor yang bersliweran
itu begitu dekat dengan bahu saya!.
|
Gereja Blenduk! |
Sebenarnya fasilitas yang disediakan
kawasan Kota Lama ini bisa dibilang cukup baik. Bagi anda yang memang tidak
ingin berjalan kaki maupun naik kendaraan bermotor karena ingin mendapatkan feel yang lebih, anda bisa menyewa
becak-becak yang dapat ditemukan dengan mudah di kawasan ini. Bahkan
becak-becak ini berulang kali menawari saya dengan paket keliling Kota Lama.
Tapi, saya memilih untuk berjalan kaki saja karena akan lebih leluasa juga
untuk sewaktu-waktu mengambil objek yang menarik. Saya pun sempat mengunjungi
beberapa bangunan yang menarik seperti Kantor Pos, dan beberapa bangunan
lainnya. Oh ya, jika anda berkunjung dengan menggunakan public transport, anda cukup bertanya saja kepada sopir angkot
untuk bagaimana caranya menuju pasar Johar, karena lokasi Kawasan Kota Lama ini
tidak jauh dari Pasar Johar dan dengan berjalan kaki pun anda sudah sampai di
Kawasan Kota Lama ini. Saya sarankan untuk mengunjunginya di waktu menjelang
sore, karena bisa dibayangkan sepanas apa jika kita mengunjunginya di siang
harinya Kota Semarang. Hehehe..
|
Sobat saya, Ani bersama layout terbaik Kawasan Kota Lama |
Fourth: Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
|
Di tengah senja Masjid Agung Jawa Tengah |
Pemberhentian selanjutnya adalah
Masjid Agung Jawa Tengah. Ya, memang baik sekali si Ani yang sudah menjadwalkan
jam segini saya harus kemana dan jam segitu saya harus dimana. Hahaha..memang
sudah diatur dari awal, kami akan menghabiskan sore di Kawasan Kota Lama,
sholat Maghrib di Masjid Agung Jawa Tengah, dan makan malam di Kawasan Kuliner
Semawis di Pecinan. Awesome!. Selepas
kami berlelah-lelah berjalan kaki di
Kawasan Kota Lama, kami pun memutuskan untuk makan sore terlebih dulu di
kawasan kampus Undip Plemburan. Ya, kami pun memilih makanan tipe mahasiswa, penyetan-penyetan gitulah. Tapi Thanks God! saya bersyukur sekali hidup
dan berkuliah di Jogja, karena murahnya makanan di Jogja memang belum
tertandingi.
|
Arsitektur MAJT yang dominan ungu muda |
|
Bersama Ani, njepret sendiri |
Akhirnya kami pun sampai pada Masjid
Agung Jawa Tengah yang berada di Semarang bagian timur ini. Wow, ternyata
memang cantik! Tidak hanya dalam ceritanya saja, tapi dalam kenyataannya pun
sama cantiknya. Masjid yang memiliki area luas, dengan arsitektur megah dan
berwarna dominan ungu muda ini memang indah. Apalagi di pelatarannya terdapat 6
payung raksasa yang menggunakan sistem buka – tutup dengan mesin. Payung-payung
ini umumnya akan terbuka ketika sholat Jum’at atau ketika hujan dengan jemaat
sholat yang membludak. Saya memiliki
jadwal berada di MAJT ini sampai ba’da
sholat Isya. Mengapa? Karena selain masjidnya yang indah, menara Al-Husna yang
terdapat di masjid ini pun memberikan akses untuk wisatawan menikmati panorama
Kota Semarang di malam hari dari lantai 19 nya!
|
Ini dia, Menara Al-Husna yang dapat diakses oleh wisatawan |
Hmm.. saya pun berfoto-foto sejenak di halaman masjid dan
kemudian melaksanakan sholat maghrib berjamaah di MAJT ini. Bagi saya ini
adalah pengalaman yang menarik, kapan lagi kan?. Selepas isya, ternyata menara
masjid sudah dibuka untuk para wisatawan atau pun jemaah yang ingin naik ke
lantai 19. Cukup dengan membayar Rp. 5.000,- saja kita sudah diantarkan oleh
lift yang berukuran cukup besar menuju lantai 19. Yah, saya dapat jackpot, namanya juga musim hujan, bahkan
si Ani sempat berucap “Beruntung nih
kamu, biasanya Semarang udah hujan sejak jam 2 siang, hari ini malah malam baru
hujan”. Apapun itu saya tetap bersyukur saja. Walaupun sampai di atas
menara dalam kondisi hujan dan angin tentunya, saya masih bisa melihat
lampu-lampu Kota Semarang dari kejauhan tampakb berkedap-kedip dengan indahnya. Saya pun menunggu hujan di MAJT ini
sambil mengobrol dan menikmati snack
ringan bersama Ani, mengingat Kawasan Kuliner Semawis di Pecinan baru ramai
pukul 20.00 WIB (tapi kalau hujan gini, kami pun sudah bisa menebaknya Haha..).
|
Full hujan dan angin ketika saya berada di lantai 19 Menara Al-Husna |
Fifth : Kawasan Kuliner Semawis, Pecinan
|
Kawasan Semawis saat hujan, harusnya lebih rame nih! |
Ya, inilah tujuan terakhir saya dan Ani dalam jalan-jalan
hari pertama kami di Semarang. Hujan yang mengguyur cukup deras, tak
menghentikan niat saya untuk mengunjungi kawasan kuliner yang sudah sering
disebut oleh banyak orang ini. Karena kapan lagi? Kawasan Semawis ini hanya
buka dari hari Jum’at-Minggu mulai pukul 19.30 WIB, padahal besok malamnya saya
sudah berada di Ambarawa untuk menginap di rumah Ani. Hujan bagi saya tidak
masalah, karena saya memang selalu sedia payung sebelum hujan, Hehehe..apalagi
memang berniat untuk jalan-jalan di musim hujan seperti sekarang ini. Saya pun
membenarkan tebakan saya. Malam itu, Kawasan Semawis tidak begitu ramai dikarenakan
hujan meskipun warung-warung tendanya masih banyak yang buka. Saya sempat
mendapatkan literatur kuliner dari kawan saya, Yotania, untuk mencoba Es Marem.
Kata Yota sih, dijamin marem.
Hahaha..tapi berhubung hujan saya tidak sempat mencari, “Warungnya yang mana ya?” pikir saya.
|
Ini nih, Mie Cool, yang seger beneerr ^__^ |
Akhirnya saya pun disarankan oleh Ani untuk mencoba kuliner
yang bernama “Mie Cool”. Nah, anda jangan menduga bahwa ini adalah panganan mie
yang digoreng dengan minyak berbumbu atau berkuah kaldu. Ini adalah mie dingin
atau bisa disebut es mie. Hehe..saya saja sempat penasaran karena panganan
jenis ini belum pernah saya temui sebelumnya di Jogja. Perhatikan saja slogan
dari Mie Cool ini yang berbunyi “Sensasi Minum Es Pakai Sumpit”.Unik kan?. Mie
Cool ini sebenarnya merupakan panganan es yang berisi jeli atau agar-agar
beragam bentuk mulai dari mutiara kecil, sedang, besar, bentuk kotak dan yang
paling menciri adalah jeli berbentuk mie sehingga kita bisa leluasa menyumpitnya. Hahaha..rasanya pun seger benerrr..!!. Tersedia dalam 13
pilihan rasa, malam itu saya memilih rasa Lychee
Blue sementara si Ani memilih rasa coca-cola.
Harganya pun standar saja, sekitar Rp. 8.000 – 11.000 tergantung rasa apa yang
dipilih. Intinya, jangan lewatkan untuk berkuliner malam di Kawasan Semawis,
Pecinan ini ketika anda berlibur di Semarang saat weekend. Beragam kuliner mulai dari masakan cina, sate, sampai
jajanan es seunik Mie Cool ini dapat anda temukan di sana.
|
Saya dan Ani yang diguyur hujan pun masih bisa menikmati Mie Cool =) |
Selesai menikmati kuliner di Kawasan Semawis, saya dan Ani
pun bergegas pulang menuju Semarang wilayah atas (Tembalang) mengingat jarak
tempuh kami yang lumayan jauh. Jalan-jalan hari pertama saya di Kota Semarang
ini mengagumkan, terutama mengenai alokasi waktu yang sudah diatur sedemikian
rupa sehingga efektif dan efisien. Thanks to Ani, once again! =).
Setibanya di losmen, saya pun bergegas mandi dan tidur mengingat keesokan
paginya masih ada wisata pantai, museum dan Lawang Sewu yang menanti saya.
Menelusuri Semarang Kota – Hari Satu : Well
done!.
hahahahahhaaaa mantapp,, ayo kita jalan-jalan lagi,, hahahahahahaaa
BalasHapusasiiikk...tp ada yg kurang,yaitu aku.hehe..
Hapusga ke gua kreyo to ji??
gua kreyo mana tow??? wkwkwkwkwkkk *katrok.. =.=a
HapusYota, goa kreyo ki ngendi yo? ak kan mung manut tour guide ku..nah kui, tour guide ku ae ra ngerti bwahahahaha
BalasHapusgua di mana kembaran2 mu menanti untuk dijenguk.hehehe...
Hapuslali jeneng daerahe ji...